Ketum Golkar Sebut Raja Jawa, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia? Betapa Dulu Indonesia Disebut dengan Bangga
Puisi Taufiq Ismail “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” masih memiliki relevansi pada saat ini. “Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu”.
Puisi itu ditulis pada tahun 1998. Itu tahun Presiden Soeharto –yang kala itu disebut sebagai Raja Jawa--digulingkan. Lalu mengapa ketua umum Golkar (ketum Golkar) yang baru terpilih juga menyebut jangan main-main dengan Raja Jawa?
Seorang CEO perusahaan jasa penyedia pramukebersihan dan tenaga pengamanan setiap hari meneriakkan slogan “Aku bangga jadi orang Indonesia” kepada ratusan ribu lulusan SMP-SMA. Mereka adalah yang sudah putus asa mencari pekerjaan, dan pilihan terakhirnya adalah melamar sebagai pramukebersihan dan tenaga pengamanan.
Oohya! Baca juga ya:
Slogan “Aku bangga jadi orang Indonesia” digelorakan untuk memotivasi mereka agar bisa berbuat yang terbaik. CEO itu adalah Elisa Lumbantoruan, lulusan Matematika ITB yang berasal dari Tanapuli.
Tapi upaya Elisa berkebalikan dengan ulah elite politik. Ulah para elite politik itu telah membuat banyak orang menjadi malu sebagai orang Indonesia. Maka keluarlah penyebuatan Negeri Wakanda dan Konoha setiap menyebut hal-hal yang buruk dan melalukan yang terjadi di Indonesia.
Penyebutan Indonesia sebisa mungkin dihindari, lalu menggantinya dengan penuebutan Konoha dan Wakanda. Padahal di masa pergerakan kemerdekaan, Indonesia disebut dengan bangga sebagai keinginan merdeka tanpa harus menyebut kata merdeka. Kaum pergerakan mengindari kata merdeka, karena kata ini bisa membuat marah pemerintah kolonial.
Maka, mereka senang memakai kata Indonesia sebagai pengganti Hindia Belanda. Pemerintah kolonial pun memahami kata Indonesia memiliki makna ingin memisahkan diri dari Hindia Belanda.
Oohya! Baca juga ya:
Benarkah Indonesia tidak Dijajah Belanda 350 Tahun? Bung Karno Bilang Ini
Akibatnya, ketika pada 1921 diusulkan amendemen UUD mengenai penggantian Hindia Belanda menjadi Indonesia, Kerajaan Belanda pun menolaknya. Kendati begitu, tak ada yang bisa menghalangi untuk menyebut diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air Indonesia, berbahasa Indonesia.
Pada 1921 itu, saat orang-orang Indonesia di Volksraad berada di barisan menuntut penggantian Hindia Belanda dengan Indonesia, Muh Yamin sebagai aktivis Jong Sumatranen Bond, masih bertanah air Sumatra. Belum bertanah air Indonesia.
Tabrani, aktivis Jong Java, tak ingin hanya Jawa Raya saja yang sejahtera. Maka ia berdiri di barisan pendukung Indonesia Raya.
Raja Jawa tidak menguasai Indonesia, saat itu. Maka, di Kongres Pemuda Indonesia Pertama, Muh Yamin membuat rancangan ikrar pemuda berbangsa Indonesia, bertanah air Indonesia, dan berbahasa Melayu. Tabrani menyetujui dua yang pertama tetapi menolak satu yang terakhir. Ia mengusulkan berbahasa Indonesia.
Alasannya sederhana. Tanah airnya Indonesia, bangsanya Indonesia, masak bahasanya Melayu. Bahasanya juga harus Indonesia. Indonesia menjadi sebutan yang diidamkan dan dibanggakan saat itu, tak ada rasa malu, mengalahkan sebutan Nusantara yang sudah ada sejak zaman Majapahit.
Ada makna pembangkangan dan perlawanan dalam penyebutan orang Indonesia oleh kaum pergerakan kemerdekaan dibandingkan harus menyebut orang Hindia Belanda. Sekarang, makna pembangkangan dan perlawanan itu justru muncul lewat penyebutan Konoha dan Wakanda.
Oohya! Baca juga ya:
Joko Tingkir Menebang Pohon Beringin Besar, Ki Ageng Selo Bilang Apa?
Diabaikan juga, maka puncaknya dimulai hari kemarin. Seruan Aksi beredar setelah DPR menganulir putusan MK soal batas usia calon kepala daerah.
Seruan Aksi berupa video dan gambar lambang Garuda Pancasila garis putih dengan latar biru itu disertai tulisan Peringatan Darurat. Di video ada bunyi sirine tanda bahaya.
Ketika banyak orang sibuk menyebarkan gambar/video peringatan darurat itu, Ketua Umum Partai Golkar yanag baru terpilih berpidato. “Jadi kita harus lebih paten lagi. Soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita,” kata Bahlil, sang ketua umum.
Setelah Airlangga Hartarto mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Golkar, banyak yang sudah memprediksi Bahlil yang akan menjadi ketua umum yang baru, karena dia dianggap sangat dekat dengan Raja Jawa.
Priyantono Oemar