Pitan

Raja Mataram Sultan Agung Meninggalkan Warisan Resep Jamu, Oleh-oleh dari Makkah

Jamu menjadi kekayaan budaya Indonesia. Raja Mataram Sultan Agung disebut memiliki resep jamu yang diapat dari Makkah. Disebut jampi anget, jamu hangat.

Diceritakan sering shalat Jumat di Masjidil Haram, Sultan Agung disebut memiliki peninggalan resep minuman dari Makkah. R Tanojo mengutipnya dari primbon kuno, resep minuman itu disebut Racikan Djampi Anget (Racikan Jamu Hangat).

R Tanojo membukukannya pada 1940 dengan judul Ratjikan Djampi Anget, Brekah Dalem Sampejan Dalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soeltan Agoeng Praboe Anjokrokoesoemo ing Mataram. Resep itu diberi keterangan: Asal Saking Nagari Mekah (Asal dari Negeri Makkah).

Oohya! Baca juga ya: Anak Usia Dua Tahun Bisa Berjalan Setelah Konsumsi Kelor, Istri Ganjar Sebut Kelor yang Bisa Cegah Stunting Harganya Lebih Murah dari Moringa

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Resep itu terdiri dari berbagai rempah:

1. Cabai emprit, yaitu cabai kecil yang sudah matang, berwarna hitam kemerah-merahan, masih utuh, dijemur hingga kering.

2. Bunga cengkih, yang kecil-kecil yang masih utuh dan belum hancur, dijemur hingga kering.

3. Kayu manis, yang agak besar-besar, dijemur hingga kering.

4. Biji kapuk randu, yang besar-besar, utuh, buang kulitnya lalu dijemur hingga kering.

5. Isi buah pala, buah yang panjang dan sudah matang (tua), diambil isinya, lalu dijemur hingga kering.

6. Bunga pala (fuli), yang utuh, lalu dijemur hingga kering.

Oohya! Baca juga ya: Cerita Andi Sahrandi tentang Pelajaran dari Kampung Menjelang Pilpres

7. Bunga sidowayah, jika masih ada tangkai dan daunnya, ambil bunganya saja, dijemur hingga kering.

8. Temu kunci, pilih yang kecil-kecil yang sudah tua, dikupas lalu diiris-iris melintang tipis-tipis, dijemur hingga kering.

9. Temu laos, pilih yang sudah tua, dikupas lalu diiris-iris melintang tipis-tipis, dijemur hingga kering.

10. Kayu kemloko, dibuang kotoran dengan cara dikerok dengan pisau, lalu disuwir kecil-kecil, dijemur hingga kering.

Diperlukan juga:

1. Madu asli dua cangkir
2. Minyak wijen seperempat cangkir

Cara pembuatan:

1. Bahan nomor 1-9 ditumbuk sampai halus di wadah yang kering, alatpenumbuk juga harus kering. Untuk zaman sekarang bisa diblender. Kemudian disaring bubuknya, disimpan di wadah yang kering.

2. Bahan nomor 10 ditumbuk (diblender) terpisah sampai halus lalu disaring, lalu dicampurdengan bubuk dari bahan 1-9. Dicampur hingga bnar-benar tercampur, lalu disimpan di tempat kering.

3. Ambil tiga sendok bubuh itu, diadon dengan madu satu sendok.

Oohya! Baca juga ya: Apakah Orang Papua Masih Menjadikan Sagu Sebagai Makanan Pokok?

4. Adonan dibiarkan beberapa saat hingga mengering, lalu ditambah madu lagi. Pertimbangan jumlah madu yang ditambahkan lai, agar adonan tidak terlalu lunak. Cukup kesat.

5. Adonan dibuat menjadi bulat-bulat kecil hingga menjadi 12 butir.

6. Ambil sesendok teh minyak wijen. Satu butir satu tetes minyak wijen.

7. Sisa bubuk disimpan lagi untuk keperluan hari-hari berikutnya.

8. Bulatan adonan dimakan satu butir dengan pisang sebelum tidur.

Jamu hangat ini memiliki 11 jenis khasiat:

1. Membuat rambut kaku menjadi halus.

2. Mengatasi gangguan kecerdasan.

3. Mengatasi gangguan pendengaran.

4. Mengatasi memar-memar di badan.

5. Mengatasi kelelahan.

6. Membangu menguatkan gigi.

7. Mengatasi gangguan penglihatan.

8. Membantu mengatasi kebolotan.

9. Mengatasi perasaan sungkan.

10. Membuat perasaan ceria.

11. Mengatasi kepala pusing.

Demikian resep jampi anget, jamu hangat, yang didaat Sultan Agung dari Makkah.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Ratjikan Djampi Anget karya R Tanojo (1940)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]