Pitan

27 Maret, Lahir Tiga Bayi Tabung Kembar Program Tien Soeharto di RSAB Harapan Kita

RSAB Harapan Kita menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang mengembangkan program bayi tabung. Pada 27 Maret 1989 lahir tiga bayi tabung kembar yang menjadi pusat pemberitaan.

Pada 27 Maret, 35 tahun lalu, lahir tiga bayi tabung kelima di Indonesia. "Saya namakan mereka Melati, Suci, dan Lestari," ujar Tien Soeharto, ketua Yayasan Harapan Kita.

Orang tua mereka mengikuti program bayi tabung di RSAB Harapan Kita. Rumah sakit ini diresmikxn oleh Presiden Soeharto pada 22 Desember 1979 atas prakarsa Tien Soeharto.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit pertama yang mengembangkan program bayi tabung di Indonesia. Bayi tabung pertama lahir di RSAB Harapan Kita pada 1988.

Oohya! Baca juga ya:

27 Maret Soeharto Jadi Presiden, Ini Nasib Istana Kepresidenan

Klinik pelayanan bayi tabung di RSAB Harapan Kita diberi nama Melati. Akronim dari Melahirkan Anak Tabung Indonesia.

Orang tua Melati, Suci, Lestari berasal dari Surabaya. Lima hari setelah melahirkan lewat ptoses operasi caesar, mereka mendapat kunjungan dari Tien Soeharto.

"Kalau bocah-bocah lucu ini diminta orang, bileh tidak," tanya Tien Soeharto menggoda orang tua Melati, Suci, Lestari.

"Jangan...," dahut Suci Wijaya, ibu dari Melati, Suci, Lestari, yang masih terbaring di ruang perawatan. Tawa pun menenuhi ruangan itu.

Oohya! Baca juga ya:

Berubah Rupa, Guru Sultan Agung Ini Dikira Genderuwo dan Bikin Marah Para Wali

Tien Soeharto saat itu menyempatkan diri untuk menggendong satu per satu bayi Suci Wijaya. Umurnya baru lima hari itu.

Dalam kalender Jawa, lima hari adalah sepekan. Yaitu waktu yang dijadikan untuk memberi nama bayi dalam tradisi Jawa.

Tien Soeharto pun memberi nama tiga bayi itu. Yang sulung diberi nama Melati, yang kedua Suci, dan yang bungsu Lestari. Jika digabung, menjadi: Melati Suci Lestari.

Ali Wijaya dan Suci Wijaya memutuskan ikut program bayi tabung setelah lima tahun menikah belum dikaruniai anak.

Keluarga Ali Wijaya dijadwalkan akan bertdmu dengan Tien Soeharto pada Juni 1996. Pada tahun ini, Melati, Suci, Lestari sudah berusia tujuh tahun.

Namun, mereka batal pergi ke Jakarta. Tien Soeharto telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya pada 28 April 1996.

Oohya! Baca juga ya:

Sunan Kalijaga Meninggal di Berbagai Daerah, Mengapa Sultan Demak Mengurung Diri?

Pada 24-25 April, Tien Soeharto masih mendampingi Presiden Soeharto mdneruma tamu-tamu negara. Pada 26 April 1996 menerima Panitia Festival Istiqlal, antara lain Menag Tarmizi Taher, Menkeu Mar'ie Mohammad, dan Ponco Soetowo.

Pada Sabtu, 27 April 1996, sejak pukul 10.00 hingga 17.00, Tien Soeharto menghabiskan wakti di Taman Buah Mekarsari. Esoknya, Ahad, 28 April 1996, Tien mengalzmi sesak napas pada pukul 04.00.

Pada pukul 05.10, Tien Soeharto mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gayot Soebroto. Ali Wijaya dan Suci Eijaya kaget mendengar berita Tien Soeharto meninggal.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Melati Bangsa (Rangkuman Wacana Kepergian Ibu Tien Soeharto), penyusun Sugiono MP (1996)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]