Kakek Sultan Agung Bisa Membunuh Adipati Jipang, Bagaimana Pendiri Mataram Itu Mengalahkan Orang yang Ditakuti Joko Tingkir?
Joko Tingkir, ayah angkat kakek Sultan Agung, sudah sakti sejak menjadi santri Ki Ageng Selo. Ia bahkan pernah mengalahkan 40 buaya.
Tetapi ia tidak berani melawan Adipati Jipang yang telah membunuh kakak iparnya, Sunan Prawoto, yang baru menjadi sultan Demak, dan Pangeran Kalinyamat, suami adik Sunan Prawoto. Ia mengadakan sayembara dalam posisinya sebagai Adipati Pajang.
Sutowijoyo, yang kelak bernama Senopati dan menjadi pendiri Mataram serta menjadi kakek Sultan Agung, ikut ayahnya menyanggupi untuk membunuh Adipati Jipang, Aryo Penangsang. Bagaimana kakek Sultan Agung yang masih remaja itu bisa membunuh Adipati Jipang yang kesaktiannya melebihi kesaktian Joko Tingkir?
Oohya! Baca juga ya:
Ayah Sutowijoyo, Ki Ageng Pemanahan, dibantu oleh adik angkatnya, Ki Ageng Penjawi. Ki Ageng Pemanahan adalah cucu dari Ki Ageng Selo yang tinggal di Selo, Grobogan.
Diiringi oleh orang-orang Selo, Ki Ageng Pemanahan menuju ke Jipang, tetapi bertahan di pinggir kali, tidak mau menyeberang. Ia kirim surat tantangan kepada Adipati Jipang mengatasnamakan Joko Tingkir.
Surat tantangan dikalungkan di leher prajurit Jipang yang ia lukai. Hal itu membuat Adipati Jipang marah, lalu segera naik kuda menuju pinggir sungai.
Dari seberang sungai, ia berteriak meminta orang-orang Selo segera menyeberangi sungai agar bisa segerea bertanding dengannya. Tetapi orang-orang Selo menolaknya. Karena yang menulis surat tantangan adalah junjungan mereka, Joko Tingkir, maka mereka mempersilakan Adipati Jipang menyeberangi sungai untuk bertemu dengan Joko Tingkir.
Adipati Jipang semakin panas hatinya. Ia pun segera menghela kudanya untuk menyeberangi sungai. Orang-orang Selo percaya, jika orang yang hendak perang terlebih dulu menyeberangi sungai, maka orang itu akan kalah perang.
Oohya! Baca juga ya:
Tiba di seberang sungai, Adipati Jipang ternyata tidak bisa emnemukan Joko Tingkir. Maka ia pun mengamuk kepada orang-orang Selo. Banyak orang Selo tewas, tetapi yang lainnya tetap bersorak gemuruh, sehingga membuat Adipati Jipang semakin mengamuk.
Melihat banyak orang Selo yang tewas, membuat kakek Sultan Agung tidak sabar untuk ikut melawan Adipati Jipang. Ia ambil tombak Kiai Plered, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi mengawalnya.
Untuk mengganggu konsentrasi kuda yang ditunggangi Adipati Jipang, dilepaskanlah kuda betina. Kehadiran kuda betina itu membuat kuda Adipati Jipang tidak terkendali. Maka, kakek Sultan Agung pun menusukkan tombaknya ke tubuh Adipati Jipang.
Tombak Kiai Plered mengenai dada Adipati Jipang. Kuda yang ditunggani makin tak terkendali. Ketika Adipati Jipang tumbang karena tusukan tombak Kiai Plered, kudanya pun ikut tumbang.
Adipati Jipang meninggal dunia. Wilayah Pati dan Mataram yang dijanjikan oleh Joko Tingkir diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi. Ki Ageng Pemanahan menyerahkan Pati yang sudah sejahtera kepada Ki Ageng Penjawi.
Ki Ageng Pemanahan memilih Mataram yang masih berupa hutan. Ia pun kemudian membuka hutan itu yang kelak menjadi pusat Keraton Mataram setelah Joko Tingkir meninggal dunia.
Oohya! Baca juga ya:
KDRT, Pembangkangan, dan Perceraian di Jawa pada Abad ke-19
Joko Tingkir menjadi sultan Pajang dengan nama Hadiwijoyo, setelah ia meninggal, pusat kekuasaan beralih ke Mataram, dengan Sutuwijoyo menjadi penguasanya dengan nama Panembahan Senopati. Senopati digantikan oleh anaknya, Anyokrowati. Anyokrowati digantikan oleh Sultan Agung, yang merupakan cucu dari Senopati.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid 1, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]