Lincak

Sarekat Islam Merespons Kristenisasi di Indonesia, Apa yang Terjadi?

Karikatur Sarekat Islam 1915. Pada 1916, Sarekat Islam merespons kristenisasi di Indonesia. Apa yang terjadi sehingga ada hari khusus membahas hal itu di Kongres Sarekat Islam?

Gencarnya upaya kristenisasi di Indonesia pernah membuat Sarekat Islam merespons hal itu. Pada kongresnya di Bandung pada 1916, disediakan hari khusus untuk membahas masalah keagamaan.

“Hanya pembicara-pembicara Muslim yang boleh berbicara,” ujar APE Korver di buku Sarekat Islam, Gerakan Ratu Adil?.

Salah satu pembicara yang membahas kristenisasi adalah Abdul Muis. Kegiatan itu, menurutnya, seperti dikutip Korver, “Lama-kelamaan dapat merupakan bahaya bagi Islam.”

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Kenapa Berziarah ke Makam Amangkurat I Pembantai Santri-Ulama? Koran Milik Sarekat Islam Bersikap

Membentengi Muslim dari kegiatan penginjilan, menurut Abdul Muis menjadi tugas Sarekat Islam. Ia menyatakan, Islam mendorong kemajuan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu, menurut Abdul Muis, sudah menjadi tugas Sarekat Islaam untuk memperbaiki dan memodernisasi pengajaran Islam. Upaya reformasi ini diharap bisa menghilangkan pengertian yang salah mengenai Islam.

Dengan begitu, Muslim bisa memiliki pemahaman yang benar mengenai Islam. Sehingga, Muslim bisa membentengi diri untuk tidak tergiur oleh pengenalan Tuhan baru yang dilakukan oleh penginjil-penginjil di Indonesia.

Reformasi ini juga bisa menghilangkan pengertian yang salah dari pihak lain terhadap Islam. Sebab saat itu sudah banyak orang Indonesia yang berpendidikan Barat, tetapi lemah pemahamananya mengenai Islam, agama yang mereka peluk.

Mereka juga haus akan ajaran Islam. Namaun, keingintahuan mereka tidak terpenuhi oleh penjelasan dari para kiai yang berpandangan konservatif.

Oohya! Baca juga ya:

Ini yang Dilakukan Bung Karno pada Ibu Kos Setelah Talak Istri

“Pada Sarekat Islamlah terletak tugas untuk menutup jurang antara kedua kelompok ini,” kata APE Korver mengutip pidato Joyopranoto di Kongres Sarekat Islam di Bandung.

Untuk menjembatani itu, maka perlu ada sekolah guru agama modern. Dengan begitu, pengajaran agama secara konservatif semakin dikikis.

“Menurut dia, Sarekat Islam berusaha untuk menciptakan pendidikan Islam atas dasar modern,” kata Korver mengutip Ardiwinata, yang isi pidatonya sepemahaman dengan isi pidato Joyopranoto.

Memasuki abad ke-20, kristenisasi di Indonesia didukung dengan penerbitan Injil berbahasa Melayu pasar. Sebelumnya, Injil yang digunakan adalah Injil berbahasa Melayu tinggi. Sarekat Islam muncul pada masa-masa ini.

Bahasa Melayu tinggi tentu tidak dimengerti oleh orang-orang yang bukan pengguna bahasa Melayu. Maka, penggunaan bahasa Melayu pasar menjadi langkah nyata untuk memperluas sasaran penginjilan di Indonesia.

Di Injil itu, Tuhan Yesus Kristus juga diperkenalkan sebagai Isa Almasih, yang dikenal oleh Muslim sebagai nama nabi. Di injil itu digunakan pula salam dalam Islam: assalamualaikum dan kata insya Allah.

Oohya! Baca juga ya:

Insya Allah dan Assalamualaikum di Injil Cetakan Belanda, Kok Bisa?

Menurut Abdul Muis, Islam memiliki keistimewaan yang terkandung dalam ajaran-ajaraannya. Islam mendorong bekerja keras mencari nafkah, seimbang dengan upaya mengembangkan kerohanian.

Islam juga membangkitkan kecintaan pada bangsa dan negeri sendiri. “Oleh karena sifat-sifat yang baik itu, maka merupakan tugas Sarekat Islam untuk meningkatkan iman,” kata Abdul Muis seperti dikutip oleh Korver.

Gagasan-gagasan reformasi di Sarekat Islam ini muncul tanpa sebab. “Banyak pemimpin yang menganggap Islam sebagai sarana untuk memajukan dan meninggikan derajat bangsa Indonesia. Dalam 1913 Tjokroaminoto menyatakan bahwa agama merupakan dasar bagi semua kemajuan,” kata Korver.

Ma Roejan

Berita Terkait

Image

Sumpah Pemuda, Perempuan, dan Bahasa Indonesia

Image

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Pasar, Bangsa Melayu Itu yang Mana Sih?

Image

Melawan Belanda dengan Bahasa