Lincak

Untuk Apa Kakek Sultan Agung Minta Perhiasan Kerajaan Pajang?

Panembahan Senopati, kakek Sultan Agung, menerima kekuasaan Pajang dari Pangeran Benowo. Tak mau tinggal di Pajang, ia hanya meminta perhiasan kerajaan dari Pajang.

Raja Pajang Sultan Hadiwijoyo meninggal dunia. Seharusnya, yang naik tahta adalah Pangeran Benowo, putra mahkota, namun Sunan Kudus berkehendak lain.

Sunan Kudus menginginkan Adipati Demak Aryo Pangiri, menantu Sultan Hadiwijoyo, yang naik tahta karena ia lebih tua dari Benowo. Danang Sutowijoyo, yang kelak menjadi kakek Sultan Agung, pun ingin membela Benowo sebagai putra mahkota.

Pamannya, Ki Juru Mertani, mencegahnya dengan mengatakan, “Jangan ikut campur tangan Senopati, sebaiknya segera pulang.” Di kemudian hari, untuk apa kakek Sultan Agung itu meminta perhiasan kerajaan dari Benowo?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Diserbu Sultan Agung, Penguasa Pasuruan Meratapi Nasi Kering yang Berceceran

Begitu mendengar kabar Sultan Hadiwijoyo meninggal, Danang Sutowijoyo yang sudah dikenal sebagai Panembahan Senopati segera menaiki kuda menuju Pajang. Senopati kemudian memandikan jenazah ayah angkatnya itu.

Setelah dimakamkan, Sunan Kudus mengambil mimbar. “Hai segenap menteri Pajang, seyogyanya, siapa putra yang pantas menggantikan yang bertahta di negeri Pajang?”

Para menteri menunjuk nama Benowo sebagai yang layak naik tahta. “Itu tidak sesuai keinginanku,” jawab Sunan Kudus.

Ia lalu mengajukan nama Aryo Pangiri, kakak ipar Benowo. “Karena dia yang lebih tua, maka jadilah raja. Sang istri adalah putri Sultan Pajang, sedangkan sang suami adalah putra Adipati Demak,” kata Sunan Kudus.

Aryo Pangiri merupakan keponakan dari Sultan Prawoto, raja demak keempat. Ayahnya pernah menjadi adipati di Demak sebelum ia gantikan posisinya.

Oohya! Baca juga ya:

Tiga Tokoh Grobogan Keturunan Raja Majapahit Ini Bantu Joko Tingkir di Keraton Pajang

“Meskipun menantu, seyogyanya ia menjadi raja, karena istri dan suami sama-sama keturunan ningrat. Adipati benowo telah diberi warisan negeri Jipang. Wasiat almarhum adalah tetaplah di Jipang,” lanjut Sunan Kudus.

Saat itulah, Senopai ingin memperkuat usulan para menteri untuk menjadikan Benowo sebagai raja baru Pajang, tetapi dicegah oleh Ki Juru Mertani. Menurut Ki Juru Mertani, tak layak Senopati mencampuri murusan saudara yang memperbeutkan negeri yang berpotensi memunculkan peperangan.

Ki Juru Mertani meminta agar Senopati pulang ke Mataram saja memuliakan zikir dan sedekah lalu memohon berkah dari Yang Maha Kuasa. Wilayah Mataram, dianggap oleh Ki Juru Mertani sudah cukup luas, cukup sandang dan pangan.

Setelah Aryo Pangiri dinobatkan sebagai raja, ia menguasai dua pertiga wilayah Pajang, sedangkan seperti tiga lagi dibagi-bagi di bawah kekuasaan para menteri Pajang.

Orang-orang Demak dibawa ke Pajang menjadi pejabat tinggi di Pajang. Bahkan prajurit sewaan pun dibawa ke Pajang.

Hal ini membuat para menteri sakit hati. Pajang pun menjadi taka man, setiap malam selalu saja ada durjana yang beraksi dan pada siang hari banyak penyamun.

Oohya! Baca juga ya:

Menurut Bilal, Ini Alasan Nabi Muhammad tidak Menumpuk Harta

Mereka mengadu kepada Senopati di Mataram, memberi tahu jika Senopati ingin merebut Pajang, kini saat yang tepat karena Pajang sedang dalam kekacauan. “Kapan pun Paduka datang, menteri Pajang akan berbalik mengikuti Paduka,” kata utusan menteri Pajang kepada Panembahan Senopati.

Tapi Senopati belum berniat merebut Pajang. Ia meminta utusan agar para menteri menyatukan Pajang sehingga Aryo Pangiri tidak hancur lebur.

Di Pajang, Pangeran Benowo juga gusar melihat perkembangan Pajang. Ia pun mengirim utusan ke Mataram, meminta Senopati berkunjung ke Jipang, karena Benowo ingin kakek Sultan Agung itulah yang bertahta di Pajang.

Lagi-lagi Senopati menolak, karena ia harus mengurus wilayah Mataram, warisan orang tuanya, Ki Ageng Pemanahan. Ia tak ingin merebut Pajang dari Aryo Pangiri.

Jawaban Senopati disampaikan oleh utusan sepulangnya dari Mataram. Benowo tidak puas dengan jawaban Senopati, lalu meminta utusan kembali ke Mataram untuk menyampaikan pesan baru.

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Diponegoro tak Jadi Membunuh Jenderal Belanda Sebelum Ia Ditangkap oleh Jenderal Itu?

Benowo mengaku tidak ikhlas Pajang dipimpin oleh orang Demak. Ia menginginkan Senopati yang memimpin Pajang.

Mendengar pesan ini, Senopati meminta Benowo datang ke Mataram melalui Gunung Kidul bersama bala tentaranya. Mereka pun kemudian merebut Pajang dari tangan Aryo Pangiri.

Namun, Senopai tidak ingin tinggal di Pajang. Ia tetap ingin memimpin Pajang dari Mataram, karenanya ia hanya meminta “perhiasan kerajaan” dari Pajang.

Senopati, yang kelak menjadi kakek Sultan Agung, kemudian menjadi sultan Mataram. Ia menobatkan Benowo sebagai Adipati Pajang, di bawah kekuasaan kerajaan baru; Mataram.

Tapi Pangeran Benowo kemudian memilih meninggalkan keraton untuk berdakwah, memenuhi saran gurunya, Sunan Kalijaga. Pajang diserahkan kepada anak Benowo, dan Benowo berdakwah di wilayah Kedu.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Buku I, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sodakh (2004)
- Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, karya Dr HJ de Graaf dan Dr Th G Th Pigeaud (1985)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]