IRT Ini Berdoa Tiap Kali Lihat Kontainer, Setahun Kemudian Apa Hasilnya?
Ibu rumah tangga (IRT) di Bekasi ini semula hanya bisa memproduksi kecap 10 ribu botol per bulan. Tiba-tiba harus membuat 60 ribu botol hanya dalam waktu tiga minggu.
Ia ragu bisa memenuhi pesanan dari Arab Saudi ini pada akhir 2022, yang telah ia inginkan sejak setahun sebelumnya. Ia sudah mengirim kecapnya ke Jepang sejak 2020, tapi masih dalam jumlah yang kecil.
Sejak awal 2022, ia selalu berdoa agar dapat order setiap kali lihat kontainer. Tapi dari hari ke hari, tak juga ada order lain selain order kecil dari Jepang itu.
Setiap ikut pameran ada yang berminat, tapi tak sampai pada keputusan membeli. Selalu saja ada yang kurang, sehingga ia harus terus berbenah.
Nurjannah Dongoran (46 tahun), ibu rumah tangga (IRT) itu, memulai membuat kecap pada 2017 menggunakan kedelai lokal. Tak ada bahan pengawet, tak ada gluten, tak ada MSG, tapi pakai rempah.
Rasanya berbeda dengan rasa kecap yang sudah beredar di Indonesia. Tak banyak konsumen lokal yang menyukainya.
Setiap ikut pameran, orang-orang asing yang mencicipinya, menyukai. Itulah sebabnya ia berkeinginan bisa mengekspor kecap sehatnya itu.
Karenanya, setiap melihat kontainer ia berdoa mendapatkan order. Meski orang luar menyukai rasa kecapnya, bukan berarti mereka langsung membelinya.
Ada saja yang ditanyakan mengenai sertifikasi yang telah ia punya. Sertifikasi SNI, sertfikasi halal, dan sertifikasi BPOM , ternyata tidak cukup.
Diperlukan lagi sertifikasi Good Manufacturing Practices (GMP). Diperlukan juga sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
Sertifikasi GMP untuk menjamin pengolahan sesuai prosedur operasional dan standar sanitasi. Sedangkan sertifikasi HACCP untuk menjamin keamanan rantai pangan dari bahan-bahan kecapnya.
Nurjannah harus berusaha keras untuk mendapatkan sertifikasi itu. Ada perasaan patah semangat juga, tapi demi menembus pasar ekspor, ia perlu melakukannya.
Ia sendiri yang mengurusnya, tidak meminta bantuan pihak ketiga. Dengan cara itu, mengetahui proses yang harus dilalui, sehingga bisa menularkan kepada karyawannya.
Dari proses sertifikasi itulah ia mendapatkan pandangan-pandangan yang selama ini belum terpikirkan olehnya. Ia tak lagi memikirkan proses sulit yang harus ia lalui.
Ia berusaha keras dan tekun. Ia harus lulus sertifikasi. "Jangan dipikirkan sulitnya," ujar dia November 2024, di depan para pelaku UMKM di acara Peringatan Bulan Mutu Nasional yang diadakan Badan Standardisasi Nasional (BSN).