Sekapur Sirih

Bicara Simbol, Beda Jokowi dengan Sunan Kudus dalam Membangun Kota

Masjid Kudus dengan menara berarsitektur pra-islam. Sunan Kudus membangun kota Kudus tanpa melupakan simbol peradaban pra-Islam. Bagaimana dengan Jokowi yang kecewa dengan istana bersimbol Barat?

Presiden Jokowi memindahkan ibu kota negara pada mulanya memakai alasan beban Jakarta sudah berat. Tapi baru-baru ini ia mengemukakan alasannya karena istana negara banyak simbol-simbol Barat.

Mungkin karena pusing menjelaskan kepada tamu-tamu Barat, maka ia berkeinginan memiliki istana negara yang memakai simbol-simbol Nusantara. Namanya pun diberi nama Ibu Kota Nusantara.

Mati kita bandingkan dengan Sunan Kudus yang membangun kota suci di Jawa Tengah yang memiliki peninggalaan simbol-simbol pra-Islam. Maka, Masjid Kudus dengan arsitektir Islamnya memiliki menara raksaka berarsitektut pra-Islam.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Putri Cempa Jadi Istri Raja Majapahit dan Ibu Raden Patah, di Manakah Lokasi Cempa Negeri Asal Penyebar Islam di Jawa Itu?

Sunan Kudus memutuskan meninggalkan Keraton Demak untuk berdakwah di luar lingkungan keraton. Ia pergi ke Tajug, disebelah timur laut Demak. Sunan Kudus menetapkannya sebagai kota suci, karenanya diberi nama Kudus.

Nama ini diambil dari nama kota Al-Quds atau Baitulmakdis yang memiliki Masjidil Aqsa. “Menurut legenda setempat, Mbah Kiai Telingsing-lah yang mula-mula menggarap tempat yang kemudian menjadi kota Kudus,” kata Dr HJ de Graaf dan Dr Th G Th Pigeaud.

Telingsing diyakini berasal dari The Ling Sing. Yaitu nama dari seorang Muslim Cina.

Jika Kadilangu, tempat SUnan kalijaga dimakamkan, dicatat sebagai wilayah hadiah dari Sultan Demak untuk Sunan Kalijaga, tidak demikian halnya dengan Kudus. Tak ada catatan wilayah ini meruakan hadiah dari SUlan Demak kepada Sunan Kudus.

Kudus kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam. Sunan Kudus membangun masjid yang diberi nama Al-Manar, dikenal juga sebagai Al-Aqsa,seperti nama masjid di Al-Quds. Menara raksana masjid ini dikagumi orang-orang Barat yang mengunjungi Kudus pada abad ke-17.

Oohya! Baca juga ya:

Sultan Agung Didampingi Para Penghulu yang Gagah dan Berjenggot Panjang, untuk Apa?

Arsitektur menara itu begitu kontras dengan arsitektur masjidnya. Menara berarsitektur pra-Islam, masjid berarsitektur Islam.

“Penduduk ‘kota suci’, Sunan Kudus, dan ‘orang-orang santri’-nya, ternyata tidak merasa perlu memusnahkan segala sesuatu yang mengingatkan pada ‘kekafiran’ zaman pra-Islam, atau melupakannya sama sekali,” kata Dr HJ de Graaf dan Dr Th G Th Pigeaud.

Ketika Bung Karno menjadikan Paleis te Rijswijk menjadi Istana Negara dan Paleis te Koningsplein sebagai Istana Merdeka, Bung Karno segera memberikan simbol-simbol Indonesia. Dibuatkanlah tiang bendera setinggi 17 meter dengan bagian pangkal berupa hiasan bunga teratai. Dibangun pula Masjid Baiturrahim.

Arca-arca kuno pra-Islam dipajang di istana sejak pemerintahan kolonial juga dipertahankan keberadaannya. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Istana Merdeka dilengkapi dengan berbagai ukiran Jepara.

Ukiran-ukiran itu di antaranya ada yang berkisah tentang Ramayana. Ada pula hamparan permadani berhias cakra manggilingan, senjata senjata Kresna dalam Mahabarata.

Istana peninggalan kolonial itu diberi makna keindonesiaan, tanpa perlu harus meniadakannya atau melupakannya sama sekali. Istana itu dimaknai memiliki simbol perjuangan kemerdekaan.

Mar Roejan

Sumber rujukan:
- Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, karya Dr HJ de Graaf dan Dr Th G Th Pigeaud (1985)
- Setneg.go.id

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]