Tiga Tokoh Grobogan Keturunan Raja Majapahit Ini Bantu Joko Tingkir di Keraton Pajang
Tiga tokoh dari Grobogan memiliki peranan penting di Kerajaan Pajang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mertani, dan Ki Panjawi (Penjawi), masih keturunan Raja Majapahit.
Ketika masih menjadi Adipati Pajang, Joko Tingkir dimintai bantuan oleh kakak iparnya, Ratu Kalinyamat, untuk membalaskan dendam kepada Adipai Jipang Aryo Penangsang. Aryo Penangsang telah membunuh Sultan Demak, Sultan Prawoto, dan suami Ratu Kalinyamat.
Berkat upaya tiga tokoh dari Grobogan itu, balas dendam kepada Aryo Penangsang tersampaikan. Joko Tingkir kemudian menggantikan Sultan Prawoto sebagai raja, tetapi tinggal di keraton Demak, melainkan di keraton Pajang.
Oohya! Baca juga ya:
Menurut Bilal, Ini Alasan Nabi Muhammad tidak Menumpuk Harta
Pajang kemudian menjadi kerajaan dan Demak hanya menjadi wilayah kadipaten di bawah Kerajaan Pajang. Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijoyo.
Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mertani, dan Ki Ageng Panjawi merupakan keturunan dari Bondan Kejawan yang tinggal di Tarub, Grobogan. Bondan Kejawan merupakan anak dari Raja Majapahit Brawijaya V yang dibuang ke Tarub.
Menikah di Tarub, Bondan Kejawan kemudian menikahi anak Ki Ageng Tarub, orang tua angkatnya yang beristrikan bidadari. Dari pernikahannya itu, Bondan Kejawan memiliki anak yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Getas Pandawa.
Ki Ageng Getas Pandawa memiliki anak yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo tinggal di Desa Selo, di sebelah selatan Desa Tarub.
Ki Ageng Selo menjadi pendakwah di Selo. Joko Tingkir pernah menjadi santrinya.
Ki Ageng Selo memiliki cucu yang dikenal dengan nama Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis kemudian memiliki anak yang dikenal sebagai Ki Ageng Pemanahan.
Oohya! Baca juga ya:
Mengapa Diponegoro tak Jadi Membunuh Jenderal Belanda Sebelum Ia Ditangkap oleh Jenderal Itu?
Ki Ageng Getas Pandawa memiliki kakak yang dikenal sebagai Ki Ageng Wonosobo dan adik bernama Roro Kasihan yang dinikahi oleh Ki Ageng Ngerang. Ki Juru Mertani merupakan cicit dari Ki Ageng Wonosobo, sedangkan Ki Ageng Panjawi merupakan cicit dari Roro Kasihan alias Nyi Ageng Ngerang.
Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mertani, dan Ki Ageng Panjawi, masih memiliki darah keturunan dari Brawijaya V. Mereka kemudian mendampingi Joko Tingkir di Pajang, yang juga masih memiliki darah keturunan Brawijaya V.
Joko Tingkir merupakan cucu dari Andayaningrat, adipati Pengging, yang merupakan menantu Raja Majapahit Brawijaya V. Andayaningrat dikenal sebagai Ki Ageng Pengging I, memiliki anak yang dikenal sebagai Ki Ageng Pengging II, ayah Joko Tingkir.
Joko Tingkir tidak memakai nama Pengging karena ia kemudian dijadikan anak angkat oleh sahabat ayahnya yang tinggal di Tingkir. Jadilah ia memakai nama Joko Tingkir.
Ayah Joko Tingkir, Ki Ageng Pengging II, dibunuh oleh Sunan Kudus. Ia dianggap tidak patuh lagi kepada Demak.
Joko Tingkir yang mengabdi di demak, kemudian menjadi menantu Sultan Tenggrono. Artinya ia menjadi adik ipar Prawoto dan Ratu Kalinyamat.
Ketika Sultan Trenggono meninggal, Prawoto menggantikannya menjadi sultan keempat Demak. Tapi Aryo Penangsang tidak rela, sehingga ia membunuh Sultan Prawoto dan suami Ratu Kalinyamat. Joko Tingkir juga menjadi sasaran Aryo Penangsang, tetapi ia selamat.
Oohya! Baca juga ya:
Saat aksi pembunuhan dilakukan terhadap Joko Tingkir, kehadiran Ki Ageng Pemanahan di pagi-pagi buta di keraton Pajang menyelamatkan Joko Tingkir. Ki Ageng Pemanahan menangkap utusan Aryo Penangsang yang hendak membunuh Joko Tingkir.
Satu-satunya harapan Ratu Kalinyamat untuk membalaskan dendam kepada Aryo Penangsang adalah adik iparnya, Joko Tingkir. Namun, Joko Tingkir mengakui keunggulan Aryo Penangsang, sehingga ia tidak berani melawan langsung Aryo Penangsang.
Ia kemudian mengadakan sayembara, barang siapa yang bisa menyingkirkan Aryo Penangsang akan diberi tanah di Pagti dan hutan Mentaok di Mataram. Maka, tiga tokoh dari Grobogan --Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani dibantu Ki Ageng Panjawi-- mengatur siasat untuk mengalahkan Aryo Penangsang.
Danang Sutowijoyo, anak Ki Ageng Pemanahan, dimajukan untuk melawan Aryo Penangsang. Aryo Penangsang terbunuh, Ki Ageng Panjawi mendapat hadiah Pati, dan Ki Ageng Pemanahan – Ki Juru Mertani mendapat hadiah Mataram.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, karya Dr HJ de Graaf dan Dr Th G Th Pigeaud (1985)
- Ki Ageng Selo, karyaT Wedy Utomo (1981)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]