Ayah Kakek Sultan Agung Mendengar Langsung Sunan Giri Meramal Raja Mataram Jadi Penguasa Tanah Jawa
Ki Ageng Pemanahan menyertai Adipati Pajang Joko Tingkir pergi ke Giri pada 1581. Saat itu, Sunan Giri sedang mengadakan jamuan makan dengan para adipati berbagai daerah dan pengumuman Joko Tingkir sebagai Sultan Pajang atas restu darinya.0
Setelah para adipati selesai makan, sisanya diberikan kepada bawahan mereka. Ayah kakek Sultan Agung yang bernama Ki Ageng Pemanahan itu menahan diri, membiarkan dirinya didahului oleh orang lain.
Sunan Giri pun memperhatikannya, lalu memanggilnya agar mendekat. Sunan Giri lalu mengucapkan ramalan, kelak keturunan Ki Ageng Pemanahan di Mataram akan memerintah seluruh Tanah Jawa, termasuk Giri pun akan patuh pada Mataram.
Oohya! Baca juga ya:
Hari Nelayan, Kiara: Nelayan Kecil dan Tradisional Masih Terancam Keberadaannya
Di Pajang, ramalan itu membuat geger. Tapi Joko Tingkir menyadari itu sebagai takdir. Sebelumnya, ia sudah pernah mendengar ramalan Suban Giri itu.
Karena ramalan itulah, ia pernah menunda-nunda untuk tidak segera memberikan hutan di Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Saat itu Ki Ageng Pemanahan telah membunuh Aryo Penangsang, dan memilih hadiah hutan di Mataram.
Ki Ageng Pemanahan membangun perkampungan baru setelah membuka hutan hadiah dari Joko Tingkir. Ki Ageng Pemanahan meninggal pada 1584.
Mataram kenudian diwariskan kepada anaknya, Danang Sutowijoyo, yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Senopati. Dialah kakek Sultan Agung.
Oohya! Baca juga ya:
3 Sahabat Nabi tak Ikut Perang Tabuk, Kenapa Dikucilkan 50 Hari?
Tapi Senopati hanya menjadi raja selama tiga tahun sejak Pangeran Benowo, anak Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo, mengundurkan diri sebagai raja Pajang. Benowo menjadi raja setelah Adipati Demak yang mengambil posisi raja sepeninggal Sultan Hadiwijoyo.
Sunan Kuduslah yang menobatkan Adipati Demak Aryo Pangiri menjadi raja Pajang karena tak setuju dengan Pangeran Benowo. Alasannya, Pangiri lebih tua dari Benowo.
Kakek Sultan Agung ingin menprotesnya, tetapi dicegah oleh pamannya, Ki Juru Mertani. Tapi, raja baru Pajang itu tidak memuaskan para menteri pada masa Sultan Hadiwijoyo, karena mengangkat pejabat dari Demak.
Mendengar keluhan para menteri itu, Benowo meminta bantuan Senopati untuk merebut kembali Pajang. Berkali-kali menolak, akhirnya Senopati memenuhi keinginan adik angkatnya itu.
Mendengan rencana Benowo dibantu Senopati merebut Pajang, para menteri Pajang pun mendukungnya. Yang mendukung Pangiri hanya paea pejabat yang dibawa dari Demak.
Pajang berhasil direbut, Benowo meminpin Pakang, tetapi hanya setahun. Ia mrmulih mundur untuk kemudian menjadi ulama.
Oohya! Baca juga ya:
27 Maret Soeharto Jadi Presiden, Ini Nasib Istana Kepresidenan
Benowo lalu menyerahkan kekuasaan kepada kakek Sultan Agung yang memimpin dari Mataram. Saat kakek Sultan Agung meninggal pada 1601, terjadi gerhana matahari.
Sepeninggal kakek Sultan Agung meninggal, perjalanan Mataram tinggal menghitung ramalan. Bahwa kelak Mataram akan musnah ketika cicitnya menjadi raja.
Cicit Senopati adalah Amangkurat I. Ia kehilangan keraton pada 1677, setelah Trunojoyo yang membenci Kompeni berhasil merebut keraton Mataram.
Sebelum meninggal, Sultan Agung mewariskan kekuasaannya dengan memahami ramalan kakeknya dan ramalannya sendiri. Bahwa sepeninggaknya kelak, Mataram akan bekerja sama dengan Kompeni.
Oohya! Baca juga ya:
Begitu Amangkurat I naik tahta, ia langsung bekerja sama dengan Kompeni. Ia meminta bantuan Kompeni untuk menangkap Trunojoyo.
Mataram telah dibangun dengan keras oleh Ki Ageng Pemanahan, Panembahan Senopati, Prabu Anyokrowati, dan Sultan Agung. Dalam sekejap menjadi negeri yang tunduk pada Kompeni di tangan Amangkurat I.
Sultan Agung bkerja keras mengembangkan Mataram dengan melakukan penakukan. Ia menerusksn penaklukan yang sudah dimulai oleh kakeknya, Panembahan Senopati, dan ayahnya, Prabu Anyokrowati.
Bahkan, Sultan Agung merasa perlu menaklukkan Batavia dari kekuasaan Kompeni. Kehadiran Kimpeni ia anggap tidak berguna bagi Mataram, setelah Kompeni menolak permintaan Sutan Agung mrnaklukkan Surabaya.
Kompeni yang bercokol di Batavia juga menjadi penghalang Mataram dalam upaya menaklukkan Banten. Tetapi, permusuhannya dengan Kompeni surut di masa Amangkurat I.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
- Awal Kebangkitan Mataram, karya Dr HJ de Graaf (1987)
- Babad Tanah Jawi, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com