Lincak

Karena Terjepit, Amangkurat II Minta Maaf kepada Kompeni Lalu Meminta Bantuan Dikirim Tentara Lagi dan Bersedia Mengangsur Utang

Ilustrasi karya Tirto dari Gresik ini menggambarkan penyerangan Kapten Tack oleh Suropati pada 1686. Suropati kemudian merebut wilayah-wilayah Mataram, Amangkurat II pun meminta bantuan Kompeni.

Menolak permintaan Kompeni untuk menangkap Untung Suropati, Amangkurat II akhirnya terpejit. Suropati kemudian merebut wilayah-wilayah Mataram, sehingga membuat Amangkurat II meminta maaf kepada Kompeni lalu mengangsur utang janji agar bisa meminta bantuan lagi kepada Kompeni.

Setelah Kapten Tack dibunuh Suropati, Kompeni menarik prajuritnya dariKartosuro. Maka, di Keraton Mataram tak ada lagi tentara Kompeni.

Ini yang membuat kekuatan Mataram melemah karena tak ada dukungan dari Kompeni. Terlebih lagi, Patih Nerangkusumo pun meninggalkan Mataram.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menjelang 1690 Amangkurat II pun mencoba memperbaiki ketegangan dengan Kompeni. Pada 1694 Amangkurat mulai membayar utang janjinya, disusul kemudian pada 1696 dan 1699.

Oohya! Baca juga ya: Setelah Bunuh 7.000 Santri dan Kiainya, Amangkurat I Beri Imbalan 3.000 Pikul Beras kepada Kompeni Agar Dibantu Berperang Lawan Trunojoyo

Pada saat Amangkurat II meminta bantuan Kompeni untuk menumpas Trunojoyo pada 1677, ia meneken kontrak perjanjian akan membayar 3.000 pikul beras (setara 180 ton) dan uang sebesar 250 ribu riyal Spanyol. Jika perang berlangsung lebih lama, ia bersedia menambah 20 ribu riyal lagi.

Ia juga memberikan izin kepada Kompeni untuk membangun loji dan memberikan beras 4.000 pikul. Ia juga harus membebaskan cukai untuk barang-barang Kompeni yang masuk ke semua pelabuhan di Jawa.

Perjanjian ini tentu sangat menguntungkan Kompeni. Maka, setelah Trunojoyo ditangkap, Amangkurat II memilih ingkar janji.

Pada 1696, Amangkurat mengirim pamannya, Pangeran Adipati Notokusumo, ke Batavia. Kepada Gubernur Jenderal Kompeni, Notokusumo menyampaikan surat dari Amangkurat II.

Di dalam surat itu, Amangkurat II menyampaikan permintaan maafnya dan meminta pernyataan tertulis dari Kompeni mengenai janji-janji yang belum dipenuhi oleh Amangkurat II. Tetapi, Amangkurat sekaligus menegaskan bahwa Mataram sedang dalam kondisi sangat miskin.

Oohya! Baca juga ya: Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO, Bahasa Ini Lahir karena Tabrani Tersinggung oleh Belanda

Setelah menceritakan kondisi Mataram, Amangkurat II lalu menyebut jika dirinya tidak akan mampu membayar sepenuhnya janji-janji yang belum ia jalankan. Melalui surat yang dibawa Notokusumo itu, Amangkurat II juga meminta kembali bantuan tentara dari Kompeni.

Amangkurat II pun mengirim hadiah kepada Kompeni berupa 10 koyan beras (satu koyan setara dengan 2.400 kilogram), dua ekor kuda, dan 50 ekor sapi. Tetapi, 50 ekor sapinya tertinggal di Jepara.

Oleh Gubernur Jenderal Kompeni, Willem van Outhoorn, 50 ekor sapi yang tertinggal di Jepara itu akan dianggap sudah diterima. Karenanya, ia membalas pemberian itu dengan mengirimkan antara lain: kain laken merah, kaca bingkai, timbangan, kain beludru Persia, kain tatakan, setengah pikul cengkih.

Gubernur Jenderal Kompeni menjawab surat Amangkurat II itu pada 19 April 1697. Ia menyatakan, Amangkurat II harus melunasi semua janji berkaitan dengan penumpasan Trunojoyo.

Total utang Amangkurat II untuk bantuan penumpasan Trunojoyo itu disebut mencapai 1.367.017 riyal Spanyol. Kompeni tidak menuntut semuanya dibayar dengan uang. Separuhnya bisa dibayar dengan beras dan produk pertanian lainnya.

Gubernur Jenderal juga menyinggung soal pembunuhan Kapten Tack yang dianggap sebagai perbuatan orang “biadab dan tidak beragama”. Ia juga mengungkit soal permintaannya kepada Amangkurat II untuk menangkap Suropati, tetapi malah ditolak, dan membiarkan Suropati kabur bersama Patih Nerangkusumo.

Gubernur Jenderal juga memberi tahu Amangkurat II, jika ada pembantu-pembantu Amangkurat II yang sedang berusaha merebut kekuasaan dari Amangkurat II. Ia mengingatkan, tidak lama lagi mereka akan menggulingkan raja dari tahtanya.

“Surat ini sama sekali tidak berisi langkah usaha untuk mencapai rekonsiliasi atau kompromi,” tulis MC Ricklefs mengenai surat balasan Gubernur Jenderal yang ditujukan kepada Amangkurat II.

Oohya! Baca juga ya: Amangkurat II Heran Komandan Prajurit Kompeni yang Datang Menghadap Hanya Berdiri dengan Mengempit Topi

“Surat ini dengan nada angkuh menuntut kepatuhan sepenuhnya dari seorang raja yangs edang mendapat tekanan dari berbagai sisi, sedang dalam proses kehilangan kendali atas keraton dan kerajaannya dan tidak melihat jalan keluar,” lanjut Ricklefs.

Akibat ulah Amangkurat II yang tidak bisa bertindak mengatasi persoalan di Mataram, usaha dagang Kompeni yang dijanjikan oleh Amangkurat II tidak berjalan dengan mulus. Pangeran-pangeran di wilayah pesisir menutup jalur pasokan komoditas yang diperlukan Kompeni.

Kompeni hanya mendapat dukungan dari Adipati Jayengrono II yang memimpin Surabaya yang dibantu oleh Cakaningrat II yang memimpin Madura. Karena itu, Kompeni meminta bantuan Amangkurat II untuk memindahkan loji-loji yang tidak menguntungkan ke wilayah yang mendapat dukungan dari Mataram.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Surat Perintah Agung kepada Susuhunan Amangkurat II (b. 1677-1703), 20 April 1697 karya MC Ricklefs (ANRI, 2014)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]