Lincak

Tahun-Tahun Kekalahan Diponegoro dari Belanda

Lukisan Raden Saleh tentang penangkapan Diponegoro pada 28 Maret 1830. Perundingan hanya siasat Belanda setelah Diponegoro menghadapi tahun-tahun kekalahan agar bisa menangkap Diponegoro.

Belanda dengan gemilang menguasai wilayah selatan dan tengah Yogyakarta pada awal 1828. Diponegoro terdesak ke barat.

Ia bersembunyi di hutan Bagelen pada tahun 1829. Belanda mencoba membuka perundingan untuk bisa menangkap Diponegoro.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kekalahan Diponegoro berawal pada 7 Januari 1828. Saat itu, wakil Jenderal De Kock, Kolonel Chochius, dibantu 120 prajurit Madura dan dan kolone kesultanan berhasil merebut Desa Tegalsari.

Sebanyak 30 prajurit Diponegoro ditawan. Sebanyak 100 ekor sapi dirampas.

Oohya! Baca juga ya: 2,5 Juta Penonton Film Siksa Neraka, Capres yang Mengumpat Apa Hukumannya? Di Komik Azab Neraka Ada Setrika Arang untuk Menghukum

Setelah itu, Chochius membakar semua desa dekat Plered. Pasar Gede dan desa-desa sekitarnya pun dikuasai Belanda, 21 ekor sapi dirampas dari Desa Wonokromo.

Selama Maret 1828, Cochius berhasil menguasai desa-desa di perbatasan Yogyakarta-Kedu. Setelah itu merebut desa-desa di sekitar jalan Yogyakarta-Magelang pada April 1828.

Dalam waktu tiga bulan, wilayah utara Yogyakarta pun direbut oleh Belanda. Benteng-benteng pertahanan dibangun Belanda di wilayah-wilayah yang telah dikuasai.

Benteng-benteng itu menyulitkan Patih Abdullah Danurejo untuk memungut pajak. Akibatnya pasukan-pasukan Dipoengoro makin kesulitan mendapatkan perbekalan.

Pada November 1828, Kiai Mojo dan 500 prajuritnya yang kesulitan perbekalan dikalahkan oleh Belanda. Mereka ditawan.

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Terserang Malaria, Pindah-Pindah Gubuk Selama Tiga Bulan Bersembunyi di Hutan Hanya Ditemani Dua Punakawan

Pasukan Diponegoro dipukul mundur, terdesak di tepi barat Kali Progo pada April 1828. Belanda beruntung bisa menangkap Kerto Pengalasan.

Pengalasan membantu membuka peluang perundingan Belanda-Diponegoro. Pada akhir Januari dimulai gencatan senjata, berlangsung hingga tiga bulan.

"Pada akhir Januari 1829 terjadi gencatan senjata sehubungan dengan rencana perundingan antara Ali Basah Sentot Prawirodirjo (utusan Diponegoro) dengan Kolonel Nahuys (utusan Jenderal De Kock)," tulis Saleh As'ad Djamhari.

Kerto Pengalasan pun memberikan informasi mengenai rencana Diponegoro mendirikan keraton baru, terpisah dari gubernemen.

"Kita tahu dari sumber-sumber lain bahwa yang pernah menjadi tempat markas besarnya di Sambiroto, daerah Adikarto, Kulon Progo, sebelah barat Kali Opak mungkin akan dipilih sebagai ibu kota kerajaan ini," kata Peter Carey.

Ketika masa gencatan senjata akan usai, Diponegoro memindahkan pasukan ke Pajang. Diponegoro memilih ke Bagelen ketika Belanda terus menyerbunya

Oohya! Baca juga ya: Menurut Diponegoro, Anak Raja Majapahit Ini Pandai Bicara, Mengapa Anak Bidadari yang Tinggal di Grobogan Benci Kepadanya?

De Kock terus melanjutkan revana perundingan dengan dibantu oleh Pengalasan. Namun, Johannes van den Bosch, gubernur jenderal baru yang datang pada awal Januari 1830, menegaskan tidak ada ruang perundingan untuk Diponegoro.

Perintah Raja Willem I yang ia bawa adalah menangkap Diponegoro. "Kehendak mutlak raja itu, tidak bileh ada perundingan lagi, hanya penyerahan diri tanpa syarat yang diizinkan," kata De Kock kepada Kolonel Cochius.

"Jika mungkin menangkap atau membunuh Diponegoro, hal itu tentunya sangat menyenangkan [...] jangan mengikat perjanjian apa pun dengan dia," kata Van den Bosch kepada De Kock.

Maka, De Kock merancang perundingan sebagai alasan agar bisa menangkap Diponegoro. Nasib Diponegoro berarti sudah dientukan sebelum perundingan dimulai

"Jangan melakukan perundingan apa pun dengan dia [...] hanya dengan syarat pemenjaraan seumur hidup penyerahan diri dan penangkapannya diizinkan. Tidak ada syarat lain apa pun," kata Van den Bosch kepada De Kock.

Oohya! Baca juga ya: Kata Diponegoro, Anak Raja Majapahit yang Dibuang ke Grobogan Sungkem kepada Bidadari Sang Ibu Mertua untuk Dapat Restu

Pada 8 Maret 1830 Diponegoro telah tiba di Magelang atas undangan De Kock. Pada tanggal itu juga Van den Bosch menulis surat untuk De Kock:

Sekalipun berkemampuan ... [Diponegoro] tetaplah seorang kriminal yang menimbulkan cercaan [...]. Memberi hati kepada oang srperti itu tentu saja akan dipandang kelak sebagai kelemahan yang tak bisa dimaafkan [...].
Apa anggapan orang jika kita sampai menunjukkan perkenan kepada seseorang yang sejauh ini sudah dikalahkan sehingga dia terpaksa berkeliaran di hutan belantara dengan hanya dua orang pengikut?

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Kuasa Ramalan karya Peter Carey (2012)
- Strategi Menjinakkan Diponegoro karya Saleh As'ad Djamhari (2014)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Ratu Belanda Kecewa Jepang Rebut Indonesia, Kenapa?

Image

Anggota Dewan Kabupaten Grobogan 9 Orang, Adakah Kakek Buyut Anda?

Image

Melawan Belanda dengan Bahasa