Pitan

Orang Kalang Ini Jadi Ayah Angkat Raden Patah, Bisa Giring Binatang Hutan ke Alun-alun Majapahit

Ayah angkat Sultan Demak Raden Patah ternyata orang Kalang. Ibu ayah angkatnya menjadi selir Raja Majapahit Brawijaya IV. Ayah angkatnya diuji dengan menggiring binatang hutan ke alun-alun Majapahit.

Orang Kalang ini berbentuk raksasa, perempuan, menjadi pertapa. Ketika Raja Majapahit Brawijaya IV berburu ke hutan, raksasa pertapa itu menyamar menjadi perempuan cantik.

Brawijaya IV lalu menjadikannya sebagai selir. Selir itu kemudian melahirkan di hutan, karena wajah bayinya berbinar-binar seperti nyala suluh, maka ia namakan Joko Dilah. Dilah artinya suluh.

Kelak, Joko Dilah ditugasi menjadi adipati di Palembang dengan nama menjadi Adipati Arya Damar dan mendapat hadiah selir Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V, yang sedang hamil. Arya Damar berarti ayah angkat dari anak yang dilahirkan selir itu, dan kelak anak itu menjadi menjadi Sultan Demak: Raden Patah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Diperlukan Sultan Agung, Orang Kalang Dapat Ilmu Pertukangan dari Mana?

Mengapa ibu Joko Dilah tidak melahirkan di istana Majapahit? Saat ia masih mengandung, ia mengidam makanan yang disebut gecok menteh (daging mentang).

Setelah memakannya, seketika ia berubah rupa lagi menjadi raksasa. Brawijaya IV tentu kaget dan hengak memanahnya, tetapi selir itu sudah melarikan diri ke hutan.

Ia kembali ke kampung halaman orang Kalang di tengah hutan. Ia tak kembali lagi ke istana, sehingga melahirkan di hutan.

Setelah dewasa, Joko Dilah diberi tahu jika ayahnya adalah Brawijaya IV. Maka, ia pun pergi ke Majapahit untuk menemui ayahnya.

Joko Dilah diterima mengabdi di Majapahit tetapi ia harus menjalani ujian. Jika ia memang anak Brawijaya IV, maka Brawijaya IV memberikan tugas kepadanya.

Oohya! Baca juga ya:

OPM Injak-Injak Nama Presiden yang Ada di Keset di Pintu Markas di Hutan Papua

Tugas itu berupa mendatangkan semua binatang hutan ke alun-alun Majapahit. Joko Dilah meyanggupi ujian itu.

Ia lalu kembali ke hutan. Melihat Joko Dilah pulang ke hutan, ibunya sedih. “Apakah kau tidak berhasil menjadi abdi Sang Raja Majapahit,” tanya ibu Joko Dilah.

Joko Dilah pun menyampaikan tujuannya pulang, yaitu karena disuruh menggiring binatang hutan ke alun-alun Majapahit. Mendengar hal itu, ibunya pun langsung menyuruhnya kembali ke Majapahit.

Sebagai orang Kalang yang selalu tinggal di hutan, ibu Joko Dilah akan membantu anaknya menggiring binatang hutan ke alun-alun Majapahit. “Percayalah kepada ibumu, Nak, yang akan membantumu dari belakang demi memenuhi keinginan Sang Raja,” kata ibunya.

Joko Dilah pun bergegas kembali ke Majapahit. Di alun-alun, Brawijaya IV sudah menunggu. Di belakang Joko Dilah ada banyak binatang hutan yang mengikuti jalan Joko Dilah.

“Duhai Sri Raja, hamba mempersembahkan semua binatang hutan ini, sepenuhnya terserah kehendak Raja,” kata Joko Dilah, yang kelak menjadi ayah angkat Sultan Demak Raden Patah.

Oohya! Baca juga ya:

Tak Hafal 12 Nama Murid Yesus Kristus, Winona Araminta Dihukum Lari 12 Putaran, Eh, Sang Guru Malah Masuk Islam

Brawijaya IV pun segera naik pedati, lalu memburu rusa. Raja Majapahit itu puas dengan hasil kerja Jomko Dilah.

Brawijaya IV mengakui kehebatan Joko Dilah, dan mengakuinya sebagai anak. Joko Dilah juga diterima pengabdiannya di Majapahit.

Setelah ia menguasai ilmu pemerintahan, kia ditugasi menjadi adipati Palembang di Sumatra. Jadilah ia Adipati Arya Damar. Damar artinya juga suluh.

Pada saaat Arya Damar bertugas di Palembang, Brawijaya V masih menjadi putra mahkota. Negeri Cempa di Sumatra mengirim hadiah putri Cempa kepada putra mahkota Majapahit.

Putri Cempa inilah yang ketika hamil diserahkan kepada Arya Damar. Arya Damar bekeinginan anak angkatnya menjadi penerusnya sebagai adipati di Palembang.

Oohya! Baca juga ya:

Kisah Aji Saka dan Merpati Yesus Kristus Menurut Ronggowarsito

Tetapi, Raden Jimbun, malah pergi ke Jawa. Rupanya ia tak mau menjadi pemimpin Palembang.

Ia kemudian tinggal di hutan Bintoro, Demak. Meski ia hany aanak angkat orang Kalang, tetapi memiliki naluri sebagai orang Kalang, tinggal di tengah hutan.

Ia menjadi pertapa. Hingga di kemudian hari, keberadaannya sebagai orang suci di Bintoro didengar oleh Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V.

Brawijaya V pun memanggil Raden Jimbun ke Majapahit. Raja Majapahit itu mengakuinya sebagai anak, lalu ia jadikan sebagai adipati di Bintoro. Jadi, anak Brawijaya V itu memiliki ayah angkat orang Kalang bernama Adipati Arya Damar.

Raden Jimbun diberi 10 ribu prajurit, dengan tugas pertama membuka hutan Bintoro. Kelak Raden Jimbun menjadi sultan pertama Demak Bintoro dengan nama Raden Patah.

Kerajaan Demak Bintoro berdiri setelah Majapahit runtuh.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Buku I, penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Tuha Kalang, karya Agus Aris Munandar, Aditya Revianur, Deny Yudo Wahyudi (2018)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]