Lincak

Indonesia Tuan Rumah Pertemuan ACCSQ Bahas Harmonisasi Standar ASEAN, Timor Leste Jadi Observer

Pertemuan ACCSQ ke-59 diadakan di Yogyakarta pada 13-16 Juni 2023. Timor Leste hadir sebagai pengamat peserta. Pertemuan akan membahas harmonisasi standar di ASEAN (foto: dokumentasi bsn).
Pertemuan ACCSQ ke-59 diadakan di Yogyakarta pada 13-16 Juni 2023. Timor Leste hadir sebagai pengamat peserta. Pertemuan akan membahas harmonisasi standar di ASEAN (foto: dokumentasi bsn).

Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ) ke-59. Pertemuan atau sidang ini merupakan pertemuan badan sektoral di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) lingkup ASEAN.

Indonesia diwakili oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam Pertemuan ACCSQ di masa Keketuaan ASEAN oleh Indonesia itu. Timor Leste yang secara prinsip telah ditetapkan menjadi anggota ASEAN pada KTT ASEAN November 2022 di Kamboja, juga hadir dalam Pertemuan ACCSQ ini.

“Menjadi catatan istimewa dalam sejarah, yaitu untuk pertama kalinya Timor Leste menghadiri sidang bidang standardisasi lingkup ASEAN mulai tahun ini sebagai observer, setelah negara tersebut diterima secara prinsip sebagai anggota ke-11 ASEAN. Hal ini menandakan pula, semakin berkembangnya SPK di lingkup ASEAN untuk berkontribusi di dalam meningkatkan akses pasar, memfasilitasi diversifikasi produk, serta meningkatkan peluang investasi.” Demikian siaran pers dari BSN, Selasa (13/6/2023).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pertemuan ACCSQ ke 59 berlangsung di Yogyakarta, dibuka oleh Kepala BSN Kukuh S Achmad, pada Selasa (13/6/2023). Pertemuan akan berlangsung hingga 16 Juni 2023.

Kukuh mengatakan, BSN bertanggung jawab dalam mengoordinasikan SPK untuk mendukung ASEAN sebagai pusat pertumbuhan yang menjadi tema yang diangkat Indonesia dalam Keketuaannya di ASEAN tahun ini. ACCSQ mencatat telah banyak inisiatif yang telah disepakati di ASEAN, khususnya dalam bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, seperti perjanjian keberterimaan produk di kawasan untuk beragam produk, mulai dari elektronika hingga kosmetika dan akan menyusul alat kesehatan serta produk otomotif.

Namun demikian, masih banyak tindak lanjut yang harus dilakukan. Salah satunya yaitu mengenai rencana aksi Joint Sectoral Committee for Electronic and Electrical Equipment (JSC EEE). Rencana aksi ini akan melakukan kajian guna memetakan perdagangan regional bidang EEE yang telah memanfaatkan laporan hasil uji laboratorium dan/atau sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang telah terdaftar di ASEAN.

Dalam tatanan global, isu ekonomi dunia perlu diantisipasi oleh negara-negara anggota ASEAN. Hal itu perlu dilakukan mengingat adanya ancaman resesi ekonomi akibat situasi geopolitik yang memanas. Situasi yang memanas itu dipengaruhi oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat, dan tindak lanjut isu dalam G20 yang meliputi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan. “Peran ASEAN terhadap isu-isu tersebut, tentunya akan sulit apabila negara-negara ASEAN saling memproteksi perdagangan mereka dan tidak mengedepankan sistem perdagangan yang saling menguntungkan,” kata Kukuh.

Selanjutnya, BSN mendapat mandat untuk menyusun peta jalan ASEAN Harmonised Standard to Support Sustainable Development Goals (SDGs) Implementation. Ini merupakan salah satu dari 16 Priority Economic Deliverables (PED) Indonesia yang ingin dicapai dalam Keketuaannya di ASEAN tahun ini.

Harmonisasi standar sangat dibutuhkan untuk menciptakan keselarasan dalam menjamin kualitas produk, terutama bagi negara berkembang agar dapat bersaing secara global. Keselarasan standar dan saling keberterimaan hasil uji laboratorium terhadap standar tersebut dapat menjamin hadirnya produk yang lebih kompetitif untuk mendukung kemakmuran ASEAN yang merata.

“BSN berkomitmen menyelesaikan PED Indonesia tersebut yang diharapkan dalam penerapannya nanti dapat mendukung peningkatan produktivitas perdagangan di kawasan ASEAN melalui efisiensi biaya produksi dengan turut melestarikan sumber daya berkelanjutan dan perlindungan lingkungan,” jelas Kukuh. Begitu pula di tingkat nasional, Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah tersedia diyakini dapat mendukung daya saing produk-produk Indonesia di panggung dunia, yang besar harapannya dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Secara keseluruhan, kemajuan capaian ACCSQ akan terus dimonitor dan dievaluasi, diselaraskan dengan ACCSQ Strategic Plan 2016-2025. Dengan demikian, isu teknis dan kebijakan dapat secara periodik dilaporkan secara vertikal ke tingkat yang lebih tinggi yaitu Senior Economic Officials Meeting (SEOM) maupun ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) dan secara horizontal kepada sectoral bodies yang relevan di antara pilar ASEAN lainnya.

Dalam rangkaian kegiatan yang sama, BSN juga menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk Peranan SPK dalam Mendukung ASEAN sebagai Pusat Pertumbuhan, pada Senin (12/6/2023). Hal ini dimaksudkan guna menyosialisasikan komitmen bidang standar dan penilaian kesesuaian dalam penerapannya di ASEAN.

Ma Roejan

Berita Terkait

Image

Hari Standar Dunia, Apa Guna Standar Bagi Kecerdasan Artifisial? Ini Kata BSN