Mahasiswi Itenas Bicara Soal Desain Interior Gedung DMI, Resensi Buku Ini tentang Gedung DMI yang Berdiri di Matraman
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250210184428-407.jpeg)
Oleh Mayrahmaulina Dwi Adinda Putri, mahasiswi Program Studi Desain Interior Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung
Desain yang fungsional terlihat di Gedung Dewan Masjid Indonesis (DMI). Sustainable design menjadi salah satu kekuatan gedung ini, dengan memakai dinding kaca, sehingga lobi memiliki pencahayaan alami pada siang hari.
Arsitek Fauzan Noe’man dan desainer interior Tandy Y Ramadhin membuat rancangan arsitektur dan desain ruangan yang ergonomis dan modern. Ini membuat ruangan menjadi nyaman dipakai. “Desain interiornya menggunakan warna natural, lembut, sehingga bisa diterima oleh semua kalangan,” tulis Priyantono Oemar di buku Ini tentang Gedung DMI yang Berdiri di Matraman.
Dibangun di lahan yang sempit, gedung dimaksimalkan mencapai sembilan lantai --batas maksimal tinggi gedung di Jalan Matraman-- dan ruang kerja dibuat tanpa sekat dinding, membuat ruangan staf menjadi lega. Ruang fungsional ini tentunya akan mendukung interaksi staf DMI.
Buku yang berbicara tentang proses pembangunan gedung DMI hingga peresmiannya ini ditulis oleh Priyantono Oemar dan diterbitkan oleh Penerbit DMI pada Maret 2024. Gedung DMI diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 24 Desember 2021.
Desain interior Gedung DMI juga menampung pertumbuhan aktivitas, yang diperlihatan dengan ruang-ruang fungsional yang tidak bersekat. Di lantai untuk mushala, misalnya, mushala diberi bilah dinding kayu yang disusun secara terpisah, sehingga mushala tidak tertutup rapat, menjadikan mushala seperti menyatu dengan ruang pamer.
Maka, ketika ada kegiatan di mushala dan yang hadir banyak, ruang pamer seluas 112 meter persegi bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tidak tertampung di dalam mushala. Bilah dinding kayu yang terpisah-pisah itu disusun seperti halnya rak buku, membuat ruang mushala terlihat tidak sempit. Mushala yang hanya membuat 45 jamaah itu memiliki jarak shaf yang dibuat ergonomis untuk keperluan sujud, 120 sentimeter.
Hal itu menggambarkan betapa desainer interiornya cukup memperhatikan efisiensi dan kenyamanan. Hal yang juga tergambar dari ruang kantor staf tanpa sekat dinding dengan meja-meja kubikel.
Pengunaan kayu memiliki kelebihan dalam urusan desain. Menurut M Zulfikar dan Triyono di dalam tulisannya berjudul “Pengaruh Material Alam Alam terhadap Estetika Desain Interior di Indonesia” di Jurnal Desain Interior, elemen kayu dalam desain interior tidak hanya memperindah ruang, tetapi juga memberikan efek psikologis yang menguntungkan, seperti rasa tenang dan nyaman.
Rasa tenang dan nyaman. Tak heran jika lantai mushala juga berbahan kayu, berbeda dengan lantai ruang pamer di sebelahnya yang menggunakan keramik.
Tak heran pula tuang utama di ruang lobi yang sempit itu dilapis dengan kayu. Tangga dari ruang lobi menuju lantai dua juga berlapis bahan kayu. Ornamen berbahaan kayu juga ada di ruang kerja pengurus DMI dan aula.
Ruang aula seluas 166 meter persegi itu bisa menampung 120 orang. Kenyamanan tetap terjaga sebab tinggi setiap lantai mencapai 2,7 meter. Cukup ergonomis.
Buku tentang Gedung DMI ini hanya setebal 76 halaman (vi+70 halaman) berukuran 21x29 cm. Berwarna. Tidak membosankan untuk dibaca sebagai coffee table book. Asritektur dan desain interior gedung menjadi bahasan tersendiri di Bagian Lima, dari tujuh bagian tulisan.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/2dcba3833a408c306a7f37165f038a2a.jpeg)