Pokoknya Aku tidak Mau, Teriak Untung Suropati di Keraton Amangkurat Sebelum Perwira Kompeni Kapten Tack Tiba
Untung Suropati telah mengikat tombak-tombaknya. Ia siap menyerahkan diri keoada Kompeni, seperti yang diperintah oleh Amangkura II.
Sebelumnya, ia sempat dipanggil tiga kali oleh Cakraningkrat II yang tidak setuju ada perang Kompeni-Mataram. Namun, Suropati tidak mau memenuhi undangan Cakraningrat.
"Pokoknya aku tidak mau," teriak Untung Suropat menanggapi undangan yang ketiga. Mengapa Suropati menolak undangan Cakraningrat?
Oohya! Baca juga ya: Drama di Keraton Amangkurat Menjelang Perwira Kompeni Kapten Tack Tiba untuk Menangkap Untung Suropati
Cakraningrat adalah penguasa Madura yang terap tinggal di keraton Mataram. Ia nenjadi sagabat Konoeni, sehingga ia ingin membantu Konoeni untuk menangkap Suropati.
Suropati merupakan budak Konoeni sejak kecil, yang kemudian menjadi buron. Ia mrndapat perlindungan dari Raja Mataram Amangkurat II atas bantuan Patih Nerangkusumo yang membenci Kompeni.
Amangkurat II telah mendapat pengaruh dari Nerangkusumo untuk juga membenci Kompeni. Di kemudian hari Anangkurat II berbalik mendukung Kompeni.
Cakraningrat memanggil Suropati setelah ia berunding denfan Kapten Greving, komandan benteng Kompeni. Ia tahu bahwa Amangkurat II tidak akan menyerahkan Suropati kepada Kompeni, karenanya ia melaporkan hal itu kepada Greving menjelang kedatangan Kapten Tack.
Maka, Greving menyarankan Cakraningrat agar mengundang Suropati, kemuduan menangkapnya atau membunuhnya. Tetapi Nerangkusumo meminta Suropati agar jamgan pernah memenuhi undangan Cakraningrat.
Amangkurat II kemudian memerintahkan Suropati agar menyerahkan diri kepada Kompeni. Suropati bersedia, dan akan melakukannya setelah Kapten Tack tiba di Kartosuro.
Oohya! Baca juga ya: Hilangnya Narasi Perlindungan Nelayan di Visi Misi Capres-Cawapres, Ini Kata Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan
"Apa ini? Kau mau menyerah? tanya Nerangkusumo yang melihat tombak-tombak pasukan Suropati telah diikat rapi.
Nerangkusumo pun membujuk Suropati agar tidak menyerah. Kalau kau bertekad menbela dirimu sendiri serta anak buahnu bersama pasukan yang akan kukirimkan untuk mendampinginu, maka tak seorang pun dapat merugikanmu," kata Nerangkusumo.
Suropati pun kemudian melepas ikatan tombak-tombaknya. Ia bersama pasukannya siap bertempur.
Pasukan Mataram terdiri dari 10 ribu prajurit sudah disiagakan oleh Cakraningrat. Ada 300 orang Madura yang ikut. Sedangkan orang Bali di belakang Suropati hanya 70 orang.
Suropati dan pengikutnya pun lalu mengenakan pakaian putih. Pakaian tang biasa digunakan untuk puputan, perang habis-habisan.
Saat pasukan Mataram mengepungnya, ada delapan pengikutnya yang tewas terkena tembakan. Dari pasukan Mataram hanya tiga yang terluka kena tikaman orang-orang Bali pengikut Suropati.
Oohya! Baca juga ya: Anies Baswedan Manfaatkan Tiktok untuk Kerja Kampanye, Alat Kerja Seperti Apa yang Diperkenalkan kepada Generasi X di Bangku Sekolah?
Mereka menerjang pasukan Mataram, menikam, lalu meloloskan diri ke arah timur. Pasukan Mataram kocar-kacir.
Ketika Kapten Tack tiba, Suropati sudah bersembunyi. Mengatur strategi untuk menjebak Kapten Tack.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Terbunuhnya Kapten Tack karya Dr HJ de Graaf (1989)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com