Hang Tuah Dikerjai Gajah Mada di Pasar, Mengapa Patih Majapahit Itu Malu?
Hang Tuah, laksamana Melaka dari Melayu, mengiring rajanya pergi ke Majapahit. Di Majapahit, Raja Melaka menikahi putri Raja Majapahit.
Gajah Mada, patih Majapahit, pun menguji kesaktian Hang Tuah. Ia meminta prajuritnya menyerang Hang Tuah.
Prajurit Majapahit itu kalah, membuat Gajah Mada mencari cara lain sehingga Hang Tuah bisa dikerjai oleh Gajah Mada di pasar. Disuruhlah 70 prajurit berbuat onar di pasar, tetapi mengapa pada akhirnya Gajah Mada merasa malu?
Oohya! Baca juga ya:
Ini Alasan Sultan Agung Raja Mataram tidak Berpuasa Saat Ramadhan
Keonaran di pasar itu sampai juga ke telinga Raja Majapahit, Sri Betara. Karena Raja Malaka sudah menjadi menantunya, maka Raja Majapahit memerintahkan Raja Melaka membereskannya agar tidak membuat malu Majapahit.
Raja Malaka pun meminta laksamananya, Hang Tuang, untuk menangani keonaran di pasar itu. Hang Tuah belum mengira jika yang berbuat onar ada 70 orang.
Sebelumnya, ia telah bisa mengatasi seorang prajurit Majapahit. Tamang Sari namanya, anak buah Gajah Mada yang paling sakti, yang disuruh Gajah Mada menantang Hang Tuah.
“Cih, manatah hulubalang Melayu yang bernama Tun Tuah itu? Marilah segera turun bermain di hadapan Sri Betara dan di hadapan raja-raja dan di hadapan Raja Malaka,” tantang Tamang Sari.
Setelah menyembah Raja Majapahit dan Raja Malaka, Hang Tuah melayani tantangan Tamang Sari. Tapi Tamang Sari kalah oleh Hang Tuah.
Oohya! Baca juga ya:
Bagaimana Mengatur Pengeras Suara Masjid? Begini Menurut DMI
“Cih, manatah Paih Gajah Mada, yang dikatakan orang berani. Maka orang mengamuk seorang ini, ai pergi membawa dirinya,” kata Hang Tuah setelah mengalahkan Tamang Sari.
Merasa malu, maka Gajah Mada mengumpulkan 70 prajuritnya, lalu ia suruh membuat keonaran di pasar. Sebelum membuat onar, 70 prajurit itu merampas tuak yang dijual di pasar, lalu mereka mabuk.
Dalam keadaan mabuk itulah mereka berbuat onar. Pedagang pasar banyak yang terbunuh.Yang selamat melarikan diri ke keraton. Ribut-ribut ketika menyelamatkan diri ke keraton itulah yang mebuat Raja Majapahit bertanya kepada Gajah Mada.
Gajah Mada menjelaskan soal keonaran di pasar yang membuat para pedagang pasar menyelamatkan diri ke keraton. “Hai anakku Raja Malaka, apatah jadinya negeri ayahanda, habis mati dan luka demikian itu? Binasalah negeri ayahanda,” kata Raja Majapahit kepada Raja Malaka.
Raja Malaka pun memerintahkan Hang Tuan untuk mengatasinya. Setelah mendapat perintah dari Raja Malaka, Hang Tuah pun bangkit.
"Cih, manatah hulubalang Majapahit, maka tiada terkembari orang mengamuk sekian itu,” kata Hang Tuah. Tiada terkembari sama dengan tiada tertandingi.
Oohya! Baca juga ya:
Nabi Musa Bertemu Tuhan Ternyata di Arab Saudi, Bukan di Mesir?
Tiba di pasar, Hang Tuah melihat begitu banyak orang mengamuk. Dalam hati ia berkata, “Kenalah aku oleh Patih Gajah Mada celaka ini.”
Ia berdoa semoga bis amengatasi orang-orang yang mengamuk itu agar orang Majapahit mengenal Hang Tuah yang sebenarnya. Berdiri dengan memegang keris panjang, Hang Tuah menjadi perhatian para pengamuk.
Mereka pun mendatangi Hang Tuah. “Inilah Melayu yang dikatakan Patih Gajah Mada itu,” kata salah satu prajurit yang disuruh mengamuk Gajah Mada.
Mereka pun lalu menyerang Hang Tuah. Hang Tuah mundur, bertemu lorong dengan pagar batu. Berpuluh-puluhorang yang mengamuk mengejar Hang Tuah di lorong sempit itu.
Setiap ada yang mendekat, Hang Tuah menebaskan kerisnya. Setelah ada tujuh orang yang roboh oleh keris Hang Tuah, yang lainnya menahan diri.
Oohya! Baca juga ya:
Begini Cara Belanda Menangkap Samin, Tokoh Penolak Pajak dari Blora
Raja Malaka mengirim Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekiu untuk membantu Hang Tuah. Saat mereka tiba di pasar, Hang Tuah sedang beristirahat di kedai dengan keris yang masih berlumuran darah. Tujuh puluh pembuat onar telah ia bereskan.
Hang Jebat dan kawan-kawan kemudian mengangkat Hang Tuah untuk dibawa ke keraton. Raja Malaka terkejut melihat Hang Tuah dibopong Hang Jebat dan kawan-kawan.
Tapi begitu tiba di hadapan Raja Malaka dan Raja Majapahit, Hang Tuah melompat. Melihat hal itu, Raja Majapahit dan Gajah Mada terlihat malu.
Raja Malaka pun meminta maaf kepada Hang Tuah karena hanya menyuruh seorang diri menghadap para pembuat onar di pasar. Dikiranya hanya satu dua orang yang mengamuk.
“Jikalau kita tahu 70 orang yang mengamuk itu, masakan kita suruh Laksamana seorang,” kata Raja Malaka.
“Jikalau ada 1.000 dtau 2.000 sekalipun tiada patik indahkan. Mudah juga kepada patik akan mengembari dia jika dia berani berhadapan; akan orang penakut membuat di dalam diamnya, itulah sukarnya patik akan mengembari dia. Banyak budi bicara hendak mengenal dia,” kata Hang Tuah.
Oohya! Baca juga ya:
Di Ende Bung Karno Minta Dikirimi Buku Pengadjaran Shalat dari A Hassan
Mendengar pernyataan Hang Tuah itu, Raja Majapahit dan Gajah Mada sangat malu. “Aku juga yang dikatakannya ini,” ujar Gajah Mada dalam hati.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Hikajat Hang Tuah (1956, cetakan ketiga)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com