Lincak

Kakek Sultan Agung Bikin Ratu Kalinyamat Sudahi Tapa Telanjang, Apa yang Dilakukan Pendiri Mataram Itu pada Adipati Jipang?

Senopati pendiri Mataram adalah kakek Sultan Agung. Semasa remajanya, ketika masih bernama Sutowijoyo, ia telah membuat Ratu Kalinyamat menghentikan tapa telanjang.

Setelah suami dan kakaknya dibunuh Adipati Jipang, Ratu Kalinyamat bersumpah melakukan tapa telanjang selama Adipati Jipang itu masih hidup. Joko Tingkir pun membuat sayembara: yang dapat membunuh Adipati Jipang akan mendapat hadiah wilayah Pati dan Mataram.

Apa yang kemudian dilakukan oleh kakek Sultan Agung sehingga Ratu Kalinyamat menyudahi tapa telanjang? Padahal Joko Tingkir pun tak sanggup membujuknya agar berhenti bertapa telanjang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Joko Tingkir merupakan adik ipar Ratu Kalinyamat yang menjadi adipati Pajang. Ia pernah menjadi santri Ki Ageng Selo.

Oohya! Baca juga ya:

RW pun Bahkan Lindungi Warganya dari Pinjol, Mengapa ITB Membiarkan Masuk Pinjol, Apa Reaksi Mahasiswa?

Kakak Ratu Kalinyamat yang dibunuh Adipati Jipang baru saja menjadi sultan Demak. Karena itulah, Joko Tingkir yang sudah menjadi bagian dari keluarga Keraton Demak mencari orang yang sanggup membunuh Adipati Jipang.

Aryo Jipang menuruh juga orang untuk mrmbunuh Joko Tingkir, tetapi orang itu tidak berhasil melukai Joko Tingkir. Namun, kesaktian Joko Tingkir ternyata masih jauh di bawah kesaktian Aryo Jipang, sehingga ia tidak berani melawan Aryo Jipang.

Ki Ageng Pemanahan, cucu Ki Ageng Selo, menawarkan diri untuk melawan Adipati Jipang, Aryo Penangsang. Ia libatkan anaknya yang sudah diangkat anak oleh Joko Tingkir: Sutowijoyo. Kelak, Sutowijoyo dikenal sebagai pendiri Mataram yang menjadi kakek Sultan Agung.

Ki Ageng Pemanahan juga melibatkan adik angkatnya, Ki Ageng Penjawi. Diiringi orang-orang dari Selo, Ki Ageng Pemanahan pergi ke Jipang. Tetapi ia tetap berada di sisi sungai, sebab orang yang sebelum berperang menyeberangi sungai, dipercaya akan mengalami kekalahan.

Oohya! Baca juga ya:

Cerita Diponegoro tentang Amangkurat II yang Batal Naik Haji Setelah Kejatuhan Cahaya dari Langit

Karenanya, ia kirim surat tantangan tandung satu lawan satu atas nama Adipati Pajang Joko Tingkir. Surat itu dikalungkan di leher prajurit Jupang yang telah dilukai oleh Ki Ageng Pemanahan.

"Permakluman perang. Peringatan bagi Aryo Jipang. Jika engkau memang prajurit dan laki-laki, ayo maju. Aku tunggu di tepi bengawan sore. Menyeberanglah, bertemu satu lawan satu dengan Adipati Pajang. Jangan mengandalkan pasukanmu. Akan aku hadapi satu lawan satu." Demikian surat tantangannya.

Membaca surat tantangan itu, mendidih darah Aryo Penangsang. Ia pun segera menunggangi kudanya, Gagak Rimang, menuju pinggir kali.

Orang-orang Selo pun bersorak menyambut kedatangan Aryo Penangsang itu. Dari seberang sungai, Aryo Penangsang meminta orang-orang Selo segera menyeberang sungai untuk bertanding dengannya.

Orang-orang Selo pun menjawab bahwa yang membuat surat tantangan adalah junjungan mereka Adipati Pajang. Mereka pun meminta Aryo Penangsang segera menyeberangi sungai untuk bisa bertanding dengan Adipati Pajang.

"Bukan pahlawan namanya kalau hanya berhenti di pinggir sungai," teriak orang-orang Selo memanas-manasi Adipati Jipang.

Oohya! Baca juga ya:

Desak Anies di Museum Diponegoro Dibatalkan, Ada Tembok Jebol di Lokasi Museum

Adipati Jipang semakin mendudih darahnya. Ia segera memecut kudanya agar segera mencebur ke sungai untuk sampai di lokasi orang-orang Selo.

Bgitu mencapai kokasi orang-orang Selo, ia tak menemukan Adipati Pajang Joko Tingkir. Makin marahlah Adipati Pajang, lalu mengamuk.

Banyak orang Selo yang terkena amukannya . Sorak-sorai orang-orang Selo melihat Adipati Jipang mengamuk, membuat Aryo Jipang jumawa.

Banyaknya orang Selo yang tewas menbuat Sutowijoyo tidak sabar untuk segera menghadapi Aryo Jipang. Ia ambil tombak Ki Plered. Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi mengiringi Sutowijoyo.

Oohya! Baca juga ya:

KDRT, Pembangkangan, dan Perceraian di Jawa pada Abad ke-19

Melihat Sutowijoyo, Aryo Jipang menyuruhnya pergi. Aryo Jipang menyatakan jik Sutowijoyo bukan tandingannya.

Kakek Sultan Agung itu pun marah mendengar dirinya diremehkan. Ia mulai menyerang Aryo Jipang.

Ketika Sutowijoyo melakukan penyerangan, Aryo Jipang tidak mampu mengendalikan kudanya. Paman Sutowijoyo rypanya mekepaskan kuda betina yang membuat kuda Aryo Jipang menjadi tidak terkendali.

Sutowijoyo berhasil menyarangkan tombaknya ke tubuh Aryo Jipang. Aryo Jipang tersungkur jatuh bersama kudanya.

Mendapat kabar matinya Aryo Jipang, Joko Tingkir meminta Ki Ageng Pemanahan melaporkannya kepada Ratu Kalinyamat agar segera menyudahi tapa telanjangnya.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid 1, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com