Kendeng

Bupati Grobogan Seperti Orang Kerasukan Jin, Pakubuwono II Beri Hadiah Kuda

Bupati Grobogan dinilai Pakubuwono II seperti orang kerasukan jin. Raja Mataram itu kemudian memberi hadiah kuda karena terkesan dengan taktiknya atas orang Cina.

Membawa perintah Pakubuwono II, utusan kembali dikirim Patih Notokusumo ke Grobogan. Kali ini mereka tidak hanya membawa surat, melainkan juga hadiah.

“Sang Prabu sangat senang membaca suratmu. Sang Prabu berkata bahwa Si Paridan memang hebat, akalnya seperti orang kerasukan jin,” lanjut Patih Notokusumo dalam suratnya untuk Bupati Grobogan Martopuro.

Karena itulah, Martopuro dikirimi berbagai hadiah. Ada uang 400 riyal, 25 tombak dan tameng, kuda kore, songkok keprajuritan, 14 sumpit, dan dua busur beserta sekantong anak panah –berisi 50 anak panah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Bupati Grobogan Menangis Dimarahi Patih Notokusumo Gara-gara Orang Cina, tetapi Mengapa Kemudian Melotot dan Bertolak Pinggang?

“Hendaknya berhati-hati, rapi dalam menyamar,” kata Notokusumo menyampaikan pesan dari Sang Raja.

Di dalam suratnya, Notokusumo juga menyebut, Pakubuwono tertawa terbahak-bahak ketika membaca surat Martopuro. Martopuro membaca surat Patih Notokusumo yang dibawa utusan Wiryodikoro dan Subodirono di langgar (mushala) belakang rumahnya.

“Raden Patih tampaknya jera marah-marah perihal yang belum jelas perkaranya,” kata Wiryodikoro sambil menunduk, setelah Martopuro selesai membaca. Bupati Martopuro pun tertawa.

“Adik, marilah makan bersama saya,” ajak Martopuro. Bertiga, mereka pun makan. Utusan berada di Grobogan selama tiga hari.

Di Mataram, Patih Notokusumo mengumpulkan para adipati. Dari pesisir hanya dikirim wedana dan lurah.

Oohya! Baca juga ya:

Membantah Berita, Anak Sultan Agung Harus Berbohong kepada Paman Ipar dalam Kasus Ayam Bekisar

Patih Notokusumo meminta pendapat kepada mereka mengenai rencana penyerbuan terhadap Kompeni di Semarang. Esok harinya, ia melapor kepada Pakubuwono II bahwa hanya tiga bupati pesisir yang siap menggempur Semarang bersama Bupati Grobogan.

Keengganan Pringgoloyo dan Tirtowiguno, adipati dari wilayah bukan pesisir, juga dilaporkan kepada Pakubuwono II. Pada pertemuan kemarin, Patih Notokusumo marah kepada keduanya karena ketika dimintai pendapat, keduanya menjawab terserah.

Pakubuwono II meminta Patih Notokusumo untuk menyentil mereka dengan memerintahkan orang-orang Cina di wilayah mereka untuk segera bergerak. “Si Pringgoloyo dan Tirtowiguno yang belum cocok pikirannya apa hendak mencari raja lain selain aku?” tanya Pakubuwono II.

Di Semarang, Kompeni gusar mendengar orang-orang Cina akan menggempur mereka. Kompeni pun memangil kapiten Cina di Semarang. Ia lalu ditahan oleh Kompeni.

Hal ini membuat gempar orang-orang Cina di Semarang. Mereka pun segera pergi meninggalkan Semarang.

Mereka bergabung dengan orang-orang Cina di Welahan. Letnan Cina Semarang tertangkap Kompeni dalam upaya pelariannya, karena ragu-ragu melarikan diri.

Oohya! Baca juga ya:

Anak Sultan Agung Marah kepada Paman Ipar karena Bekisar Betina Jadi Jantan

Di Welahan, orang-orang Cina sudah menyiapkan barisan. Di Pingbulung juga ada 500 prajurit Cina yang sudah siap.

Cina Kedu, Cina Tegal, dan Cina Pekalongan juga sudah berkumpul membentuk barisan. Mereka, berjunlah sekitar 1.000 orang, menuju Ambarawa dan Lemah Abang.

“Mereka seperti singa galak yang sangat bernafsu perang, terlalu berani dan kejam,” tulis Babad Tanah Jawi.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid V, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]