Sunan Kalijaga Meninggal di Berbagai Daerah, Mengapa Sultan Demak Mengurung Diri?
Banjir di Demak sempat membuat kompleks makam Sunan Kalijaga di Kadilangu ikut kebanjiran. Sunan Kalijaga meninggal pada bulan Muharam.
Mengapa banyak tokoh dari berbagai daerah melaporkan kematian Sunan Kalijaga kepada Sultan Demak? Pada bulan Muharam itu, Sunan Kalijaga tinggal di rumahnya di Kadilangu, tapi dilaporkan meninggal di berbagai daerah.
Banyak orang, termasuk Ki Ageng Getas Pandawa di Selo, Grobogan, yang melaporkan Sunan Kalijaga menjadi tamu mereka dan meninggal di tempat mereka. Sultan Demak pun lantas mengurung diri.
Oohya! Baca juga ya:
Mengapa Sunan Kalijaga Berubah Jadi Tinggi Besar, Bercambang-Jenggot Lebat?
Setelah berkelana ke berbagai daerah, Sunan Kalijaga hendak beristirahat 10 hari di Kadilangu. Ia telah lama membangun rumah di Kadilangu.
Sehari semalam pada 1 Muharam ia beristirahat di masjid. Saat itu ia nendapat bisikan: hidup di awal-akhir, langgeng tidak berubah, telah benar-benar menyatu dalam ani'an mari'an.
Setelah mendapat bisikan itu ia pun meminta anaknya untuk menyimpan kerisnya. Artinya ia tak akan berkekana lagi.
Bisikan itu menegaskan bahwa Sunan Kalijaga tidak perlu lagi memiliki keinginan. Ia tinggal merasakan enak, nikmat, dan manfaat.
Oohya! Baca juga ya:
Beringin dan Istana Emas di IKN, Ini Kata Serat Kaca Wirangi
"Kelak tempatkan di pasarean, dekatkan di kuburan. Setelah saya pergi, kamu secara turun temurun jangan memberaniksn diri untuk memakainya," pesan Sunan Kalijaga setelah memberikan keris kepada putranya.
Menurut Sunan Kalijaga, kerus itu telah diberi doa oleh Sunan Lawu. Tak lama kemudian, Sunan Kalijaga pun meninggal dunia.
Kabar kematian di Kadilangu ini pun dilaporkan ke Sultan Denak. Tapi ternyata, Sultan Demak juga menerima laporan kematian Sunan Kalijaga dari berbagai daerah lain.
Ki Ageng Getas Pandawa di Selo, Grobogan, juga melaporkan bahwa Sunan Kalijaga meninggal di Selo. Tak hanya Ki Ageng Getas Pandawa, ternyata tokoh lain dari daerah lain juga melapor ke Sultan Demak.
Sunan Panggung di Panggung, Sunan Ngudung di Ngudung, Ki Ageng Pandanaran (Sunan Bayat) di Bayat, Sunan Gunungjati di Gunungjati, melaporkan bahwa selama 1-10 Muharam, Sunan Kalijaga menjadi tamu mereka dan meninggal di daerah mereka.
Syekh Maulana Ibrahim di Pantaran dan Syekh Maulana Maghribi di Merapi juga melaporkan hal yang sama. Di luar mereka, masih ada banyak lagi daftar orang yang melaporkan kematian Sunan Kalijaga. Tak heran jika Sultan Demak kemudian mengurung diri.
Oohya! Baca juga ya:
Festival Bamasak Hai Mnahat Dukung Ketahanan Pangan Lokal di NTT
Kepada para utusan dari masing-masing tokoh dari berbagai daerah itu, Sultan Demak bertanya penyebab Sunan Kalijaga meningal. Ditanyakan pula tempat pemakamannya.
Semua menjawab sama. Dari yang di Kadillangu hingga yang di Merapi, menyebut penyebab kematiannya adalah sakit.
Tentang pemakaman, mereka melapor telah dimakankan di daerah mereka. Yaitu di makam leluhur tuan mereka masing-masing.
Para utusan juga bercerita tentang kondisi saat Sunan Kalijaga tiba: Lesu. Tentang pakaian yang dikenakan saat tiba, yang dilaporkan oleh masing-masing utusan ternyata sama.
Oohya! Baca juga ya:
Joko Tingkir, Cucu Raja Majapahit yang Menurunkan Presiden Indonesia
Yang beda hanya satu, cerita soal keris. Hanya putra Sunan Kalijaga yang mendapat keris. Banyaknya laporan dari berbagai daerah soal kematian Sunan Kalijaga ini membuat Sultan Demak pucat. Bahkan hampir pingsan.
Selama tiga hari Sultan Demak mengurung diri di kamar. Keluarga keraton, para adipati, para abdi, dibuat sedih hati.
Setelah lewat tiga hari tiga malam, barulah Sultan Demak berbicara. Mula-mula ia berbicara kepada permaisuri.
Sultan meminta agar Sang Permaisuri menyediakan santuan untuk semua orang yang didatangi Sunan Kalijaga pada 1-10 Muharam. Jumlah santunan disamakan.
Yang berbeda hanya santunan untuk putra Sunan Kalijaga di Kadilangu. Yaitu lima kali lebih besar dari yang lainnya.
Untuk penyerahan santunan kepada tokoh di berbagai daerah yang telah melaporkan bahwa Sunan Kalijaga meninggal, Sultan Demak memberikan tugas kepada para adipati. Setelah itu, selama 40 hari ke depan, Sultan Demak mengurung diri lagi.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Laku Hidup Kanjeng Dunan Kalijaga, terjemahan dari kitab kuno Serat Kaki Walaka, diterbitkan oleh Trah Kekuarga Besar Sunan Kalijaga (2007)