Pitan

Bukan karena Sudah ‘Tua’ Sukarno tidak Hadir di Kongres Pemuda, Lalu karena Apa? Ini Cerita Inggit Garnasih

Diorama di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat,memperlihatkan patung WR Supratman sedang menggesek biola membawakan lagu 'Indonesia Raya' di Kongres Pemuda Indonesia Kedua 1928. Banyak kata menggugah di lirik lagu 'Indonesia Raya' (foto: ronggo astungkoro/republika)

“Sungguh suatu kegembiraan yang tiada taranya bahwa kesayanganku akhirnya lulus mencapai gelar insinyur. Aku lega, aku telah membuktikannya bahwa aku berhasil mengemongnya. Ia tidak percuma datang di Bandung,” ujar Inggit mengenai Kusno, panggilan yang biasa ia pakai untuk suaminya, Sukarno.

Lulus pula Anwari dan Wieke. Itu tahun 1926. Bersama Anwari kemudian ia menggunakan kamar tengah rumahnya sebagai kantor biro arsitek. Beranda rumah disewa oleh Dr Samsi untuk kantor akuntan. Setelah Indonesia merdeka, Samsi diangkat Sukarno sebagai menteri keuangan, meski tak sampai sebulan menjabat menteri.

Dalam laporan Darmo Kondo mengenai Kongres Pemuda Indonesia II, Dr Samsi disebut hadir di acara itu. Ia lahir pada 13 Maret 1894. Tujuh tahun lebih tua dari Sukarno. Artinya, jika Sukarno tidak menghadiri Kongres Pemuda, bukan karena ia sudah termasuk golongan "tua" yang tidak cocok ikut Kongres Pemuda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Tak Hadiri Kongres Pemuda Indonesia II, Apakah Sukarno tak Punya Ongkos untuk ke Jakarta?

Inggit menyebut ketika Pemuda Indonesia (Jong Indonesia) mengadakan kongres di Bandung, Sukarno hadir. Namun, Inggit tidak menyinggung ketidakhadiran Sukarno di Kongres Pemuda di Jakarta. Ada cerita Inggit dan Sukarno pergi ke Blitar, tetapi dilihat dari urutan isi buku, mereka pergi ke Blitar sebelum 1928.

Lalu Inggit bercerita tentang kawan-kawan Sukarno yang berkumpul di rumah sepulang mereka mengikuti acara Kongres Pemuda. Ada pula yang tidak ikut kongres, jadi yang ikut kongres menceritakan isi kongres kepada yang tidak ikut kongres.

Mereka membacakan putusan kongres, lalu berdiskusi soal bahasa persatuan, yang bagi mereka sudah tidak menjadi persoalan karena Pemuda Indonesia (Jong Indonesia) dan PNI juga memutuskan menggunakan bahasa Indonesia.

Oohya! Baca juga ya: Bukan Sin Po yang Memuat Pertama Kali Lagu 'Indonesia Raya', Melainkan Koran di Bandung

Darmo Kondo menulis tentang hari pertama Kongres Pemuda Indonesia II:

Sehabis Voorz batjakan soerat dari t. Dr. Samsi (pernjataan setoedjoe), maka t. Moh. Jamin laloe moelai berchotbah tentang “PERSATOEAN DAN KEBANGSAAN INDONESIA”.

Samsi datang bersama Inoe Martokoesoemo dari PNI Bandung.

Hari terakhir Kongres Pemuda Indonesia II, Darmo Kondo menulis:

Oentoek menjenangkan kongres, maka t. Soepratman dipersilakan mengeloearkan tjita-tjita “Volkslied” dengan dipioeli sampai beberapa coupletten, dan minta soepaja ini “volkslied” disampaikan di PPPKI. Moesikm mendjadikan gembiranja rapat.

Priyantono Oemar

Catatan:

volkslied = lagu kebangsaan

coupletten = bait

Moh Jamin = Muh Yamin

Sumber rujukan:
Darmo Kondo edisi 31 Oktober 1928, 6 November 1928
Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH (1981)

 

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi

Berita Terkait

Image

Berapa Sekedup Unta yang Bawa Jamaah Haji Indonesia ke Makkah?

Image

Kenapa Baju Calhaj Indonesia Kudu Diasapi di Pulau Kamaran, Yaman?

Image

Banyak Warman Jadi Raja di Indonesia Dulu, Siapa Mereka?