Grobogan Punya Naga, tetapi Baru Bisa Terbang Setelah Menjelma Sebagai Pemuda Perkasa
Aji Saka, raja Medang Kamulan, kerajaan di wilayah Grobogan sekarang, menyuruh anaknya untuk bertarung dengan buaya putih di laut selatan. Anak Aji Saka ini lahir dalam wujud naga dari sebuah telur.
Ketika ia bertarung dangan buaya putih, laut selatan bergolak. Hal itu membuat Ratu Laut Selatan, Nyi Loro Kidul keluar dari istananya.
Ia mendapati penyebab alam bergolak. Seekor nada telah bertarung dengan buaya putih dan berhasil mengalahkannya.
Oohya! Baca juga ya:
Buaya putih adalah penjelmaan dari Dewata Cengkar, raja Medang Kamulan yang suka menyantap manusia. Setelah dikalahkan oleh Aji Saka, ia tinggal di laut selatan dalam wujud buaya putih.
Nyi Loro Kidul bersyukur buaya putih telah dikalahkan oleh seekor naga yang bernama Jaka Linglung. Maka, Jaka Linglung pun dijamu di istananya.
Setelah dinikahkan Nyi Blorong, barulah ia dibolehkan pulang. Setelah bisa mengalahkan buaya putih, sebenarnya Jaka Linglung masih memiliki tugas mencari istri ayahnya.
Tapi Nyi Loro Kidul telah mengatakan bahwa Ny Loro Kidullah istri Aji Saka, maka ia pun segera pulang ke Medang Kamulan. Sebagai naga, seharusnya ia bisa terbang.
Namun kenyataannya, ia tidak bisa terbang. Bisa jadi gara-gara ia lahir dari sebutir telur ayam. Jika ia lahir dari sebutir telur elang, pasti ia akan bisa terbang.
Oohya! Baca juga ya:
Asal Mula Orang-Orang Cina Bisa Menjadi Pedagang di Indonesia dan Menguasai Perekonomian
Maka, ia pulang ke Medang Kamulan melalui alam bawah, yaitu dari dalam tanah. Risikonya, ia tidak bisa melihat terang lokasi Medang Kamulan, sehingga harus sering muncul ke permukaan tanah untuk melihat arah.
Bekas kemunculannya di permukaan menjadi sumur-sumur berair asin. Sumur-sumur itu ada di banyak tempat, di setiap tempat ia muncul ke permukaan. Ada di Jono, ada di Bleduk Kuwu, dan sebagainya.
Sumur-sumur itu di kemudian hari, menjadi sumber pendapatan bagi penduduk. Oleh penduduk setempat, air asin yang ada si sumur-sumur itu digunakan untuk membuat garam.
Nama Jaka Linglung diberikan kepadanya karena ia seperti orang linglung saat pulang dari laut selatan. Harus selalu muncul ke permukaan bumi untuk mencari arah.
Di istana, kedatangannya disambut Aji Saka. Lalu ia dihadiahi mahkota emas, sisik di badannya juga dilapis emas. Ekor, gigi, dan taringnya juga dilapis emas.
Cupu astagina, yaitu air bertuah, disimpan di ekornya. Cupu astagina ini bermanfaat untuk menghidupkan kembali naga yang mati.
Oohya! Baca juga ya:
Anies Baswedan Kunjungi Museum Hatta di Bukit Tinggi, Komunitas Jejak Republik Punya Cerita
Jaka Linglung kemudian diangkat menjadi pangeran adipati. Ia menguasai wilayah Tunggulwulung.
Namun, baru setahun tinggal di Tunggulwulung, unggas dan segala binatang sudah habis dia makan. Ia pun kena hukuman dari Aji Saka.
Jaka Linglung disuruh pergi ke hutan klampis untuk bertapa dengan mulut menganga. Hanya jika ada benda yang masuk ke mulutnya, ia boleh memakannya. Minum pun jika hari sedang turun hujan.
Suatu hari, hujan badai menerjang Medang Kamulan. Pohon-pohon tumbang. Banjir bandang pun datang.
Penduduk harus mengungsi ke istana. Namun, ternyata istana pun juga diterjang badai, sehingga penduduk diungsikan ke tempat yang lebih tinggi.
Oohya! Baca juga ya:
Berhari-hari hujan badai tak juga reda. Rumah-rumah penduuk sudah hancur, hewan-hewan piaraan terseret banjir. Aji Saka harus meminta kepada Yang Maha Kuasa agar bencana segera diakhiri.
Tidak juga reda bencana itu, hingga akhirnya datang seorang pemuda perkasa yang melesat dari angkasa. Pemuda itu lalu menghela hujan badai hingga akhirnya reda.
Hari berganti hari, penduduk sudah kembali ke desa masing-masing dan memperbaiki segala hal yang rusak. Mereka mencobabangkit untuk menjalani hidup yang baru.
Setelah kondisi kembali normal, Aji Saka berpikir bahwa berakhirnya bencana ini bukan karena tindakannya. Ia merasa ada kekuatan lain yang melakukannya.
Suatu hari, ada yang memberi laporan kepada Aji Saka bahwa hujan badai itu berhenti setelah ada pemuda yang terbang dari langit lalu menghalau hujan badai itu. Aji Saka pun meminta pemuda itu datang di istana.
Pemuda itu pun datang bersembah dan mengaku sebagai Naga Jaka Linglung anak Aji Saka yang dihukum bertapa di hutan klampis. Naga itu yang tidak bisa terbang selama menjadi naga, akhirnya bisa terbang setelah jadi pemuda tampan, pewaris tahta Kerajaan Medang Kamulan.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
- Javaansche Sagen en Legenden: Zeden en Gewonten karya JL Amerika dan A Suardi (1925)
- Joko Linglung diceritakan dan digambar oleh MAN (1988)
- Serat Centhini Jilid 1 karya Ngabei Ranggasutrasna, dkk, koordinator penyunting Darusuprapta (1991)