Apakah Moh Husni Thamrin Disuntik Mati oleh Belanda?
Siang hari, 6 Januari 1941, Moh Husni Thamrin menjamu makan siang Mr Syamsuddin di rumah. Setelah makan siang dan belum berbincang lama, Thamrin mengaku sedang tidak enak badan.
Kondisi Thamrin semakin memburuk pada 10 Januari 1941. Dokter Kajadoe yang dikirim polisi Belanda datang memeriksa, mendapati Thamrin mengalami demam tinggi dan tak bisa berbicara, lalu Kajadoe memberi suntikan.
Tengah malam, kondisi Thamrin semakin parah, dokter Kajadoe dipanggil lagi. Kajadoe memberi suntikan lagi, menjelang Subuh, 11 Januari 1941, Thamrin meninggal dunia dalam status sebagai tahanan rumah. Apakah disuntik mati?
Oohya! Baca juga ya:
Belanda menetapkan Thamrin sebagai tahanan rumah setelah polisi melakukan penggeledahan rumah Thamrin pada 10 Januari 1941 malam. Karena sakit itu, Thamrin sudah beristirahat sejak siang hari setelah bertemu dengan Mr Syamsuddin.
Siapa Mr Syamsuddin? Dia adalah wakil walikota Buitenzorg yang kemudian menggantikan Thamrin di Volksraad sejak 20 Januari 1941.
"Karena itu Bapak minta diri pada Mr Syamsuddin untuk tidur sebentar. Mr Syamsuddin pun segera minta diri,’’ ujar Deetje –anak angkat Thamrin yang saat itu masih berusia 14 tahun, seperti dikutip Merdeka edisi 29 April 1968, yang dikutip lagi oleh Yasmine Zaki Shahab di buku Mohammad Hoesni Thamrin.
Karena pada saat polisi menggeledah rumah Thamrin, Thamrin dalam keadaan sakit, dipanggillah dokter untuk memeriksanya. Dokter meminta tidak ada pemeriksaan terhadap Thamrin.
Tapi, pada 7 Januari 1941, sambungan komunikasi di rumah Thamrin diputus. Pun tak boleh ada yang menjenguknya.
Oohya! Baca juga ya:
Menjelang Subuh, menurut Deetje, pintu rumah digedor-gedor polisi. Polisi kembali menggeledah rumah Thamrin, tetapi tak lagi menemukan sesuatu.
"Ketika akan pergi, salah seorang di antaranya memberitahukan bahwa sejak pagi itu, MH Thamrin dikenakan tahanan rumah. Tak boleh keluar rumah, tak boleh menerima tamu,’’ ujar Deetje.
Ketika kondisi Thamrin semakin memburuk pada 10 Januari 1941, Dokter Kajadoe dikirim oleh polisi Belanda untuk memeriksanya. Ia mendapati Thamrin mengalami demam tinggi dan tak bisa berbicara.
“Dokter memberikan suntikan untuk menurunkan panasnya dengan memberi tahu keluarganya jika tidak membaik supaya segera menjemput dirinya,” tulis Bob Hering tentang yang dilakukan oleh dokter yang dikirim Belanda. Apa Thamrin disuntik mati?
Pada 9 Januari 1941, menurut Bob Hering, pihak keluarga telah meminta dokter untuk memeriksa Thamrin. Tapi permintaan itu ditolak oleh polisi Belanda.
Pada 10 Januari tengah malam, kondisi Thamrin makin kritis, sehingga dr Kajadoe dipanggil lagi. Menurut Deetje, Kajadoe memeriksa Thamrin sekitar pukul 12 malam.
Kajadoe kembali memberi suntikan dan berpesan kepada keluarga agar tidak mengganggu tidur Thamrin. “Tapi aneh, ayah makin tenang dan akhirnya menjelang Subuh tidak ada tanda bahwa beliau bernapas. Akhirnya kami mengetahui bahwa ayah sudah tidak ada lagi,” ujar Deetje kepada Merdeka, 29 April 1968, seperti dikutip Yasmine Zaki Shahab.
Oohya! Baca juga ya:
Bagaimana Deetje mengetahui detail cerita ini? Yasmine Zaki Shahab mengutip cerita dari Dini, anak Deetje:
Ibu saya liat semua, ngintip dari lubang angin. … Waktu itu dia sakit flu sebenarnya, tapi gak boleh dirawat oleh dokter pribadi. Dia ditahan di rumah, tidak boleh memanggil dokter pribadi harus dokter yang ditunjuk oleh Belanda dan keluarga tidak boleh menjenguk ke kamarnya.
Jadi ibu saya lari ke lubang angin dan melihat dia disuntik. Kalo mau tau ama ibu saya aja, dia saksi mata soalnya. Belanda sangat takut pada ketajaman lidahnya Thamrin.
Pada hari Thamrin meninggal, Kajadoe memberi keterangan bahwa Thamrin menderita sakit malaria dan lemah jantung.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
- Mohammad Hoesni Thamrin karya Bob Hering (2003)
- Mohammad Hoesni Thamrin karya Yasmine Zaki Shahab (2019)