Kakek Sultan Agung yang Membunuh, Mengapa Orang Grobogan yang Mengaku Sebagai Pembunuh Musuh Adipati Pajang?
Firasat Ki Juru Mertani sungguh tepat. Ia meminta kepada saudara sepupunya, Ki Ageng Pemanahan, orang Grobogan dari Selo, agar berbohong kepada Adipati Pajang Joko Tingkir.
Ki Ageng Pemanahan ia suruh mengaku sebagai orang yang membunuh Adipati Jipang Aryo Penangsang, musuh Adipati Pajang, bersama Ki Ageng Panjawi. Jika ia jujur bahwa yang membunuhnya adalah Danang Sutowijoyo, yang kelak menjadi kakek Sultan Agung, Joko Tingkir pasti tak rela memberikan hadiah tanah itu.
Ki Juru Mertani benar, ternyata. Joko Tingkir berat menyerahkan hadiah tanah hutan di Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan, yang merupakan ayah kakek Sultan Agung itu.
Oohya! Baca juga ya:
Pernah tak Puasa, Sultan Agung Rayakan Lebaran dengan Garebek Syawal (Grebeg Syawal)
Untuk mendapatkan hutan di Mataram itu, Ki Ageng Pemanahan masih perlu ngotot. Andai ia jujur mengatakan pembunuh Aryo Penangsang adalah anaknya, Danang Sutowijoyo, maka hutan di Mataram itu tak akan pernah menjadi miliknya.
Sutowijoyo masih anak-anak, hadiah yang akan diberikan bisa jadi hanya pakaian-pakaian bagus sebagai hiburan. Sebagai anak Ki Ageng Pemanahan, Sutowijoyo telah tinggal di Pajang sebagai anak angkat Joko Tingkir.
Mengapa Joko Tingkir keberatan menyerahkan hutan di Mataram? Padahal ia sudah berjanji: barang siapa bisa membunuh Aryo Penangsang akan diberi tanah di Pati dan huran di Mataram.
Alasannya, hadiah hutan kurang cocok untuk seorang yang telah berjasa baginya. Joko Tingkir mengaku sedang mencari tanah lain, seperti yang diterima Ki Ageng Panjawi, wilayah Pati yang sudah ramai dengan 10 ribu penduduk.
Oohya! Baca juga ya:
3 Sahabat Nabi tak Ikut Perang Tabuk, Kenapa Dikucilkan 50 Hari?
Ki Ageng Pemanahan tetap ngotot memilih hutan di Mataram seperti yang ia putuskan sejak awal. Ia sengaja tidak memilih Pati karena ingin mengalah.
Biarlah sebagai saudara tua ia harus berusaha lebih keras dengan membuka hutan terlebih dulu. "Biarlah kakak Panjawi memperoleh Pati yang sudah menjadi kota dengan banyak penduduk, dan saya memilih Mataram yang masih merupakan hutan belantara," ujar Ki Ageng Pemanahan.
Tapi Adipati Pajang Joko Tingkir justru gelisah dengan pilihan ini. Sebab Sunan Giri pernah meramal dari Tanah Mataram kelak akan muncul raja yang juga menguasai Tanah Jawa.
Artinya, kelak Mataram akan menjadi pesaing Pajang dalam menguasai Tanah Jawa. Maka, Adipati Pajang Joko Tingkir perlu menghalang-halanginya, dengan cara tidak memberikan hutan di Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan.
Sunan Kalijaga pun turun tangan, meminta ayah angkat kakek Sultan Agung itu menepati janjinya. Ki Ageng Pemanahan dari Grobogan itu bisa saja tidak menuntut janji Joko Tingkir jika ia mau hidup enak.
Ketika ia melapor kepada Ratu Kalinyamat bahwa ia sudah membunuh musuh Adipati Pajang, Aryo Penangsang, ia mendapat tawaran hadiah wilayah Prawoto dan Kalinyamat. Ia menolaknya, dan hanya mengambil dua cincin Ratu Kalinyamat.
Oohya! Baca juga ya:
Beringin dan Istana Emas di IKN, Ini Kata Serat Kaca Wirangi
Sebagai keturunan Ki Ageng Selo, Ki Ageng Pemanahan ingin mewujudkan cita-cita Ki Ageng Selo bahwa akan ada keturunan Ki Ageng Selo yang menguasai Tanah Jawa.
Ki Ageng Selo masih memiliki darah Raja Majapahit Brawijaya V, dari Bondan Kejawan yang dibuang ke Tarub, Grobogan. Sedangkan darah Majapahit yang dimiliki Joko Tingkir berasal dari Adipati Pengging Andayaningrat yang merupakan menantu Brawijaya V.
Demi cita-cita Ki Ageng Selo, Ki Ageng Pemanahan bersedia membuka hutan di Mataram. Mataram telah diramalkan akan melahirkan raja penguasa Tanah Jawa.
Mengikuti sayembara yang diadakan Joko Tingkir, ia bersama dua saudara sepupu, Ki Ageng Panjawi dan Ki Juru Mertani, menyusun siasat. Sutowijoyo yang dimajukan untuk melawan Aryo Penangsang, membuat Aryo Penangsang merasa diremehkan.
Itulah kelemahannya. Sutowijoyo pun berhasil membunuhnya.
Oohya! Baca juga ya:
Tatal Jadi Tiang, Masjid Ini Dibangun Walisongo Dekat Selat Muria
Sayembara itu diadakan setelah Joko Tingkir mendapat permintaan dari kakak iparnya, Ratu Kalinyamat. Suami dan kakaknya, Raja Demak Sultan Prawoto, telah dibunuh oleh Aryo Penangsang.
Joko Tingkir sebenarnya juga menjadi sasaran pembunuhan, tetapi orang yang disuruh Aryo Penangsang gagal membunuhnya. Setelah Aryo Penangsang mati, Ki Juru Mertani meminta Ki Ageng Pemanahan agar mengaku sebagai pembunuhnya.
Maka, "Pemanahan dan Panjawilah yang membunuh Penangsang --itulah yang disiarkan kepada umum," ujar Dr HJ de Graaf.
Untuk membuka hutan, Ki Ageng Pemanahan membawa 150 orang Grobogan dari Selo. Ramalan Sunan Giri pun terbukti.
Setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal, Mataram diwariskan kepada Sutowijoyo --yang juga anak angkat Adipati Pajang Joko Tingkir-- yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Senopati. Pada 1613, cucu Senopati menjadi raja agung Mataram yang dikenal sebagai Sultan Agung.
Di tangan Sultan Agunglah Mataram menguasai Jawa. Bahkan jiga menguasai beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatra. Ia membunuh musuh-musuhnya.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Awal Kebangkitan Mataram, karya Dr HJ de Graaf
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]