Diponegoro Terserang Malaria, Pindah-Pindah Gubuk Selama Tiga Bulan Bersembunyi di Hutan Hanya Ditemani Dua Punakawan
Diponegoro hampir saja tertangkap dalam penyergapan yang dilakukan Belanda pada 11 November 1829. Sejak itu, hingga tiga bulan berikutnya, Diponegoro harus berpindah-pindah di hutan Begelem barat.
Gubuk-gubuk kosong di hutan menjadi tempat singgahnya. Saat itu Diponegoro terkena serangan malaria saat pasukan Belanda terus memburunya.
Diponegoro minta bantuan kepada dukun tua di Desa Sebodo, Nyai Asmorotruno, untuk mengobati serangan malarianya. Dalam pelariannnya sebagai buron Belanda itu, Diponegoto hanya ditemani oleh dua punakawan, Roto dan Bantengwateng.
Oohya! Baca juga ya:
Ketika Diponegoro Memberi Wewenang kepada Militer untuk Memungut Pajak, Mengapa Ada Hukuman Cambuk?
Kekuatan pasukan Dipoengoro telah berkurang. Sentot Prawirodirjo, panglima senior perangnya, telah menyerah pada Oktober 1829. Setahun sebelumnya, Kiai Mojo beserta 500 pasukannya telah ditawan Belanda pertengahan November 1828.
Penasihatnya, Pamgeran Ngabehi, terbunuh di Pegunungan Kelir pada September 1829. Pada Seotember itu pula, Pangeran Prabuningrat juga terbunuh saat menpertahakan tempat peritirahatan Diponegoro di Selarong dari serbuan Belanda.
Saat Diponegoro beristirahat di Selarong, Belanda menyerbu. Pangeran Prabuningrat bersama 50 prajurit menyongsong kedatangan pasukan Belanda.
Namun, saat hendak kembali ke peristirahatan untuk bergabung lagi dengan Diponegoro dan pasukannya, ia terkena sabetan pedang. Penduduk desa menemukan mayatnya, Prabuningrat dikenali berdasarkan kerisnya yang bertatahkan intan.
Oohya! Baca juga ya:
Pada September 1829 itu pula, banyak panglimanya yang menyerah. Di Selarong itu pula, Diponegoro mengungkapkan wangsit yang telah diterimanya kepada Pangeran Mangkubumi.
Wangsit itu menyebutkan bahwa perjuangannya akan sia-sia. Tak ada lagi yang bisa ia sumbangkan selain mati syahid.
Pada 17 September 1829 Diponegoro mengalami kekalahan di Siluk. Bersama pasukan kecilnya yang tersisa, Diponegoro menyelamatkan diri dengan menyeberangi Kali Progo.
Diponegoro mengetahui lokasi-lokasi yang aman untuk menyeberangi Kali Progo sehingga selamat sampai seberang sungai. Pasukan Belanda yang mengejarnya terjebak oleh arus deras, membuat kuda-kuda Belanda hanyut.
Belanda melakukan rencana penyerbuan lagi karena yakin Diponegoro tidak akan bisa menyelamatkan diri lagi setelah menyeberangi Kali Progo. Beanda yakin Diponegoro tak akan menyeberangi Kali Bogowonto.
Pada abad ke17, Sultan Agung telah mengeluarkan pantangan bagi pangeran-pangeran Mataram agar tidak menyeberangi Kali Bogowonto. Pantangan yang dipatuhi keturunan Sultan Agung ini diketahui Belanda.
Rupanya Belanda kecele. Ketika Belanda melakukan pengejaran, Diponegoro bersama 50 prajurit pengawalnya telah menyeberangi Kali Bogowonto di bagian hulu.
Oohya! Baca juga ya:
Diponegoro Memberi Izin Sentot Panglima Perang Memungut Pajak, tetapi Mengapa Ia Menyesal Kemudian?
Awal Oktober Diponegoro menuju Pegunungan Remo yang berada di antara Bagelen dan Banyumas. Kemudian Belanda rupanya kehilangan jejak Diponegoto setelah hampir menangkapnya pada 11 November 1829.
Kegigihan Belanda akhirnya menemukan cara untuk menemukan Diponegoro. Basah Kerto Pengalasan membantu Bellanda untuk membuka perundingan dengan Diponegoro.
Kerto Pengalasan ditangkap Belanda saat Belanda menyerbu Diponegoro pada 11 November. Ia pernah terlibat dalam penyerbuan Gawok sebelum menjadi basah (panglima) yang ditempatkan di Bagelen.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Kuasa Ramalan karya Peter Carey (2012)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]