Bawa 40 Ribu Prajurit Serang Blambangan, Sultan Demak Meninggal Akibat Permalukan Anak Buah
Sebanyak 40 ribu prajurit berangkat dari Pelabuhan Jepara ke Panarukan untuk serang Kerajaan Blambangan. Sekitar 1.000 kapal diperlukan untuk mengangkut mereka pada 2 Februari 1546.
Inilah ekspedisi terakhir Sultan Demak, Trenggono, sekaligus sebagai ekspedisi yang membuat Trenggono menemui ajalnya. Tapi Sultan Trenggono tidak meninggal karena pertempuran, melainkan karena kecerobohannya permalukan anak buah. Lho?
Naik tahta pada 1521. Lima tahun kemudian, yaitu pada 1526, Trenggono membawa 2.000 prajurit dari Cirebon merebut Banten.
Pada 1527 Demak menaklukkan Sunda Kelapa. Pada 1527 juga, Trenggono juga menakukkan Kediri, raja Majapahit terakhir, Girindrawardhana, pun menyerah.
Pada 1529, Trenggono merebut Madiun dan pada 1530 merebut Pengging kemudian Surabaya dan Gresik. Pada 1535, ia taklukkan Pasuruan.
Dan pada 1545, kekuasaannya di Jawa bagian utara semakin kuat. Ia lalu memulai menyerang Blambangan pada 1546 dan selama tiga bukan ia kepung Panarukan, Blambangan.
Ekspedisi ke Blambangan sepertinya menjadi ekspedisi terbesar Trenggono. Blambangan merupakan kerajaan terbesar sisa wilayah Majapahit –kerajaan Hindu yang telah runtuh pada 1527.
Panarukan mampu mempertahankan diri dari gempuran Demak. Selama tiga bulan pengepungan, serangan Ternggono selalu dapat dihalau oleh Blambangan.
Serangan-serangannya yang selalu gagal, menurut Paul Michel Munoz di buku Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, membuat Sultan Trenggono tertekan. “Temperamennya memburuk,” tulis Paul Michel Munoz.
Suatu hari, lanjut Munoz, ia kehilangan kendali. Ia menghina salah satu penggawanya di depan umum. Penggawa itu merasa sakit hati, lalu menikam Trenggono hingga tewas.