Ini Kata Eks Barista Starbucks untuk Para Pengunjung Pemula Kedai Kopi dari Amerika yang Sedang Diboikot Gara-gara Israel
Ada saja hal yang dilakukan pengunjung pemula Starbucks. Datang-datang langsung menghampiri barista di espresso bar untuk meminta buku menu. Ada juga yang langsung memilih meja lalu meminta buku menu kepada barista yang sedang bertuga di cafe station.
Saya sering menyaksikan hal itu saat barista yang bertugas di cafe station membersihkan meja yang habis digunakan pelanggan. Barista cafe station, kata Rahayu Kusasi, yang pernah dua tahun menjadi barista Starbucks, adalah barista yang masih baru.
Mereka akan berterima kasih jika pelanggan membersihkan sendiri gelas-gelas yang habis dipakai itu sebelum pergi. Mereka bisa membuangnya ke kotak sampah di dekat condiment bar.
Ada juga yang datang rombongan langsung bergerombol di dekat meja bar untuk mencari perhatian barista. Jika ada barista yang menoleh ke arah mereka, mereka segera melakukan pemesanan, padahal di depan POS berderat antrean para pelanggan.
Oohya! Baca juga ya: Penduduk Sumatra Barat Hanya Minum Kopi Daun, Belanda Menikmati Harga Jual Kopi 40 Gulden Per Pikul
POS singkatan dari point of sale. Di situ ada mesin register yang digunakan oleh barista untuk mencatat pesanan dan pembayaran.
Posisi POS disamping bar espresso (espresso bar). Yang disebut bar espresso adalah tempat barista menyiapkan minuman.
Barista yang sedang bertugas di POS akan menanyakan jenis menu yang dipesan oleh pelanggan. Menanyakan ukuran gelasnya, menandai gelas dengan nama pemesan dan jenis minuman yang dipesan.
Di gelas itu akan diberi catatan juga mengenai tambahan yang diminta oleh pelanggan. Misalnya, berapa shot espresso yang diminta, jenis susu yang diminta, dan sebagainya.
Memberi tanda di gelas, oleh para barista disebut sebagai marking cup. Memberi deskripsi mengenai minuman yang dipesan, mereka sebut sebagai calling drink.
Oohya! Baca juga ya: Jalan ke Baduy, yang Mau Minum Silakan di Bacok
Di gelas yang akan digunakan sudah tersedia kotak-kotak isian. Ada kotak decaf, shot, syrup, milk, custom, dan drink.
Biasanya, barista akan memastikan pesanan, sebelum menyerahkan gelas ke barista pembuat minuman yang ada di espresso bar. Lalu ia akan bertanya mengenai ada tidaknya pesanan lain, sembari menawarkan jenis-jenis makanan yang bisa disantap menemani jenis minuman yang telah dipesan.
Pada hari-hari tertentu ada promo. Misal, beli makanan dan minuman hanya bayar 50 persen untuk makanan, beli minuman dengan gelas tall dapat ukuran gelas grande. Dan sebagainya.
Di Starbucks ada empat ukuran gelas yang bisa dipesan. Mereka menyebut ukurannya dengan istilah short untuk gelas berukurkan 236 mililiter, tall untuk ukuran 355 mililiter, grande untuk ukuran 473 mililiter, dan venti untuk ukuran 591 mililiter.
Empat jenis itu untuk pesanan minuman panas. Jika pesanan minuman dingin, pelanggan hanya ditawari tiga ukuran, yaitu tall, grande, dan venti.
Jika pelanggan membawa gelas sendiri di hari tertentu, akan mendapat potongan harga Rp 5.000. Jika membawa gelas sendiri bermerek Starbucks juga akan mendapatkan potongan.
Setelah selesai memesan dan membayar, pelanggan bisa langsung ke meja yang dipilih. Meski banyak yang sudah menolak pembayaran dengan uang tunai, Starbucks yang sangat Amerika masih tetap menerima pembayaran denganuang tunai.
Jika minuman sudah jadi, barista akan menaruh minuman itu di meja pengambilan. Meja pengambilan ini, disebut barista Starbucks sebagai pick-up bar. Maka, ia akan berteriak memanggil nama pemesan yang tertulis di gelas itu.
Oohya! Baca juga ya: Minum Teh Sore di Indonesia, Tradisi dari Negara Manakah?
Jika memerlukan tisu, gula, sedotan kertas, pelanggan bisa mengambil sendiri di meja khusus yang menyimpan semua itu. Barista Starbucks menyebut sebagai condiment bar.
Jika sudah berkali-kali nama pemesan dipanggil tidak datang-datang juga, barista biasanya akan menghampiri tempat duduk pelanggan. “Barista tetap tidak akan mengantarkan minuman tersebut, tetapi akan menghampiri dan memberi tahu kalau minumannya sudah jadi dan dapat diambil di pick-up bar,” kata Rahayu Kusasi.
Jika ada pelayanan yang kurang memuaskan, pelanggan bisa meminta kompensasi. Misalnya, penyiapan pesanan melebihi waktu standar yang ditetapkan oleh Starbucks, atau pesanan yang dibuat tidak sesuai dengan permintaan.
“Pelanggan berhak menerima kupon Starbucks (recovery coupon). Kupon ini bernilai satu minuman ukuran tall jenis apa saja. Kupon ini diberikan jika pelayanan yang diberikan barista dianggap mengecewakan,” kata Rahayu Kusasi.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Globucksisasi, Meracik Globalisasi melalui Secangkir Kopi karya Rahayu Kusasi (2010)