Lincak

Buktikan Ada Salju di Puncak Carstensz, Lorentz Jatuh di Ketinggian 4.272 Mdpl

Puncak Carstensz dan Puncak Wilhelmina. Jan Carstensz melihat salju di puncak gunung di Papua pada 1623, membuat orang Eropa tidak percaya. Hampir tiga abad kemudian dilakukan pembuktian dengan mengirim tim ekspedisi. Hendrik Albert Lorentz jatuh dalam pendakian itu pada 1909. Sumber:de volkskrant (1992)

Hendrik Albert Lorentz sampai harus tiga kali datang ke Papua untuk membuktikan adanya gunung dengan puncak bersalju di Tanah Khatulistiwa. Itu ia lakukan hampir tiga abad setelah Jan Carstensz melihatnya pada Februari 1623.

Bahkan pada kunjungannya ketiga, Lorentz mengalami kecelakaan dalam pendakian, jatuh dari ketinggian 60 meter. Jan Carstensz melihat puncak bersalju setelah sekitar dua pekan JP Coen pulang ke Belanda.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619–1623 itu pulang ke Belanda pada 1 Februari 1623. Carstensz melihat puncak bersalju pada 16 Februari 1623. Ketika Carstensz melaporkan dalam jurnal perjalanannya, orang Eropa tak ada yang percaya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mana mungkin di negeri tropis ada salju? Berulang kali selama hampir tiga abad para pelaut mencoba membuktikannya, tapi tak mendapatkan hasil.

Jan Carstensz merupakan kepala dagang VOC (Kompeni). Ia pergi ke Papua, wilayah yang belum ada di peta yang dipunyai Kompeni, membawa dua kapal, yaitu dengan kapal Arnhem dan Pera.

Ia berdiri di dek Pera, melihat jauh di balik hutan di pedalaman. Pemandangan yang ia lihat dan juga dilihat oleh orang-orang yang ada di kapal sungguh mencengangkan.

“Di kejauhan, ia melihat puncak gunung putih berkilauan di langit tropis,” tulis Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 12 April 1910.

Pada malam harinya, Carstensz menulis di jurnal hariannya. Seperti dilaporkan Friesch Dagblad edisi 20 Desember 1937, ia menyebut gunung yang ia lihat itu sangat tinggi, sekitar 16 kilometer ke pedalaman. Gunung itu berselimut salju .

“Menjadi hal yang aneh pegunungan yang ada di garis Katulistiwa memiliki salju,” tulis Carstensz, yang namanya kemudian diabadaikan untuk nama puncak gunung yang ia lihat itu.

Maka, untuk membuktikan keanehan yang diceritakan Carstensz, dilakukan ekspedisi pada 1903 dipimpin oleh Profesor Wichmann. Lorentz ikut dalam rombongan ini. Tidak ada penjelasan mengenai hasil ekspedisi pertama ini.

Ekspedisi berikutnya dilakukan pada 1904-1905 dipimpin oleh Letnan Posthumus Meijes dan Kapten Rochemont. Rochemant dan insinyur tambang Moerman berhasil mencapai ketinggian 2.017 mdpl.

Namun, mereka mengalami kesulitan untuk melanjutkan pendakian, sehingga turun sebelum bisa melihat salju. Pada April-Desember 1907, Lorentz untuk keduanya kalinya kembali mendaki, kali ini ia yang memimpin ekspedisi.

Pada 5 September 1907 mereka mencapai ketinggian 2.300 mdpl. Dari ketinggian ini tim ekspedisi bisa melihat salju di salah satu puncak, lalu mereka namai puncak di ketinggian 4.023 mdpl itu sebagai Puncak Wilhelmina.

Pendakian tidak dilanjutkan karena adanya banyak penolakan. Namun, tekad kuat untuk mencapai puncak membuat pendakian dilanjutkan pada 1909, sebagai pendakian Puncak Carstensz yang ketiga bagi Lorentz.

“Bivak kami, yang tertinggi pernah dibuat, bivak Wilhelmina. Menurut hipometer berada di ketinggian 4.023 mdpl dengan suhu minus 0,5 derajat Celsius,” tulis Lorentz mengenai pendakiannya pada November 1909..

Mereka mencapai Puncak Wilhelmina, pendakian dilakukan dengan cara meninggalkan barang bawaan di sepanjang danau gletser, berjalan di atas batu-batu besar dan celah-celah yang tak beraturan. Tentu saja bukan pendakian yang mudah.

Berita Terkait

Image

Ikut Buktikan Salju Puncak Carstensz, 2 Orang Dayak Tewas

Image

Ada LSPro di Tanah Papua, Uji Mutu Kopi, Kakao, dan Pala tak Perlu Lagi ke Jawa

Image

Prabowo Ingin Swasembada Pangan. Berani Tiru Orang Dayak dan Orang Papua?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com