Dua Amangkurat Bapak-Anak Ini Sama-sama Senangi Istri Orang Lain Sebelum Jadi Raja Mataram
Amangkurat I, sewaktu masih menjadi putra mahkota, menculik istri orang lain. Amangkurat II, sewaktu masih menjadi putra mahkota, mengunjungi istri orang lain pada dini hari, pukul 00.00-03.00.
Yang culik Amangkurat I muda adalah istri Tumenggung Wiroguno. Saat itu Amangkurat I masih bernama Pangeran Adipati Anom.
Sedangkan yang dikunjungi Amangkurat II muda adalah istri Pangeran Singosari, adiknya. Saat itu Amangkurat II juga masih bernama Pangeran Adipati Anom.
Amangkurat I mekakukan penculikan pada 1637. Sedangkan Amangkurat II melakukannya pada 1672 saat adiknya sedang Tahajud di masjid.
Oohya! Baca juga ya: Amangkurat I Cacat Moral pada Usia 18 Tahun, Sultan Agung Melindunginya dan Naik Tahta Menjadi Raja Mataram
Sultan Agung memaklumi tindakan Amangkurat I muda dan tetap dijadikan sebagai putra mahkota. Sedangkan Anangkurat I memutuskan Amangkurat II muda tidak bersalah.
Anak buah Pangeran Singosari tidak ada yang mendengar adanya tanda bahaya pada malam kejadian. Jika Pangeran Dingosari mrngaku ada pencuri di rumahnya, seharusnya ia memberi tanda bahaya berupa memukul bende.
Keterangan Putra Mahkota berbeda dengan keterangan Pangeran Singosari. Ia menyebut, putra Pangeran Pekik diundang makan malam oleh Pangeran Singosari, tetapi tidak pernah pulang kembali.
Sebanyak 34 pembantu Pangeran Singisari bahkan kemudian dibunuh. Tapi ternyata mereka bukan dibunuh karenai putusan pengadilan Raja.
Mereka, berdasarkan laporan Residen Jepara, dibunuh atas perintah Putra Mahkota agar tidak menceritakan hal yang terjadi di rumah Pangeran Singosari.
Oohya! Baca juga ya: Dapat Tugas Cari Anggota Pramuka Non-Muslim, Mengapa Para Santri dari Karawang Ini Mondar-Mandir Cari WC di Kemah Bakti Harmoni Beragama?
Malam itu, saat Pangeran Singosari sedang shalat Tahajud di masjid. Saat itulah Putra Mahkota memgunjungi istri Pangeran Singosari.
Ia berkunjung bersama pengikutnya, putra dari Pangeran Pekik. Pangeran Pekik adalah mertua Amangkurat I.
Catatan Belanda menyebut, begitu tahu Pangeran Singosari pulang dari masjid, Putra Mahkota masih punya waktu untuk pergi. Tetapi putra Pangeran Pekik ketahuan.
Pangeran Singosari kemudian membunuh putra Pangeran Pekik, karena tidak mau berbicara selama diinterogasi. Jenazahnya dikubur secara diam-diam.
Amangkurat I marah besar kepada kakak-beradik yang terus berseteru itu. Putra Mahkota yang sering tergila-gila pada wanita, berbeda dengan kehidupan Pangeran Singosari yang sederhana dan mendalami agama.
Menurut Residen, setelah kabar ini tersebar, orang Jawa menjadi takut pada Putra Mahkota. Tak lama kemudian, pada 4 Agustus 1672, Gunung Merapi meletus.
Pada 1677 Amangkurat I meninggal dalam pelariannya setelah keraton direbut oleh Trunojoyo. Amangkurat II menjadi raja Mataram dalam pelarian, yang kemudian meminta bantuan Kompeni merebut keraton.
Oohya! Baca juga ya: Kisah Ten Dudas, 10 Duda Penyintas Tsunami Aceh Membangun 200 Rumah Darurat Dibantu Posko Jenggala
Pada 1679, Amangkurat II bertemu lagi dengan janda Pangeran Singosari. Pada tahun itu, Pamgeran Singosari sudah meninggal.
Perilaku janda Pangeran Singosari itu sering menyulitkan Laksamana Cornelis Speelman, perwira Kompeni yang menjadi pelindung Amangkurat II.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Runtuhnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]