Berapa Sekedup Unta yang Bawa Jamaah Haji Indonesia ke Makkah?
Dulu orang Indonesia naik haji menggunakan kapal laut untuk mencapai Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi. Berapa sekedup unta yang diperlukan untuk mengangkut satu rombongan haji dari Jeddah ke Makkah?
Turun di Pelabuhan Jeddah, calon jamaah haji (calhaj) Indonesia tidak langsung ke Makkah. Dengan perahu, mereka dibawa ke pulau kecil dekat Pelabuhan Jeddah.
Menurut petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah, pada 1922 di pulau itu ada tujuh rumah sebagai tempat tinggal sementara orang-orang yang akan naik haji. Rumah-rumah yang rusak itu dipagari kawat.
Selama di pulau, barang-barang tetap ditinggal di perahu. Tidak boleh dibawa ke pulau, selain tikar/kasur/bantal, karena tidak lama tinggal di pulau ini.
Entah apa tujuannya harus tinggal sementara di pulau ini, sebab tidak ada yang mengurus mereka. Tidak ada dokter untuk memeriksa kesehatan. Tidak ada penjaga yang bisa ditanya-tanya.
“Kita mesti terpaksa beli makanan yang ada terjual di situ oleh orang Arab yang terlalu amat kejam kepada kita sekalian orang haji, setabiatnya keras,” tulis petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah di Soeara Moehammadijah edisi Oktober 1922.
Orang-orang Arab yang berjualan di pulau itu berbicara kasar. Menetapkan harga yang kelewat mahal.
“Mereka jual nasi sayur terong satu piring 50 pen,” lanjut petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah.
Nasi gulau satu piring dijual satu gulden. Satu cangkir the dijual 10 sen.
“Sepotong buah semangka yang kira-kira di tanah Jawa harga yang paling mahal satu sen, di situ kita beli 10 sen,” kata petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah.
Orang-orang mau tidak mau harus beli karena lapar. Mau ambil nasi di perahu tidak boleh.
Harga mahal itu mungkin ditetapkan karena si penjual tahu tetap akan dibeli, karena selama di pulau itu tiada persediaan yang diberikan kepada orang-orang yang akan naik haji itu. Hanya disediakan air satu kaleng untuk tujuh orang.
Untuk bermalam di pulau, dalam satu gubuk diberi lampu minyak yang cahayanya tidak cukup untuk menerangi seluruh ruangan gubuk. Panjang gubuk sekitar 20 meter dengan lebar enam meter.
Mereka hanya menginap semalam. Pagi hari pukul 10.00, mereka kembali ke perahu dan tiba di Jeddah pukul 12.30.
Petugas di Jeddah memeriksa mereka berikut barang-barang yang dibawa. Kuli-kuli membantu mengangkut barang-barang mereka ke petugas periksa.
“Aduh! Di situlah kita baru tahu mulai merasakan tindasan dan isapan aturan hukumat tanah Hijaz,” tulis petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah.