Adipati Pati Tinggalkan Cucu dari Cicit Sultan Agung Setelah Bupati Grobogan Berhasil Merebut Keraton
Memgerahkan orang-orang Cina, Bupati Grobogan berhasil merebut keraton Mataram di Kartosuro. Pakubuwono II melarikan diri ke Ponorogo.
Raden Mas Garendi yang telah dinobatkan menjadi raja dengan nama Amangkurat V segera menempati keraton Kartosuro. Cucu dari cicit Sultan Agung itu dinobatkan di Demak oleh Bupati Grobogan, diulang lagi oleh Mangun Oneng di Pati.
Mangun Oneng kemudian direstui oleh Amangkurat V menjadi Adipati Pati. Tetapi mengapa Adipati Pati kemudian meminta bantuan Kompeni dan meninggalkan Amangkurat V?
Oohya! Baca juga ya:
Adipati Pati mengirim surat ke Madura setelah Amangkurat V tinggal di keraton Kartosuro. Anangkurat V dinobatkan sebagai raja dan didukung oleh orang-orang Cina karena Pakubuwono II beralih memihak Kompeni.
Kepada Pangeran Madura, Adipati Pati memberitahukan penobatan ini. Membaca surat balasan Pangeran Madura, Adipati Pati Mangun Oneng marah. Bupati Grobogan Martopuro pun ia panggil.
Adipati Pati meminta pendapat Bupati Grobogan mengenaisl surat jjawaban Pangeran Madura. Martopuro justru marah kepada Adipati Pati begitu ia tahu isi surat Pangeran Madura.
Adipati Pati dan Bupati Grobogan lantas berantem. Pada mulanya, Bupati Grobogan mdnyebut tidak ada kata,-,kata khusus di durat Pangeran Madura, karena itu hanya untuk menjawab surat Adipati Pati.
Oohya! Baca juga ya:
Food Estate, Bung Karno: Petani Harus Punya 10 Hektare Lahan, Bagaimana Food Estate Prabowo?
Bupati Grobogan kesal ketika ditanya maksud pernyataan Pangeran Madura yang bersedia membantunjika meriam-meriam di Kartosuro diserahkan ke Madura. Kesal karena Adipati Pati lancang meminta bantuan ke Madura tanpa membicarakannya terlebih dulu.
"Mengapa bukan saya saja yang menjadi raja?" kata Bupati Grobogan kesal.
Martopuro memandang Adipati Pati telah bersikap sombong. Sikap yang memperlihatkan nafsu ingin berkuasa atas Tanah Jawa.
Mendengar perkataan Bupati Grobogan, Adipati Pati pun tersinggung. Ia pun tidur dengan menyimpan badik di pinggangnya.
Baik itu kemudian diambil oleh Bupati Grobogan, tanpa membuatnya bangun. Rupanya, sebelum mengambil badik di pinggang Adipati Pati, Bupati Grobogan membaca mantra sirep agar Adipati Pati lelap tidurnya.
Adipati Pati baru tahu badiknya hilang setelah bangun pagi. Seoertinya ua rahu yang mengambil adalah Bupati Grobogan, sehingga ia menganggap Bupati Grobogan lebih sakti darinya.
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Berantem dengan Adipati Pati, Mengapa Adipati Pati Tinggalkan Amangkurat V?
Itu ia katakan kepada orang-orang Vina yang ia berinpesan agar menjaga Amangkurat V ketika ia hendak ke Pati. Orang-orang Cina pun mencegah kepergian Adipati Pati dengan alasan tidak sanggup menjaga cucu dari cicit Sultan Agung tanpa ada Adipati Pati l.
"Dibandingkan saya, Ki Martopuro itu perkasa dan perwira, sakti dalam peperangan," jawab Adipati Pati menyebut Bupati Grobogan yang tetap tinggal di keraton.
Orang-orang Cina sengaja menghalangi kepergian Adipati Pati karena diminta oleh Bupati Grobogan. Bupati Grobogan mrmberi tahu, Adipati Pati pergi ke Pati jntuk merebut Pati agar tidak lagi mendukung Amangkurat V.
Adipati Pati telah berkirim surat ke Kompeni, meminta bantuan kepada Kompeni setelah Pangeran Madura meminta syarat ketika dimintai bantuan.
Komoeni dengan senang hati membantu Adipati Pati. Sebelum menaklukkan Pati, Kompeni menaklukkan Demak terlebih dulu.
Oohya! Baca juga ya:
Hal itu membuat Bupati Grobogan me jadi semakin marah kepada Adipati Pati sehingga meminta orang-orang Cina menghalang-halangi krpergiannya
Sebanyak 40 orang Cina datang di kediaman Adipati Pati. Ketika Adipati Pati nekat ingin berangkat ke Pati, orang-orang Cina segera menghunus pedang.
Adipati Pati pun duduk kembali, lemas. Merasa ngeri jika harus berhadapan dengan orang-,orang Cina.
Adipati Pati lantas mencari cara untuk membujuk orang-,orang Cina agar nau menjaga cucu dari cicit Sultan Agung dan mrmbiarkan dirinya pergi ke Pati.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid VI, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]