Lincak

Suasana Keraton Amangkurat II Menjelang Utusan Kompeni Kapten Tack Datang, Apa yang Dilakukan oleh Raja Mataram?

Peta Keraton Mataram berikut alun-alun yang dikelilingi pagar bambu. Huruf C adalah siti inggil, huruf P adalah gerbang antara pos jaga dan kandang macan. Di bawah, terlihat benteng Kompeni (huruf R).

Tiba di keraton Amangkurat II di Kartosuro, Kapten Tack tidak mampir ke benteng Kompeni yang telah diperluas dengan balai peristirahatan untuk menyambut kedatangannya. Ia, kata HJ de Graaf mengutip catatan Nicolaus de Graaf, langsung menuju alun-alun.

Benteng Kompeni dibangun di sebelah utara alun-alun Keraton Mataram, di dalamnya ada loji. "Dengan demikian di sebelah utara alun-alun terdapat loji Kompeni, diapit oleh dalem Puger dan Cakraningrat," tulis HJ de Graaf. 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Catatan-catatan Belanda menggambarkan suasana keraton dan loji Kompeni menjelang kedatangan Kapten Tack. Loji Kompeni ini hanya dilindungi benteng yang dibuat dari batang bambu, dengan pintu gerbang ada di mua dan belakang.

Di tengah benteng bambu ada 10 rumah yang sangat kecil, berhimpitan. “Sehingga satu pasukan yang terdiri atas 48 prajurit tidak akan dapat mengambil posisi pertahanan,” tulis HJ de Graaf.

Oohya! Baca juga ya: Anies Baswedan Manfaatkan Tiktok untuk Kerja Kampanye, Alat Kerja Seperti Apa yang Diperkenalkan kepada Generasi X di Bangku Sekolah?

Jadi bangunan-bangunan di dalam benteng ini tidak ada yang dibuat dari batu. Gudang mesiu juga dibuat dari bambu, beratap daun rumbia.

Maka, di bagian belakang benteng, yaitu di sebelah utara, oleh Kapten Greving diperluas, untuk membangun rumah-rumah baru dan balai peristirahatan. Kapten Tack akan ditempat di sini selama berada di Kartosuro.

Greving diangkat sebagai komandan benteng, setelah keberhasilannya bertugas di selatan Tegal. Ia dianggap sebagai perwira yang memiliki keberanian.

Balai peristirahatan yang dibangun Greving direncanakan juga akan dijadikan sebagai tempat pertemuan Kapten Tack dengan pejabat-pejabat keraton. Melakukan perundingan dan menikmati minuman di situ.

Oohya! Baca juga ya: Amangkurat II Siapkan Pertunjukan 40 Harimau untuk Sambut Kapten Tack, Mengapa Wangsanata Melaporkan kepada Kompeni sebagai Persiapan Perang?

Di sebelah timur alun-alun ada Desa Gumpang. Desa ini kemudian didatangi oleh Kapten Tack karena setelah mendapat kabar anak buah Untung Suropati sedang membakar rumah-rumah di desa itu.

Di sebelah selatan alun-alun, yaitu di sebelah barat gerbang utara keraton, ada siti inggil. Di siti inggil ini ada pendopo. Alun-alun ini dikelilingi pagar bambu.

Di depan pintu gerbang utara ini ada pos jaga. Ada beberapa meriam ditaruh di situ. “Itulah pos bagi para pengawal Sunan,” tulis HJ de Graaf.

Di dekat siti inggil itu ada kandang-kandang harimau. Setiap akan ada pertunjukan hariamau, harimau-harimau itu tinggal dilepaskan untuk dibawa ke alun-alun.

Sebelum Kapten Tack tiba, Amangkurat II sudah merencakan menyambut kedatangannya dengan pertunjukan 40 harimau. Di alun-alun biasa diadakan pertunjukan harimau; harimau bertanding dengan banteng, atau harimau bertanding dengan prajurit bertombak

Di belakang kandang-kandang harimau itulah, Untung Suropati dan pasukannya bersembunyi setelah menyerang benteng Kompeni. Penyerangan dilakukan pada saat Kapten Tack dan pasukannya berada di Gumpang.

Suara tembakan meriam dan senjata dari dekat pintu gerbang ke arah benteng Kompeni, membuat Kapten Tack yang sedang di Gumpang terkejut. Ia merasa telah diperdaya oleh Suropati.

Pembakaran rumah di Gumpang rupanya merupakan strategi Suropati mengalihkan perhatian Kapten Tack. Ketika Kapten Tack tiba di alun-alun sepulang dari Gumpang, ia disambut dengan penyerangan oleh pasukan Suropati.

Oohya! Baca juga ya: Presiden Sukarno dan Selasa Gila di Sarinah Setelah Uang Rp 1.000 Diubah Jadi Rp 1

Dari benteng ke Gumpang, kapten Tack memerlukan waktu perjalanan 15 menit. Demikian pula kembali dari Gumpang, juga memerlukan waktu sebanyak itu. Cukup bagi Untung Suropati menyerang bentang lalu menyiapkan diri menyambut kedatangan Kapten Tack.

Bagaimana suasana keraton Mataram? Pada malam hari tanggal 7 Februari 1686, Amangkurat II memerintahkan Cakraningrat menyiapkan pasukannya. Patih Neangkusumo memerintahkan orang-orang Bali pengikut Untung Suropati menjaga keraton sebelah selatan. 

Pada 8 Februari 1686 pagi, pasukan Cakraningrat berkumpul di benteng Kompeni untuk menyambut kedatangan Kapten Tack. Dalam perjalanan dari keraton ke benteng Kompeni, cakraningrat mampir ke rumah Suropati.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Terbunuhnya Kapten Tack karya Dr HJ de Graaf (1989)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Siapa Budak yang Jadi Pahlawan Nasional di Indonesia?

Image

Banjarmasin Dua Abad Tolak Monopoli Kompeni, Dihapus Belanda pada 1860