Drama di Keraton Amangkurat Menjelang Perwira Kompeni Kapten Tack Tiba untuk Menangkap Untung Suropati
Di benteng Kompeni pada 7 Februari 1686 malam, Cakraningrat mendapat pesan pasukan Mataram boleh menyerang Untung Suropatii. Pesan itu datang dari Kapten Tack yang menjawab Greving dengan surat bertinta merah.
Pada 6 Februari ada tiga surat ditulis atas nama Amangkurat II, tetapi tidak ada cap raja. Surat itu ditujukan ke Minangkabau, meminta bantyan untuk memerangi Konpeni, karena orang Jawa terancam musnah.
Asisten Residen Surabaya yang pernah ke Kartosuro mengetahui jika Untung Suropati dilindungi oleh Amangkurat II. Perlindungan itu diberikan setelah Patih Nerangkusumo mengatakan bahwa Kompeni akan menjauhkan Suropati dari Amangkurat II, sehingga dengan nudah Komoeni dapat menyingkirkan Amangkurat II lalu menguasai Jawa. Drama pun dimulai di keraton Amangkurat
Oohya! Baca juga ya:
Patih Nerangkusumo menjelaskan jika Suropati dapat menandingi Kompeni. "Sunan yang resah itu lalu memperlengkapi Suropati dengan senjata-senjata serta laskar-laskar Bali maupun Jawa," tulis HJ de Graaf.
Tetapi Cakraningkat meminta Amangkurat II agar tidak berperang dengan Kompeni. Cakraningkrat khawatir. Kompeni akan dengan mudah merebut Madura, wilayah kekuasaan Cakraningrat.
"Kamu tahu apa, kamu tidak berhak bicara urusan ini," sergah Amangkurat II kepada Cakraningrat.
Cakraningrat mutung, tak nau tahu lagi urusan keraton. Ketika dua hari kemuduan Amangkurat II menanggilnya untuk dimintai pendapat, Cakraningrat tak memberikan pendapatnya.
Oohya! Baca juga ya:
Diam-diam Cakraningrat membahas rencana penangkapan Suropati dengan Kapten Greving, komandan benteng Kompeni .Greving menyarankan agar Cakraningrat memanggil Suropati, lalu membunuhnya.
Cakraningrat pun memanggil Suropati, tetapi Suropati tidak memenuhi panggilan itu. Panggilan kedua dilakukan, Suropati tetap menolak. Panggilan ketiga diberikan disertai ancanan, Suropati tetap menolak.
Rupanya, Patih Nerangkusumo sebelumnya sudah membaca langkah Cakraningrat yang akan mencelakai Suropati. Maka ia pun meminta kepada Suropati agar tidak menerima undangan dari Cakraningrat.
Rupanya, Amangkurat II memang bersiasat dengan Patih Nerangkusumo untuk menjebak Cakraningrat. Ketidaksetujuannya terhadap perang melawan Kompeni dibiarkan oleh Amangkurat II.
Hal itu ditujukan agar Cakraningrat terus berkomunikasi dengan benteng Konpeni, sehingga dari perilaku Cakraningrat, Amangkurat bisa tahu yang direncanakan Kompeni teehadap Suropati dan Konpeni juga menjadi tahu bahwa bukan Amangkurat II yang menghakang-halangi rencana penangkapan terhadap Suropati.
Siasat lanjutan diatur. Cakraningrat diperinrahkan oleh Amangkurat II untuk menyiapkan pasukannya. Pada 8 Februari 1686 pagi Cakraningrat dan pasukan sudah bersiaga di benteng Kompeni dengan alasan untuk menyambut kedatangan Kapten Tack.
Oohya! Baca juga ya:
Kepada Untung Suropati, Amangkurat II menerintahkan agar menyerahkan semua senjatanya kepada Kompeni, seperti yang diinginkan Kapten Tack. Tetapi, penyerahan senjata baru akan dilakukan oleh Suropati setekah Kapten Tack tiba.
Maka, Amangkurat II meminta Suropati mendampingi Cakraningrat menyambut Kapten Tack. Suropati menolak perintah ini.
Amangkurat II pun memerintahkan Cakraningrat untuk menghabisi Suropati secepatnya. "Dalam waktu singkat atas perintah Sunan, aku harus menyerangnu," kata Cakraningrat.
Suropati pun mempersilakan Cakraningrat memulai penyerangan. Maka, perang pura-pura iru terjadilah pada 8 Februari 1686 pagi, dan Suopati kemudian berhasil meloloskan diri, lalu melakukan pembakaran rumah-rumah untuk menjebak Kapten Tack.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Terbunuhnya Kapten Tack karya Dr HJ de Graaf (1989)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com