Egek

Ramadhan, Masyarakat Adat Kaluppini di Sulawesi Selatan Amati Hilal dengan Kain Sarung/Sutra

Masjid di Kaluppini, terletak di atas bukit. Tiap Jumat, sebelum shalat Jumat, diadakan rapat masyarakat adat Kaluppini di sini lalu mengumumkannya. Termasuk pengumuman hasil pengamatan bulan untuk menetapkan awal Ramadhan dan Idul FitriĀ 
Masjid di Kaluppini, terletak di atas bukit. Tiap Jumat, sebelum shalat Jumat, diadakan rapat masyarakat adat Kaluppini di sini lalu mengumumkannya. Termasuk pengumuman hasil pengamatan bulan untuk menetapkan awal Ramadhan dan Idul Fitri

Masyarakat adat Kaluppini di Kabupaten Enrekang, Dulawesi Selatan, memiliki tradisi unik menyambut Ramadhan. Mereka akan mengamati bulan dengan kain sarung atau kain sutra. Dengan kain sarung atau kain sutra, menurut Imam Kaluppini Abdul Hakim, hilal akan terlihat lebih jelas.

Tanggal satu dari setiap bulan dalam kalender Islam, menurut Abdul Halim, sebenarnya sudah bisa ditentukan jauh hari, yaitu di malam tanggal delapan dan malam tanggal 22. Pada dua malam itu, garis tengah bulan akan lurus (tidak cekung, yidak cembung), karena bulan terlihat sudah 50 persen atau terlihat sisa 50 persen.

"Tapi pengamatan malam delapan kemarin terhalang oleh mendung," kata Abdul Halim, pada Jumat (7/4/2023). Pengamatan akan dilakukan lagi pada malam tanggal 22. Pengamatan pada malam delapan dan malam 22 ini tidak lagi menggunakan sarung/sutra, melainkan dengan alat teropong.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Untuk Kaluppini, penetapan Idul Fitri di hari Jumat minggu terakhir Ramadhan, diumumkan di Masjid," ujar Abdul Halim. "Perkiraan kami, Idul Fitri jatuh pada hari Sabtu," tambah Abdul Halim.

Personel adat yang disebut Pande Tanda yang memiliki tanggung jawab terhadap astronomi akan melaporkan hasil pengamatannya di rapat adat pada Jumat di minggu terakhir itu. Tentu saja, pengamatan tak hanya dilakukan oleh Pande Tanda. Orang-orang tua juga ikut melakukan pengamatan, karena juga memilki keahlian menganati bulan.

Priyantono Oemar