Begini Awal Mula Kakek Sultan Agung Merebut Pajang Bersama Adik Angkatnya
Setelah dinobatkan sebagai raja Pajang oleh Sunan Kudus, Adipati Demak Aryo Pangiri membawa banyak orang Demak ke Pajang. Ia membuat hukum baru dengan menyingkirkan hukum lama yang berlaku di Pajang semasa Sultan Hadiwijoyo.
Ia mengambil sepertiga tanah penduduk Pajang untuk permukiman orang-orang Demak itu. Penduduk Pajang yang kehilangan sepertiga tanah mereka pun mengeluhkan kepada Danang Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung
Mereka makin mengeluh ketika orang-orang Demak itu pangkatnya dinaikkan satu tingkat lebih tinggi dari orang-orang Pajang. Para menteri Pajang pun meminta Danang Sutowijoyo yang menjadi adipati Mataram, metebut Pajang, lalu menjadi raja Pajang.
Oohya! Baca juga ya:
Ayah Kakek Sultan Agung Mendengar Langsung Sunan Giri Meramal Raja Mataram Jadi Penguasa Tanah Jawa
Sutowijoyo menolak permintaan itu. Namun ia memberi catatan. "Apabila ada perintah dari Allah dan saya ditugasi untuk menjadi raja ... akan mudahlah untuk menhancurkan Pajang," kata kakek Sultan Agung itu.
Kabar rusaknya tatanan di Pajang ini juga sampai di telinga Pangeran Benowo di Jipang. Setelah Benowo ditolak Sunan Kudus menjadi raja Pajang, ia ditugasi oleh Sunan Kudus menjadi adipati Jipang.
Padahal orang-orang Pajang menginginkan yang menjadi raja adalah putra Sultan Hadiwijoyo itu. Tapi Sunan Kudus lebih memilih kakak ipar Benowo, Adipati Demak.
Orang-orang Demak yang dibawa ke Pajang, menurut Dr HJ de Graaf, memerlukan makanan dan kegemilangan. "Bahan makanan dihasilkan oleh tanah sitaan dari penduduk Pajang, sedangkan kegemilangan dicapai dengan menaikkan pangkat," kata De Graaf.
Oohya! Baca juga ya:
Hari Nelayan, Kiara: Nelayan Kecil dan Tradisional Masih Terancam Keberadaannya
Pajang yang di masa Sultan Hadiwijoyo maju secara ekonomi menjadi hancur di masa Aryo Pangiri. Perlawanan orang-orang Pajang muncul dalam bentuk kekerasan lewat perampokan.
Kondisi ini membuat Benowo terganggu makan-tidurnya. Suatu hari, saat tertidur di bawah teritis, ia mendapat bisikan dari almarhum ayahnya agar meminta bantuan kepada kakak angkatnya, Panembahan Senopati.
Maka, ia pun mengirim utusan ke Mataram untuk meminta bantuan. Namun kakek Sultan Agung menolaknya.
Tak putus asa, ia mengirim lagi utusan. Tai isi pesannya menunjukkan keputusasaannya agar kakek Sultan Agung membantunya.
Kepada kakak angkatnya itu ia tawarkan Kerajaan Pajang untuknya. Ia memilih mati saja jika Pajang tetap dipimpin Adipati Demak.
Kakek Sultan Agung pun menerima tawaran ini. Lalu meminta Benowo datang di Mataram membawa orang-orang Jipang lewat Gunung Kidul.
Oohya! Baca juga ya:
Pernah tak Puasa, Sultan Agung Rayakan Lebaran dengan Garebek Syawal (Grebeg Syawal)
Jalur Jipang-Mataram lewat Gunung Kidul rutenya lebih bagus dibanding lewat Randugunting, perbatasan Pajang-Mataram di Prambanan. Benoeo membawa 1.000 orang Jipang.
Mendengar Benowo dibantu Sutowijoyo akan merebut Pajang, 3.000 orang Pajang pun mendukungnya. Aryo Pangiri hanya mendapat dukungan dari orang-orang yang ia bawa dari Demak.
Maka pekerjaan merebut Pajang menjadi lebih mudah. Pasukan Mataram menyetang dari barat, pasukan Jipang bersama orang-orang Pajang menyerang dari timur
Dalam penerbuan itu, kakek Sultan Agung naik kuda Brotoyudo yang berwarna keemasan. Tembakan-tembakan peluru emas dari orang-orang Demak tidak melukai dirinya.
Orang-orang Demak yang berjumlah 2.000 orang dibantu oleh 400 budak dari Bali, Bugis, dan Makassar. Kakek Sultan Agung pun mengiming-imingi mereka kebebasan, sehingga mereka beralih mendukung kakek Sultan Agung.
Oohya! Baca juga ya: 3 Sahabat Nabi tak Ikut Perang Tabuk, Kenapa Dikucilkan 50 Hari?
Akhirnya pintu tembok keraton bisa didobrak. Kakek Sultan Agung masuk keraton dan mendapati istri Pangiri sedang menangis Ia cium kaki kakak angkatnya itu dan meminta agar suaminya diampuni.
Kakek Sultan Agung memenuhi permintaannya dengan syarat Pangiri mau menyerah dan bersedia diikat tangannya. Setelah tangannya diikat dengan kain sutera, kakek Sultan Agung menyalahkannya karena telah mengambil tahta yang bukan haknya.
Ia kemudian dipulangkam ke Demak dengan cara ditandu. Ikatan tangannya baru boleh dibuka setelah tiba di Demak.
Setelah Pajang direbut, ada dua versi cerita mengenai Benowo. Yang pertama, ia menjadi raja Pajang dan meninggal setahun kemudian. Yang kedua, ia nenyerahkan tatha kepada kakek Sultan Agung dan ia memilih menjadi ulama.
Ahli sejarah menggabungkan keduanya: Setelah setahun memerimtah, Benowo mundur dan menyerahkan tahta kepada kakek Sultan Agung. Ia kemudian mumdur dari panggung politik untuk menekuni dakwah Islam sebagai ulama di luar keraton.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Awal Kebangkitan Mataram, karya Dr HJ de Graaf (1987)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri
Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com