Sekapur Sirih

Raja Jawa yang Disebut Ketum Golkar dan Tuli Hindia Timur

Patih Danurejo IV telah tuli Hindia Timur alias ndableg. Maka, Pangeran Diponegoro selaku wali Raja Jawa, menempelengnya dengan selop.

Ketua Umum Golkar (Ketum Golkar) Bahlil Lahadalia menyebut Raja Jawa. “Jadi kita harus lebih paten lagi. Soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita,” kata Bahlil, Rabu (21/8/2024).

Siapa yang dimaksud Ketum Golkar itu sebagai Raja Jawa? Bahlil tidak menjawabnya, tapi memberi tahu agar para kader Golkar tidak mencoba untuk main dengannya karena Raja Jawa itu bisa bertindak ngeri-ngeri sedap.

“Sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkanlah. Enggak perlu,” kata Bahlil. Di masa lalu, ada banyak Raja Jawa yang bertindak ngeri-ngeri sedap. Ada pula yang pura-pura tuli, sehingga dikenal sebagai tuli Hindia Timur.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Ketum Golkar Sebut Raja Jawa, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia? Betapa Dulu Indonesia Disebut dengan Bangga

Yang ngeri-ngeri sedap, antara lain Raja Jawa yang bernama Amangkurat II. Ia memburu Trunojoyo dengan meminta bantuan Kompeni, lalu membunuhnya.

Ada pula Amangkurat I yang membunuh sekitar 7.000 santri dan kiai karena mendukung Pangeran Danupoyo merebut tahta Amangkurat I. Saat itu Danupoyo mendapat bantuan dari Trunojoyo.

Danupoyo adalah adik Putra Mahkota (Amangkurat II). Trunojoyo adalah menantu Raden Kajoran Ambalik, tokoh agama di daerah Pajang.

Danupoyo awalnya meminta bantuan kepada Raden Kajoran Ambalik. Raden Kajoran Ambalik memiliki pertimbangan yang bisa membantunya adalah sang menantu, Trunojoyo.

Setelah membunuh Trunojoyo, Amangkurat II kemudian perlu mengambil hati masyarakat Pajang. Ia lalu memindahkan Istana Keraton Mataram ke daerah Pajang, dekat keraton lama Pajang.

Oohya! Baca juga ya:

Dulu Mahasiswa Makan Petai Lalu Kencing di Depan Rumah Presiden, Hari ini Muncul Seruan Aksi Cegah Upaya Anulir Putusan MK

Lalu, siapa Raja Jawa yang tuli Hindia Timur? Kalau yang ini semua raja bisa.

Tuli Hindia Timur merupakan julukan yang diberikan oleh Belanda kepada para Raja Jawa yang bersikap pura-pura tidak mendengarkan kata-kata pejabat kolonial. Dengan sikap pura-pura tidak mendengar itu, mereka terbebas dari tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.

Dalam bahasa Jawa, pura-pura tidak mendengar itu dikenal sebagai ndableg, tebal telinga. Pura-pura tidak tahu, pura-pura tidak merasakan, pura-pura tidak peduli.

Dalam istilah yang lebih halus, ndableg memiliki padanan lain, tetapi maknanya justru sangat kasar: mbeguguk makutho waton. Tidak mau diperintah orang lain.

Dalam perkembangannya, tuli Hindia Timur tidak hanya monopoli Raja Jawa. Julukan itu juga disematkan orang-orang yang bukan raja.

Yaitu orang-orang yang lupa diri dengan asal-usulnya. Mereka itu setelah kaya atau mendapat kedudukan tidak mau tahu/tidak mau peduli kepada nasib rakyat kecil.

Oohya! Baca juga ya:

Benarkah Indonesia tidak Dijajah Belanda 350 Tahun? Bung Karno Bilang Ini

Pada masa kini, masih adakah elite politik yang mengalami tuli Hindia Timur alias ndableg ini. Rupanya masih, sehingga hari ini, Kamis (22/8/2024) harus ada demonstrasi agar para elite politik itu tidak ndableg lagi.

Priyantono Oemar