Lincak

Pimpin Ekspedisi, Cornelis de Houtman Ditangkap di Banten dan Dibunuh di Aceh, Kenapa?

Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi Belanda. Di Banten ia ditangkap dan pulang tanpa membawa rempah-rempah. Jalur pelayaran yang ia lalui membawa sukses pada ekspedisi kedua yang dipimpin Van Neck, delapan kapal Belanda pulang penuh rempah-rempah. Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ketiga, tapi ia dibunuhh di Aceh. Sumber: wikipedia

Delapan kapal berangkat dari Belanda pada 1 Mei 1597. Tiba di Banten, mereka yang tergabung dalam ekspedisi kedua Belanda ini disambut meriah.

Hal itu berbeda dengan ekspedisi pertama, yang berangkat pada 2 April 1595. Ekspedisi ini menjadi ekspedisi perdana, dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman.

Bukan sambutan meriah yang mereka dapat. De Houtman dan kawan-kawan ditangkap oleh orang-orang Banten lalu dimasukkan ke dalam penjara. Bahkan pada ekspedisi ketiga Cornelis de Houtman dibunuh di Aceh. Apa yang terjadi?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dari delapan kapal ekspedisi kedua yang dipimpin Jacob van Neck yang disambut meriah di Banten, empat kapal pulang ke Belanda dengan muatan penuh rempah-rempah. Empat kapal lainnya melanjutkan perjalanan ke Maluku.

Di Maluku pun dapat sambutan baik. Bahkan Van Neck bia membuat perjanjian dagang dengan Sultan Ternate dan penduduk Ambon dan Banda. Dari Maluku, Van Neck membawa pulang empat kapal juga penuh dengan rempah-rempah.

De Houtman tak mengalami nasib seperti Van Neck. Belanda menyiapkan secara matang ekspedisi pertama yang dipimpin De Houtman bersaudara itu.

Belanda ingin menyaingi Portugis yang telah menguasai pelayaran ke timur. Jika ada kapal non-Portugis yang berani berlayar melalui jalur-jalur kapal Portugis, kapal itu akan dirampok oleh armada Portugis.

Belanda menyiapkan uang 1,29 juta gulden. Kapal-kapal dipersenjatai dengan meriam dan senjata api lainnya untuk menyelamatkan diri jika di tengah pelayaran diganggu oleh armada Portugis.

Setelah berlayar selama 15 bulan, pada Juni 1596 armada De Houtman berlabuh di Banten. De Houtman membawa 248 anak buah, tapi hanya 89 orang yang kembali ke Belanda.

Setelah tiba di Banten, orang-orang Banten memberi izin merea menyewa rumah untuk menyimpan barang dagangan. Tapi, mereka kemudian dianggap kurang ajar karena keluar-masuk kampung.

Akibatnya, “De Houtman dan kawan-kawannya ditawan oleh orang-orang Banten dan diamankan dalam penjara,” tulis Slamet Muljana di buku Runtuhnja Keradjaan Hindu-Djawa dan Timbulnja Negara-Negara Islam di Nusantara yang terbit pada 1968.

Anak buah De Houtman yang tinggal di kapal marah. Mereka lalu melepaskan tembakan sebagai peringatan agar orang-orang Banten segera melepaskan De Houtman dan kawan-kawan.

Orang-orang Banten tidak mengindahkan peringatan itu. De Houtman dan kawan-kawan baru dilepas setelah Belanda menyerahkan tebusan uang.

Dari Banten De Houtman kemudian melanjutkan pelayaran ke Jayakarta. Karena tak mendapatan rempah-rempah di Jayakarta, mereka melanjutkan pelayaran ke Sedayu.

Orang-orang Sedayu mendadak masuk ke kapal dan menyerang orang-orang Belanda. Anak buah De Houtman menghalau orang-orang Sedayu dengan tembakan. De Houtman kemudian melanjutkan perjalanan ke timur, mampir di Bawean dan Blambangan, lalu menyusuri pantai selatan Jawa untuk pulang ke Belanda.

Berita Terkait

Image

Sebelum Bikin VOC, Belanda Dua Kali Gagal Kirim Ekspedisi Cari Rempah

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com