Sekapur Sirih

20 Oktober, Prabowo, dan Desertir KNIL di Jawa Rimbaud Penyair Prancis

Jenderal (Purn) TNI Prabowo Subianto dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2024. Tanggal ini juga merupakan tanggal kelahiran penyair Prancis Arthur Rimbaud yang pernah menjadi desertir KNIL di Jawa. Sumber:praypgi/republika

Tanggal 20 Oktober 2024, purnawirawan tentara bernama Prabowo Subianto dilantik jadi presiden Indonesia. Berbeda dengan bekas mertuanya yang pernah menjadi KNIL, Prabowo Subianto adalah lulusan akademi militer di Magelang.

Tanggal 20 Oktober adalah kelahiran penyair Prancis Arthur Rimbaud. Rimbaud pernah menjadi tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL, dan bertugas di Jawa, tetapi menjadi desertir.

Setelah Indonesia merdeka, KNIL bergabung dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Itu menjadi kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, meski ada tentara KNIL yang menolak bergabung ke APRIS.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada masa penjajahan Belanda, banyak orang Indonesia yang menjadi KNIL. Mereka bertugas berperang melawan orang Indonesia yang menuntut kemerdekaan.

Sebelum KNIL didirikan pada 1814, Untung Suropati tercaat pernah mejadi tentara VOC. Ia juga dikenal sebagai deserter yang menyulitkan VOC karena perlawanannya.

Naik kapal Prins van Oranje, Rimbaud tiba di Pelabuhan Priok pada Juli 1876. Tapi kemudian ia dikenal sebagai tentara desertir.

“Jean Nicolas Arthur Rimbaud ditugaskan pada Batalion Infanteri I (didirikan 2 Agustus 1852) dan dilaporkan hilang pada tanggal 15 Agustus 1876 dan akan dihapus dari daftar pada 12 September 1876,” tulis DA de Graaf di koran De Nieuwsgier edisi 27 Oktober 1954.

Perlengkapan militer Rimbaud kemudian dijual, laku 1,8 gulden diserahkan pengelolaannya ke Rumah Yatim Salatiga. Menurut DA de Graaf, ini menunjukkan bahwa Salatiga menjadi tempat terakhir ia bertugas sebelum dinyatakan hilang.

Di lingkungan KNIL, Rimbaud dikenal sebagai bukan anak baik sejak awal. Ketika ia tiba di depo galangan kapal Belanda, pada 18 Mei 1876, sehari kemudian terjadi kasus pencurian.

“Sebanyak 79 barang emas dan perak, termasuk sejumlah jam tangan, dicuri sehingga merugikan pemilik penginapan A Ephraim,” tulis DA de Graaf di koran De Nieuwsgier edisi 20 Oktober 1954.

Berita Terkait

Image

Libur 40 Hari untuk Ramadhan, 30 Hari untuk Natal dan Panen, Kapan Itu?

Image

Jangan Diusulkan Jika Calon Pahlawan Lakukan Ini, Sia-sia Bikin Naskah Akademik

Image

Baru Ada 16 Pahlawan Perempuan, Komnas Perempuan Ajak Teladani Kepahlawanan Perempuan