Sekapur Sirih

Pagar Laut Dicabut, Jangan Sampai Sungai Dibiarkan Diuruk

Said Didu mengibarkan Bendera Merah Putih di pagar laut. Para nelayan dan aktivis di dua perahu lalu menyanyikan lagu 'Indonesia Raya'. Setelah pagar laut dicabut, tuntutan pembatalan status PSN untuk PIK 2 tetap diteruskan. Sumber: priyantono oemar

Cilandak Town Square (Citos) menjadi titik kumpul, sebelum pada pukul 07.00 WIB berangkat ke Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Tujuannya adalah Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lantamal) III.

Pagi kemarin, Rabu (22/1/2025), TNI AL bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan nelayan akan meneruskan pencabutan pagar laut. Sebelum pencabutan dilakukan, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid menyatakan sertifikat hak guna bangunan (HGB) dan sertifikat hak milik (SHM) yang telah dikeluarkan untuk perairan yang telah dipagari itu telah dicabut.

Eross Djarot, Abraham Samad, Roy Suryo, Lukas Luwarso, dan Andi Sahrandi berangkat dari Citos mengenakan kaus bertuliskan Jalasveva Jayamahe Bersama Rakyat. Mereka adalah para tokoh yang sejak awal, bersama Said Didu, menyuarakan perlunya pembatalan PSN PIK 2, mempersoalkan pagar laut, dan mempersoalkan sungai yang dibiarkan diuruk oleh pengembang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada 19 Oktober 2024, mereka menggagas pertemuan dengan para nelayan Teluknaga. Sebanyak 200 nelayan hadir. Para nelayan menceritakan berbagai hal yang mereka alami terkait PSN PIK 2, termasuk mempersoalkan pagar laut.

Memakai kaus bertulisan Jalasveva Jayamahe Bersama Rakyat, Eross Djarot, Abraham Samad, Roy Suryo, Andi Sahrandi, Lukas Luwarso bergabung dengan nelayan mencabut parag laut, Rabu (22/1/2025).

Tapi saat itu, Said Didu berhalangan hadir karena pada malam harinya ada rombongan preman yang berdemo ke rumahnya. Datag dalam diskusi itu, ada Roy Suryo, Petrus Selestinus, Anthony Budiman, Lukas Luwarso, Andi Sahrandi. Eross Djarot berhalangan hadir karena ada kerabat yang meninggal, sedangkan Abraham Samad ada acara mendadak. Abraham sempat ikut berkeliling melihat PIK 2.

Di perjalanan menuju Lantamal III pada Rabu kemarin, terlihat ada spanduk penolakan terhadap Said Didu. Spanduk itu bergambar antara lain Said Didu dan Abraham Samad.

Pagi kemarin, Said Didu sudah berangkat terlebih dulu, dan ketika rombongan Eross tiba di Lantamal III, Said Didu sedang dikerubuti para wartawan. Di tenda utama ada Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, Menteri ATR/BTN Nusron Wahid, Danlantanmal III Brigjen (Mar) Harry Indarto, Ketua Komisi IV DPRRI Titiek Soeharto beserta anggota DPR.

Nelayan menyambut rombongan Said Didu dan kawan-kawan di dermaga dengan penuh semangat. Dua perahu disiapkan untuk mereka. Bendera merah putih tidak lupa dikibarkan di perahu.

Di perahu pertama, ada Said Didu, Abraham Samad, Lukas Luwarso, Andi Sahrandi, dan para perempuan anggota LSM di Tangerang. Saya menumpang perahu kedua bersama Eross Djarot dan Roy Suryo. Seorang TNI AL ikut bersama kami.

Empat peneliti BRIN dan enam mahasiswa juga ikut bergabung. Ada pula pengurus LSM jawara Banten.

Nelayan mengumpulkan bambu-bambu pagar laut yang telah dicabut untuk dibawa ke darat. Sumber: priyantono oemar

Begitu perahu mendekati pagar laut, para nelayan langsung terjun ke air. Mahasiswa dan aktivis LSM juga ikut menceburkan diri.

Mereka lalu menarik-marik pagar bambu agar mudah tercabut ketika ditarik dari kapal. Pagar bambu itu sudah cukup kokoh. Buktinya ada satu perahu yang teralis besinya malah rontok karena tak kuat menarik pagar bambu itu.

Bambu yang sudah tercabut dibuang begitu saja ke laut. Ada nelayan yang khusus memunguti bambu-bambu itu untuk dibawa ke darat.

Said Didu ikut turut terjun ke air. Ia bawa Bendera Merah Putih yang telah diikatkan ke batang bambu. Beberapa nelayan membantunya menalikan bendera itu di pagar bambu. Lalu para penumpang dua perahu menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Berita Terkait

Image

Ombudsman Taksir Nelayan Rugi Rp 7,7 Miliar per Bulan, KKP Hanya Kenai Denda Rp 18 Juta per Km Pagar Laut, Kiara: Tidak Serius

Image

Ombudsman Taksir Nelayan Rugi Rp 7,7 Miliar per Bulan, KKP Hanya Kenai Denda Rp 18 Juta per Km Pagar Laut, Kiara: Tidak Serius

Image

Kenapa tak Ada Sanksi untuk Korporasi Penyebab Kerusakan Ekosistem Laut Gugusan Pulau Pari?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com