Kendeng

Orang Islam Miskin Jadi Sasaran Kristenisasi di Grobogan Sejak Akhir Abad ke-19

Orang Islam miskin di Grobogan menjadi sasaran Kristenisasi oleh Zending Salatiga sejak akhir abad ke-19. Wilayah Kabupaten Grobogan menjadi wilayah potensial bagi Kristenisasi. Kaliceret, Tempurung, Wolo, Purwodadi, dan Kradenan menjadi pusat kegiatan Kristenisasi di Grobogan. Sumber: het zendingsblad poerwodadi-nummer

Pukul 09.00 pagi pada Juni 1890, orang-orang berdatangan di gereja di Tempurung di Kabupaten Grobogan. Ini adalah kampung halaman Pendeta Basoeki Probowinoto, lahir pada 1917 sebagai cucu dari kiai pengasuh pesantren yang masuk Kristen.

Pagi itu, kaum perempuan datang membawa keranjang di punggung. Isi berbagai makanan. Tikar digelar, dan daun pisang ditaruh di atas tikar di berbagai tempat untuk menjadi tempat nasi dan segala lauk.

Orang-orang yang hadir pun mengambil tempat untuk makan bersama. Mereka warga lokal dan pemeluk Islam, yang kondisinya miskin. Merekalah yang menjadi sasaran Kristenisasi Zending Salatiga.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Tak ada yang bertanya mana bagianku, mana bagianmu, sehingga orang miskin dan kaum Muhammad yang datang berbagi secara merata dalam segala hal,” tulis Zimmerbeutel pada 15 Juni 1890, dimuat di majalah Het Oosten edisi 20 Agustus 1890.

Zimmerbeutel tiba di Tempurung sehari sebelum acara peresmian gereja. Pembangunan gereja di Tempurung cukup lambat, sehingga begitu siap digunakan, Zimmerbeutel datang penuh suka cita.

“Meski saya harus tidur di bangku bambu, saya tetap bangun dengan riang,” tulis Zimmerbeutel.

Rupanya, pembangunan gereja di Tempurung mendahului pembangunan gereja di Kaliceret. Gereja di Kaliceret baru ada pada 1898.

Kaliceret berjarak sekitar 17 kilometer dari Tempurung. Tempurung sekarang tercatat sebagai dusun di Desa Tlogomulyo, Kecamatan Gubug, sedangkan Kaliceret sebagai dusun di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo.

Istri Zimmerbeutel juga berbagi kisah. Ia sedang menemani Jungst yang akan segera melahirkan. Artinya, ia tidak datang di Tempurung dan Kaliceret pada Juni 1890 itu.

Tinggal di Kaliceret bukanlah untuk menjalani hidup yang nyaman. “Jika saya bisa kembali ke Kaliceret, saya akan menemukan banyak hal untuk dilakukan,” kata istri Zimmerbeutel.

Rayap telah menghancurkan seluruh tumpukan seprei, taplak meja, serbet, dan lainnya yang ia simpen di lemari. “Hasil jahitan yang disimpan dalam koper juga telah dirusak oleh mereka,” ata istri Zimmerbeutel.

Gereja di Tempurung menjadi tempat ibadah dan sekolah. Sedangkan gereja di Kalicaret menjadi tempat ibadah dan tempat pengobatan.

Pendeta Basoei Probowinoto menyebut, kegiatan zending dilakukan dengan memanfaatkan layanan kesehatan dan sekolah. Itu sebabnya, ketika ia memimpin Sinode Gereja Kristen Jawa setelah Indonesia merdeka, ia mencetuskan pelayanan gereja mencakup bidang sosial ekonomi.

Itu dilakukan pada 1950. Pada awal Indonesia merdeka, rakyat Indonesia masih dalam keadaan miskin secara ekonomi. Juga rendah pendidikannya.

“Mula-mula ia menekankan lebh pada pembangunan sosial ekonomi itu sendiri, jadi belum pada pekabaran Injil melallui usaha sosial eonomi,” tulis Niko L Kana dan N Daldjoeni di buku Ikrar dan Ikhtiar dalam Hidup Pdt Basoeki Probowinoto.

Berita Terkait

Image

Mengapa Grobogan Jadi Sasaran Kristenisasi Zending Salatiga?

Image

Mengapa Grobogan Jadi Sasaran Kristenisasi Zending Salatiga?

Image

Mengapa Grobogan Jadi Sasaran Kristenisasi Zending Salatiga?