Lincak

Kondisi Anak Sultan Agung Sedang Lemah, Mengapa Kompeni Minta Perluasan Wilayah ketika Diminta Menumpas Trunojoyo?

Keraton Mataram, tempat anak Sultan Agung, Amangkurat I, beristirahat karena lemah fisik. Kompeni meminta perluasan wilayah sebagai imbalan untuk menumpas Trunojoyo.

Utusan Kompeni datang untuk berunding saat anak Sultan Agung, Amangkurat I, dalam kondisi lemah, sehingga tidak bisa menemui utusan itu. Maka, anak-anak Amangkurat I yang menerima utusan itu.

Kompeni menginginkan perluasan wilayah Kompeni hingga Pamanukan, tetapi ditolak oleh Pangeran Singosari. Selain kewajiban membayar biaya, Pangeran Singosari menolak memberi imbalan lain kepada Kompeni atas bantuan yang akan diberikan oleh Kompeni dalam menumpas pemberontakan Trunojoyo.

Amangkurat I juga mendukung Pangeran Singosari, tidak menyetujui permintaan perluasan wilayah Kompeni itu. Anak Sultan Agung itu hanya ingin melihat Trunojoyo hancur, tetapi tidak ingin memberi perluasaan wilayah kepada Kompeni.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Ini yang Membuat Anak Sultan Agung dan Penguasa-Penguasa Pesisir di Mataram Senang Didatangi Utusan Kompeni

Setelah perjanjian disepakati, Kompeni menanyakan biaya yang akan diberikan Mataram kepada Kompeni. Namun, anak-anak Amangkurat I menyebut kas kerajaan telah kosong setelah memberikan 10 ribu ringgit kepada Kompeni.

Kompeni menanyakan kemungkinan Mataram membayarnya dengan emas. “Tetapi yang diperolehnya tidak lebih dari kata-kata jaminan yang diucapkan dengan bersungguh-sungguh belaka,” tulis Dr HJ de Graaf.

Perjanjian awal telah dibuat pada 1646 pada saat Amangkurat I naik tahta menggantikan Sultan Agung. Pada 1677, perjanjian dibahas lagi berkaitan dengan permintaan Mataram agar Kompeni membantu menumpas pemberontakan Trunojoyo.

Karena sejak 1646 hingga 1677 Mataram tidak menyerahkan biaya atas bantuan Kompeni, maka utang Mataram kepada Kompeniti menjadi cukup besar. Mencapai 250 ribu riyal.
Sebanyak 125 ribu riyal harus segera dibayar pada 1677. Sebanyak 62.500 riyal harus dibayarkan pada 1678, dan 62.500 riyal lagi pada 1679.

Selain itu, Mataram juga harus menyerahkan 3.000 koyan beras. Jumlah itu harus diserahkan selama tiga tahun pada 1677-1679, berarti 1.000 koyan per tahunnya.

Oohya! Baca juga ya:

Digunjing karena Pinjol, Ternyata ITB Miliki Alumni Presiden dan Musuh Soeharto serta Anggota PMB

Dengan perjanjian baru pada 1677, Mataram harus membayar biaya sejak Juli 1677. Besarnya 20 ribu per bulan.

Perundingan perjanjian baru ini telah dibahas sejak Maret 1677. Pada saat itu kondisi Amangkurat I sudah melemah karena sakit-sakitan.

Pada Juni 1677, anak Sultan Agung itu harus melarikan diri meninggalkan keraton. Pasukan Trunojoyo semakin merangsek ke keraton, hingga akhirnya berhasil merebut keraton Mataram.

Perjanjian yang dibahas bersama anak-anak Amangkurat I itu pada akhirnya harus dijalankan oleh Amangkurat II yang naik tahta menggantikan Amangkurat I. Amangkurat I meninggal di tempat pelariannya.

Ini isi lengkap perjanjian Mataram-Kompeni yang dibuat pada 1677:

Dengan disahkannya perjanjian tanggal 23 September 1646 (pasal 1) maka ditetapkanlah guna memberi bantuan kepada Sunan melaan musuh-musuhnya, yang tidak berperang melawan Kompeni, asalkan Raja membayar biayanya (pasal 2).

Sungai yang menjadi batas wilayah tetap Sungai Karawang, karena Raja menolak perluasan daerah sampai Sungai Pamanukan (pasal 3). Kedua belah pihak akan tukar-menukar buda, orang yang berutang, juga orang Kristen dan orang kafir (pasal 4).

Oohya! Baca juga ya:

Husni Thamrin Meninggal Setelah Disuntik Dokter yang Dikirim Polisi Belanda, Ini Profil Ketua Ikatan Dokter Hindia yang Merawat Thamrin Itu

Barang dagangan Kompeni akan beredar di seluruh Kerajaan Mataram dan bebas dari cukai (pasal 5). Untuk keperluan perdagangannya, Kompeni boleh membangun loji dan menyewa tenaga kerja, yang tidak boleh dikenai pembayaran oleh para pembesar daerah lebihd ari satu riyal per kepala per tahun (pasal 6).

Para pedagang dan leveransir yang berdagang dengan Kompeni, yang membeli atau menjual, hanya dikenai pajak dua persen dari harga pembelian dan penjualan (pasal 7). Setiap tahun Sunan menyerahkan kepada Kompeni di Batavia: 4.000 koyan beras bermutu baik menurut yang berlaku di pasar (pasal 8).

Para warga Kompeni (orang-orang merdeka dan Cina), asalkan ada segelnya, harus membayar tiga persen atas pembelian dan penjualan satu riyal untuk setiap koyan beras (pasal 9). Mengangkut barang melintasi perbatasan hanya diizinkan dengan surat pas dari Kompeni (pasal 10).

Kompeni boleh menyerang musuhnya di teluk-teluk perairan Jawa; jika musuh yang menyerang, orang Jawa harus membantu (pasal 11). Bantuan harus diberikan kepada kapal-kapal Kompeni jika terdampar (pasal 12).

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Runtuhnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Siapa Budak yang Jadi Pahlawan Nasional di Indonesia?

Image

Banjarmasin Dua Abad Tolak Monopoli Kompeni, Dihapus Belanda pada 1860