Lincak

Semula Bantu Inggris Taklukkan Jawa, Banyaknya Candi di Jawa Jadi Dalih Tentara Sepoy untuk Melawan Inggris

Sekiar separuh tentara Inggris yang menyerbu Jawa adalah tentara Sepoy. Tapi, kemudian mereka balik melawan Inggris.

Orang-orang Belanda di Jawa itu mengenakan pita berwarna jingga di lubang kancing baju mereka pada Agustus 1814. Ini tidak biasanya. Ternyata, ini adalah kegembiraan secara sembunyi-sembunyi atas pemulihan kemerdekaan Belanda, setelah lepas dari kekuasaan Prancis.

Kabar Belanda bebas dari Prancis itu tiba di Jawa pada18-19 Agustus 1814. Inggris masih berkuasa di Jawa. Pita jingga itu juga kode yang mereka pakai untuk mengabarkan bahwa Belanda akan kembali menguasai Jawa.

Waktunya tidak akan lama lagi. Sekretaris Karesidenan Solo Sebastian Rauws menyebut 2-3 bulan lagi. Ia seyakin itu, padahal kesepakatan pemulihan koloni Belanda tidak menyebut Jawa. Menurut Peter Carey, menyebarnya informasi Belanda akan kembali ke Jawa membuat tentara Sepoy ketakutan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tentara Sepoy adalah orang-orang India yang tergabung dalam tentara Inggris ketika merebut Jawa dari Belanda-Prancis pada 1811-1812. Mereka sangat ditakuti oleh orang Jawa, sehingga keberadaan mereka oleh Thomas Stamford Raffles dipertahankan. Mereka ditempatkan ke kadipaten-kadipaten. Menurut catatan Mayor William Thorn, dari 11.960 tentara Kerajaan Inggris yang dikrim ke Jawa, sebanyak 5.777 adalah tentara Sepoy.

Oohya! Baca juga ya: Setelah Menginjak Biji Kopi di Batavia, Tentara Inggris Seret Sultan Yogyakarta di Depan Diponegoro

Berkat peran tentara Sepoylah Raffles berhasil merebut Keraton Yogyakarta dan menjarahnya selama empat hari. Namun, ketika tentara Sepoy dipertahankan di Jawa (Yogya-Solo), perwira-perwira Inggris yang memimpin tentara Sepoy ini ditarik, sehingga di keudian hari disiplin mereka merosot selama di Jawa.

Intrik politik di keraton Solo membuat Pangeran Mangkubumi memanfaatkan tentara Sepoy menekan Sunan Pabuwono IV dan dan menekan pemerintahan Inggris di Jawa. Mangkubumi sudah lama menjalin komunikasi dengan orang-orang Sepoy.

Kepada Sunan Pakubuwono IV, orang-orang Sepoy itu sering menyatakan Jawa adalah negeri Brahma. Para dewa mereka akan senang jika melihat Jawa, karena menurut mereka, Jawalah negeri yang sesuai dengan yang digambarkan di kitab-kitab suci mereka. Candi-candi yang baru saja ditemukan di Jawa, memberikan gambaran itu.

Oohya! Baca juga ya: Pemkab Grobogan Berkomitmen Utamakan Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

Di Yogyakarta, beberapa pangeran memasang patung-patung dari candi-candi di rumah mereka. Ini kesmepatan bagi orang-orang Sepoy membujuk Sultan Hamengkubuwono IV mendukung rencana mereka memberontak kepada Inggris. Tapi Sultan menolaknya.

Maka, di Sololah rencana pemberontakan tentara Sepoy disusun. Rencana akhir kemudian dimatangkan di Yogyakarta. Namun, pada 21 Oktober 1815, rencana itu bocor, sehingga perwira Inggris mengultimatum mereka.

Tapi rencana tetap berjalan. Pada 24 Oktober 1815 siang, 29 perwira dan bawahan Sepoy berkumpul di Taman Sari yang belum diperbaiki. Mereka bersumpah mengerahkan dukungan dalam rencana pemberontakan. Salah satu dari mereka yang kesurupan mengatakan pembunuhan terhadap perwira Inggris cocok dilakukan pada pukul 18.30-19.00.

Oohya! Baca juga ya: Rempang Ternyata Bukan Hanya Nama Pulau, Ada Juga Kapal Rempang yang Membantu Perahu Layar yang Dapat Masalah

Pada malam harinya, mereka berkumpul lagi pada pukul 19.00. Tidak langsung beraksi, melainkan menunggu lebih banyak yang berkumpul. Karena tak banyak yang bergabung, rencana ditunda pada 26 Oktober 1815, yang di kemudian hari karena dukungan belum cukup, ditunda lagi pada 29 Oktober 1815.

Belum juga terealisasi rencana pemberotakan, tentara Inggris menangkap mereka. Sebanyak 17 orang ditembak mati di Semarang setelah mahkamah militer mengadili mereka. Sebanyak 50 orang lagi dipulangkan ke India dengan keadaan dibelenggu.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
The Conquest of Java, Nineteenth-century seen through the eyes of a soldier of the British Empire karya Major William Thorn
Usal Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy dan Lukisan Raden Saleh karya Peter Carey

Oohya! Baca juga ya: Meski Berhasil Kalahkan Banteng, Cicit Raja Majapahit yang Tinggal di Grobogan Ini Tetap Ditolak Jadi Prajurit

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]