Egek

Pernah Ada Lomba Menulis tentang Sagu, Satu Pohon Sagu Cukup untuk Makan Setahun

Sagu menjadi makanan pokok masyarakat adat di Papua dan Maluku. Pada 1907 ternyata pernah ada lomba menulis tentang sagu. Juaranya Van Oijen, meraih medali emas. Satu pohin sagu cukup untuk makan setahun. Sagu kering 30 tahun masih bisa dikonsumsi.
Sagu menjadi makanan pokok masyarakat adat di Papua dan Maluku. Pada 1907 ternyata pernah ada lomba menulis tentang sagu. Juaranya Van Oijen, meraih medali emas. Satu pohin sagu cukup untuk makan setahun. Sagu kering 30 tahun masih bisa dikonsumsi.

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada 1908 ada lomba menulis mengenai sagu. Lomba ini dianggap memberi sumbangan baik bagi pengetahuan mengenai sagu di Hindia Belanda. Mr Van Oijen diputuskan sebagai pemenangnya dengan penghargaan berupa medali emas.

Oohya! Baca juga ya:

Kabur dari Boven Digoel, Empat Interniran Ini Bertahan Hidup dengan Sagu Menembus Hutan Papua

Seperti Kereta Cepat, Rute Pertama Kereta Semarang-Tanggung pun Ditunda Peresmiannya dan Tuai Kritik

Juri Prof Dr H Wefers Bettink, GWWC Baron van Hoevell, dan E Van Assen menilai tulisan Van Oijen menunjukkan ketekunan penulisnya dalam meneliti sagu. Banyak data yang diolah menjadi satu kesatuan dan dilengkapi dengan daftar pustaka yang dijadikan rujukan. Tulisan Van Oijen yang lengkap memenuhi keinginan panitia lomba untuk mendapatkan dokumen yang baik mengenai pentingnya sagu bagi masyarakat di Hindia Belanda.

Van Oijen meneliti sagu di Maluku. Tapi ia juga mengungkap data adanya sagu di Papua, Sumatra, Kalimantan. Tapi ia tidak menemukan kesaksian adanya sagu di Jawa-Madura. Di Papua, penduduk tidak perlu menanam sagu, karena sagu tumbuh liar di hutan. Di wilayah Bengkalis ia sebutkan ada 30 ribu pohon sagu, dengan produksi tepung sagu mencapai 9.911.236 kilogram dari 10 pabrik. Itu di Bengkalis. Sedangkan di Belitung terdapat 13.144 pohon sagu.

Di Kalimantan juga ia sebut ada kebun sagu. Daun sagu dipakai untuk atap rumah. Ada 3,5 juta daun yang diekspor dengan harga 0,6-0,7 gulden per buah.

Satu pohon sagu bisa menghasilkan 30 bungkus tepung sagu. Jika dipanggang, akan menghasilkan 1.800 batang/keping sagu kering. Lima batang/keeping sagu kering cukup untuk dikonsumsi oleh satu orang per hari. Maka, satu pohon sagu, menurut Van Oijen cukup untuk makan satu orang selama setahun. Berapa lama sagu kering bisa bertahan? Mr Van Oijen memiliki beberapa yang ia bawa dari Maluku 30 tahun lalu dan pada 1910 masih bisa dikonsumsi. Pada 1910, tulisan Van Oijen yang memenangi lomba itu dimuat di bulletin Museum Kolonial.

Di usia tiga tahun setelah ditanam, sagu telah meme]iliki batang kecil. Memerlukan waktu 10-12 tahun untuk bisa dipanen. Namun jika tanahnya tidak cocok, kurang nutrisi, adanya parasit yang menghambat pertumbuhan, perlu 15-20 tahun untuk bisa dipanen.

Van Oijen menyebut sagu masih jauh di bawah beras, kendati beras juga belum mencukupi bagi penduduk Hindia Belanda. Namun, ia menegaskan, penduduk Hindia Belanda yang mengonsumsi sagu tidak tertinggal dari penduduk yang mengonsumsi beras dan jagung. Tentu tak cukup hanya mengonsumsi sagu, sebagaimana halnya tidak cukup hanya mengonsumsi beras/jagung. Perlu ada tambahan asupan protein dari ikan, kacang, dan sebagainya.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:

Preangerbode edisi 2 April 1910