Lincak

Cara Kompeni Menenangkan Orang-Orang Eropa yang Resah Setelah Kapten Tack Dibunuh oleh Untung Suropati di Kartosuro

Ilustrasi karya Tirto dari Gresik ini menggambarkan penyerangan Kapten Tack oleh Suropati pada 1686. Kompeni harus mencari cara menenangkan orang-orang Eropa yang resah setelah Kapten Tack dibunuh.

Pembunuhan terhadap Kapten Tack membuat resah orang-orang Eropa yang tinggal di pesisir utara Jawa. Mereka takut jika sewaktu-waktu pengikut Untung Suropati menyerbu mereka.

Apalagi, setelah kabar Untung Suropati telah membunuh Kapten Tack itu tersebar, di Jepara kemudian muncul kejadian ada orang Belanda yang disiksa oleh orang Jawa. Pejabat Kompeni di Jepara lantas meminta kepada Amangkurat II untuk menghukum Bupati Jepara Tumenggung Martopuro.

Pejabat Kompeni itu oleh Babad Tanah Jawi ditulis sebagai Kumendur Selut Hendriansah. Aslinya: Komandan Joan Albert Sloot.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Orang Belanda iri disiksa setelah warga menolak memberikan ayam yang ia minta. Karena orang Belanda itu ngotot, lalu terjadi pertengkaran. Orang Belanda itu akhirnya diikat dengan sabuk, lalu dipukuli.

Oohya! Baca juga ya: Ini Kata Eks Barista Starbucks untuk Para Pengunjung Pemula Kedai Kopi dari Amerika yang Sedang Diboikot Gara-gara Israel

Tidak hanya itu. Ia juga dipermalukan dengan cara mukanya dicoreng dengan jelaga, getah jarak, kunyit, dan kapur. Warga Jepara pun menertawakannya.

“Peristiwa itu kemudian dilapurkan kepada Kumendur Selut Hendriansah yang menjadi amat murka kepada Tumenggung Martopuro,” tulis Babad Tanah Jawi.

Amangkurat II tersinggung dengan surat Kapten Sloot itu lalu memerintah Adipati Puger untuk melakukan penyelidikan di Jepara. Kepada Kapten Sloot, Amangkurat II menulis surat bahwa ia akan segera menghukum mati Martopuro.

Arya Sindurejo dikirim ke Jepara untuk menyelidiki kasus itu. Setelah mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa dari Kapten Sloot di loji Kopmeni di Jepara, Sindurejo memanggil Martopuro.

“Saya sedang sakit kepala, nanti saja kalau sudah sembuh,” kata Martopuro kepada utusan Sindurejo yang dikirim ke rumahnya. (Ternyata, alasan sakit pun sudah dipakai sejak dulu untuk mengkir dari pemeriksaan).

Oohya! Baca juga ya: Selalu Ada Petani Grobogan yang Meninggal Tersengat Jebakan Listrik, Polisi Ikut Gropyokan Tikus Bersama Petani

Di loji, mendapat laporan Martopuro tidka bisa datang dengan alasan sakit kepala, Sindurejo pun menahan amarahnya. Melihat hal ini, membuat Kapten Sloot merasa tidak salah melaporkan kasus penganiayaan itu ke Amangkurat II.

“Sungguh ia tidak seperti manusia. Sudah dipanggil oleh Raden tapi bisa-bisanya ia menjawab seperti itu,” kata Kapten Sloot memanas-manasi Sindurejo.

Sloot pun segera memberi usul, agar Martopuro dipanggil ke loji karena Kopeni sedang mengadakan pesta penyambutan kunjungan Sindurejo. “Besok pagi gantian kita yang datang ke rumah Martopuro,” kata Sloot mengajukan ide mengundang pesta Martopuro.

Sindurejo tersenyum mendengar usul Sloot. Ia lantas mengirim dua pengawalnya pergi ke rumah Martopuro untuk menghabisi Martopuro.

Sebelum Sindurejo memanggil Martopuro secara resmi, malam harinya mereka sudah bertemu tanpa sepengetahuan Kapten Sloot. Martopuro diberi tahu akan diundang ke loji atas permintaan Kompeni, tetapi Martopuro diminat untuk melawan.

“Kalau pesan itu demikian, saya berani. Meski Kompeni bertambah seribu pun, saya tidak akan menyingkir. Bermusuhan denagn si kafir saya tidak akan gentar. Daripada saya mati dan tubuh saya jadi debu, lebih baik mengamuk kepada Kompeni,” kata Martopuro.

Di waktu lain, Kompeni harus menenangkan hati orang-orang Eropa yang khawatir diserang oleh pengikut Suropati. Kebetulan saat itu ada rombngan serdadu Kompeni dari Batavia menuju ke Maluku.

Oohya! Baca juga ya: Indonesia Memiliki Sebutan Zamrud Khatulistiwa, Siapa Pencetusnya?

Mereka singgah di Jepara untuk menambah perbekalan. Maka, kehadiran mereka pun dimanfaatkan. Semua serdadu diturunkan dari kapal, lalu pawai keliling kota.

Kepada masyarakat diumumkan jika kedatangan serdadu dari Batavia itu membawa tugas menumpas Suropati. Dari Jepara mereka akan dikirim ke Kartosuro.

Selama pawai mereka membawa senjata lengkap. Pasukan tambur memukul tamburnya dengan keras-keras. Penduduk Jepara pun keluar rumah untuk menyambut pawai itu.

Sehabis pawai keliling kota, mereka masuk benteng. Namun, pada malam hari, mereka diam-diam naik ke kapal lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Maluku. Orang-orang Eropa di pesisir utara tahunya serdadu itu berangkat ke Kartosuro.

Oohya! Baca juga ya: Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO, Bahasa Ini Lahir karena Tabrani Tersinggung oleh Belanda

Kalaupun mereka benar ke Kartosuro, mereka tentu sudah tidak akan mendapati Suropati. Sebab Suropati sudah berangkat ke daerah yang dihadiahkan oleh Amangkurat II kepadanya, yaitu Pasuruan.

Pun sebenarnya, Kompeni tidak akan mengirim pasukan ke Kartosuro. Setelah Kapten Tack dibunuh, Kompeni justru menarik pasukannya dari Kartosuro, sehingga di kemudian hari Amangkurat II meminta bantuan lagi dikirim pasukan Kompeni.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Buku III penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Untung Suropati karya Drs Sjafii (1977)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]