Kendeng

Sultan Masih Kanak-kanak, Tanah Grobogan Diberikan oleh Pakubuwono I kepada Belanda Lalu Diberikan oleh Raffles kepada Pakualam I

Tanah Grobogan diberikan kepada Belanda oleh Pakubuwono I. Diambil aloh oleh Inggris lalu diberikan kepada Pakualam I, cucu Pakkubuwono I

Saat Sultan Hamengkubuwono IV meninggal dunia pada 3 November 1822, usianya baru 18 tahun. Pakualam I yang mendapat hadiah tanah Grobogan menjadi wali sultan sejak 1814, saat Hamengkubuwono IV masih berusia 10 tahun.

Perwalian berlangsung selama enam tahun hingga 1820, saat Hamengkubuwono IV berusia 16 tahun. Seharusnya Diponegoro yang layak menjadi wali sultan.

Diponegoro adalah anak tertua Hamengkubuwono III dari istri selir. Sedangkan Hamengkubuwono IV adalah anak pertama Hamengkubuwono III dari permaisuri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tetapi, Raffles lebih senang menunjuk Pakualam I, adik dari Hamengkubuwono II, sebagai wali sultan. Pakualam I sudah menjadi sekutu Raffles sejak 1811.

Oohya! Baca juga ya:

Kisah Ratu Kalinyamat Menyelamatkan Suaminya dari Aryo Penangsang dan Asal Usul Nama Makam Mantingan serta Seni Ukir Jepara

Pakualam I adalah cucu dari Amangkurat IV. Amangkurat IV merupakan anak dari Pakubuwono I (berkuasa 1709-1719).

Pakubuwono I merebut tahta dari Amangkurat III atas bantuan Belanda. Wilayah Grobogan menjadi hadiah dari Pakubuwono I, kakek buyut Pakualam I, untuk Belanda.

Setelah Inggris mengalahkan Belanda, Raffles mengambil tanah Grobogan itu lalu diberikan kepada Pakualam I. Pada saat itu, Pakualam masih bernama PA Notokusumo, sedang dipenjara di Cirebon.

Setelah Raffles merebut kekuasaan Daendels, Notokusumo dibebaskan. Notokusumo lalu dijadikan sekutu di Keraton Yogyakarta.

Notokusumo diiming-imingi imbalan 6.000 koin Spanyol dan tanah Grobogan. Tanah di Grobogan seharusnya dikembalikan ke keraton, tetapi Raffles sengaja tidak mengembalikan karena akan ia gunakan untuk menyogok Notokusumo.

Oohya! Baca juga ya:

Hamengkubuwono IV Wafat pada 6 Desember 1822, Diponegoro Memarahi Residen Yogyakarta dan Ditipu Ratu Ageng

Atas bantuan Notokusumo, raffles berhasil merebut Keraton Yogyakarta. Raffles lalu menangkap Sultan Hamengkubuwono II dan mengangkat Hamengkubuwono III sebagai raja baru pada 1812.

Sebelumnya, Hamengkubuwono III sudah dijadikan raja oleh Daendels pada 13 Desember 1810 dengan cara memaksa Hamengkubuwono II turun dari tahta. Hamengkubuwono II tetap tinggal di istana.

Karenanya, Hamengkubuwono II masih bisa memainkan pengaruhnya. Ketika keraton dalam situasi kritis, Hamengkubuwono II tampil lagi menjadi raja pada 1811.

Daendels sudah melakukan intrik di keraton sejak ia datang di Jawa pada 1808. Ia dapat mengambil hati Raden Tumenggung Notoningrat, anak dari Pangeran Notokusumo.

Notokusumo dan Notodiningrat kemudian dikirim ke penjara bawah tanah di Cirebon.
Daendels diganti oleh Jan Willem Janssens pada Februari 1811. Belum juga bertindak untuk Notokusumo dan Notoningrat, Raffles telah menguasai Batavia pada 26 Agustus 1811.

Di Yogyakarta, Hamengkubuwono II semakin memperkuat barisan anti-Belanda di lingkungan keraton. Namun, ia kemudian mendapat “lawan” Notokusumo yang dibebaskan Raffles dan membentuk kubu pro-Inggris bersama Hamengkubuwono III.

 

Oohya! Baca juga ya:

Sultan Hamengkubuwono V yang Masih Balita Membuka Peluang Penguasa Belanda Menginjak-injak Orang Jawa

Pada November 1811, Raffles memberi janji kepada Notokusumo gaji 6.000 koin Spanyol dan tanh di Grobogan. Informasi tentang keraton dipasok kepada Raffles, ini mendorong Raffles menyiapkan 1.200 prajurit untuk menyerbu Keraton Yogyakarta.

Setelah Raffles menguasai keraton, Notokusumo dijadikan pangeran yang otonom. Ia diangkat menjadi Pakualam I, diberi wilayah kekuasaan di Pakualaman.

Ia diberi 750 koin Spanyol dan tanah di Grobogan seluas 4.000 cacah sebagai kepemilikan turun-temurun. Cacah merupakan sebutan untuk orang yang mengerjakan sawah.

Satu cacah berarti satu pekerja. Empat cacah biasanya mengerjakan tanah seluas satu jung yang setara dengan 28.300 meter persegi. Untuk 4.000 cacah, berarti luas tanahnya mencapai 1.000 jung.

Seribu jung berarti sekitar 28.300.000 meter persegi. Setara dengan sekitar 2.380 hektare.

Oohya! Baca juga ya:

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Pakualam I belum sempat pindah ke Pakualaman, Hamengkubuwono III meninggal dunia pada 3 November 1814. Raffles harus mengangkat raja baru, Hamengkubuwono IV, yang masih berusia 10 tahun.

Bukan Pangeran Diponegoro selaku kakak tertua yang ditunjuk sebagai wali sultan. Diponegoro adalah putra tertua Hamengkubuwono III, tetapi dari istri selir. Hamengkubuwono IV putra tertua dari permaisuri.

Raffles menunjuk Pakualam I sebagai wali sultan selama enam tahun. Ketika perwalian selesai pada 1820, Hamengkubuwono IV juga berada di kubu pro-Barat.

Hamengkubuwono IV meninggal dunia pada 1822 dalam usia 18 tahun. Ia meninggalkan putra mahkota yang baru berusia dua tahun.

Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Van der Capellen menunjuk Diponegoro dan Mangkubumi menjadi wali sultan yang masih berusia dua tahun itu.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 13 April 1937
De Locomotief, 12 April 1937

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam