Pitan

Sultan Agung Dapat Gajah dari Tuban, Mengapa Amangkurat I Melarikan Diri Menggunakan Gajah dari Patani?

Anak Sultan Agung, Amangkurat I, melarikan diri dengan menunggang gajah. Mataram memiliki banyak gajah setelah Sultan Agung menaklukkan Tuban. Tapi, mengapa Amangkurat I menunggangi gajah dari Patani?

Gajah menjadi tunggangan Amangkurat I ketika ia melarikan diri dari keraton pada 28 Juni 1677 malam. Namun di perjalanan, tidak digunakan lagi.

Anak Sultan Agung itu meninggalkan begitu saja gajah tunggangannya itu. Pangeran Puger menemukan gajah itu di pinggir jalan.

Dari mana Mataram memiliki gajah? Lalu, gajah yang ditunggangi Amangkurat I itu gajah dari Tuban atai dari Patani? Mengapa anak Sultan Agung itu meninggalkan begitu saja gajah tunggangannya?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Kondisi Anak Sultan Agung Sedang Lemah, Mengapa Kompeni Minta Perluasan Wilayah ketika Diminta Menumpas Trunojoyo?

Pada 1622, Sultan Agung tercatat memiliki 15 gajah. Di sebelah kanan istana Raja Mataram itu ada rumah tempat menyimpan 10 gajah, sedangkan di sebelah kiri istana ada rumah yang mengimpan lima gajah.

Catatan Belanda menyebut, pada akhir abad ke-16 ada banyak gajah di wilayah Tuban. Pada 1619, Sultan Agung menaklukkan Tuban.

Saat menghadapi Mataram, Tuban meminta bantuan kepada Surabaya dan Madura. Namun, Surabaya hanya mengirimkan 1.000 prajurit dan Madura mengirimkan 2.000 prajurit.

Mendapat bantuan yang sedikit, maka Adipati Tuban menggantungkan nasibnya pada tiga meriam miliknya. Ia percaya bahwa tiga meriamnya itu memiliki kekuatan gaib.

Saat pertempuran berlangsung, meriam-meriam itu segera diisi mesiu penuh. Kekuatan gaib seperti apa yang ditunjukkan oleh meriam-meriam itu?

Oohya! Baca juga ya:

Digunjing karena Pinjol, Ternyata ITB Miliki Alumni Presiden dan Musuh Soeharto serta Anggota PMB

“Dua meriam meledak, yang menewaskan kawan dan lawan; yang ketiga mogok,” tulis Dr HJ de Graaf.

Adipati Tuban diselamatkan oleh datangnya malam, sehingga pertempuran terhenti. Namun ia mengalami luka-luka.

Ia pun memerintahkan istri-istrinya melarikan diri dengan membawa seluruh milik mereka. Adipai Tuban melarikan diri ke Balega, Madura bersama dua istri, dua selir, dan tiga pembantu.

Mengetahui Adipati Tuban melarikan diri, prajurit dari Surabaya dan Madura pun ikut melarikan diri. Prajurit Mataram tidak kalah gesit, merekamenyerbu kapal-kapal yang henda digunakan untuk melarikan diri.

Kapal-kapal tenggelam, keraton Tuban kosong. Prajurit Mataram pun menguasai keraton. Rampasan dari Tuban dibawa pulang ke Mataram, termasuk gajah-gajah yangd imiliki Tuban.

Apakah gajah-gajah itu masih hidup pada 1677? Apakah gajah yang digunakan oleh anak Sultan Agung untuk melarikan diri dari serangan Trunojoyo itu gajah hasil rampasan setelah Mataram berhasil menaklukkan Tuban pada 1619?

Oohya! Baca juga ya:

Husni Thamrin Meninggal Setelah Disuntik Dokter yang Dikirim Polisi Belanda, Ini Profil Ketua Ikatan Dokter Hindia yang Merawat Thamrin Itu

Amangkurat I melarikan diri karena pasukan Trunojoyo semakin merangsek ke keraton Mataram.,Amangkurat I melarikan diri pada tengah malam dengan menunggang gajah, tetapi ketika sakitnya kambuh, ia ditandu. 

Namun, gajah yang ia gunakan untuk melarikan diri bukan gajah dari Tuban. Pada 1675, Amangkurat I menyuruh penguasa pesisir utara untuk berangkat ke Patani.

Perintah untuk mereka jelas: membeli gajah di Patani.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Puncak Kekuasaan Mataram karya Dr HJ de Graaf (2002, edisi revisi)
- Runtuhnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com