Festival Payung Indonesia X Diadakan di Solo, Ada Payung Khas Suku Moi Papua Barat Daya
Akun Instagram Festival Payung Indonesia memasang poster keterlibatan Perkumpulan Pemuda Generasi Malaumkarta dalam festival itu. Organisasi Pemuda di Kampung Malaumkarta, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, itu, akan menampilkan payung khas suku Moi.
Oohya: Baca juga ya:
Festival Egek, Nama Jakarta Melekat di Malaumkarta Bersama Um, Nama Pulau Tempat Tidur Kelelawar
Egek, Konservasi Sumber Daya Alam Berdasarkan Hukum Adat Suku Moi di Kabupaten Sorong
Pasangan Anies-Muhaimin, Bintang Nemesis yang Dinarasikan akan Menyebabkan Hujan Komet di Indonesia
Perampok Beri Tahu akan Merampok, Orang Kaya di Grobogan Ini Ngopi Bareng Tiap Malam di Rumah
Festival Payung Indonesia X akan diadakan di Solo pada 8-10 September2023. Selain menampilkan payung khas suku Moi, Perkumpulan Pemuda Generasi Malaumkarta juga akan menampilkan baju adat suku Moi yang dibuat dari kulit kayu, noken khas Moi. Juga akan menampilkan pembuatan belerang tradisional, pembuatan pelita dari getah damar, pembuatan mahkota suku Moi, dan pengenalan konservasi laut secara adat yang dikenal dengan nama egek.
Seperti apa payung khas suku Moi? Saya memiliki satu buah. Payung ini dibuat dari daun pandan yang banyak tumbuh di hutan Malaumkarta. Daunnya lebar. Daun dikeringkan, lalu dijahit menggunakan tali dari kulit kayu. Mereka menyebut payung itu dengan nama kalik dala.
Tetua adat di Malaumkarta, Permenas Pa, kepada saya pernah menjelaskan, perempuan adat Moi pergi ke hutan membawa noken dan kali dala. Kalik dala dimasukkan ke noken yang dibawa dengan cara dikaitkan disampirkan di kepala. Jika masih memiliki anak kecil, si anak akan dimasukkan ke noken itu. “Jika datang hujan, anak tetap di dalam noken, lalu mama-mama suku Moi pakai kalik dala,” ujar Permenas Pa pada Februari 2019.
Priyantono Oemar