Lincak

Tak Mengindahkan Saran Istri AH Nasution Setelah G30S/PKI, Dewi Sukarno Malah Terbuai Bujukan Subandrio

Dewi Sukarno bersama Sukarno. Dewi menjadi penghubung komunikasi Jenderal AH Nasuiton dengan Sukarno melalui surat-menyurat dengan Johanna Nasution.

Dewi Sukarno tidak mengindahkan saran Johanna, istri Jenderal AH Nasution. Merasa kondisi politik pasca-G30S/PKI sudah aman, ia terbuai bujukan Subandrio untuk berangkat ke Jepang.

Ia perlu ke Jepang untuk mengurus bantuan pembangunan rumah sakit darurat. Ide pembangunan rumah sakit ini diajukan oleh Johanna yang disambut oleh Dewi.

Rumah sakit ini akan dibangun di kawasan Semanggi oleh Yayasan Sari Asih yang diketuai Dewi. Pada April 1965 Jepang berjanji akan membantu 3,35 juta dolar Amerika.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum berangkat ke Jepang, Dewi menemui istri almarhum Jenderal Ahmad Yani. Pada 2 Januari 1966 Dewi berangkat bersama Syarif Thayeb. Selain ke Jepang, Dewi juga akan meneruskan lawatan ke Eropa.

Oohya! Baca juga ya: Mengapa Putri Ariani dan 9 Finalis Lainnya Kalah Suara dari Anjing Bernama Hurricane?

Subandrio ingin menyingkirkan Dewi. Tindakan-tindakan Dewi sejak Oktober dianggap Subandrio sebagai pembuat masalah.

Mengutip Minoru Omori, Aiko Kurasawa menyebut Subandrio telah berkomunikasi dengan kedubes-kedubes Indonesia di negara-negara yang akan dikunjungi Dewi. Subandrio meminta kedubes untuk mengupayakan Dewi tinggal selama mungkin di tiap negara yang dikunjungi.

Dewi sedang di Jenewa ketika membaca koran bahwa Presiden Sukarno telah memecat AH Nasution dari jabatannya sebagai menteri pertahanan. Ia lantas menyesali keberangkatannya ke luar negeri karena tidak mengindahkan saran Johanna.

Dengan tiadanya Dewi di Jakarta, Sukarno putus informasi dari Johanna. Praktis ia hanya mendapat informasi dari kubu Subandrio dan Hartini.

Oohya! Baca juga ya: Ditata Ulang oleh Kementerian PUPR, Taman Jokowi Iriana di Kaimana untuk Memanjakan Opakarofil

Dewi baru tiba di Jakarta lagi pada awal Maret, dan 10 hari kemudian Sukarno menandatangani Supersemar. Sebelum berangkat ke Jepang, ia pernah didatangi M Yusuf atas perintah Soeharto.

Ia diminta oleh M Yusuf untuk membujuk Sukarno memilih satu dari tiga pilihan. Pertama, mengambil istirahat di luar negeri (di Jepang atau di Arab); kedua, tetap tinggal di Indonesia tetapi hanya sebagai presiden di atas kertas; ketiga, mengundurkan diri secara total.

Ketika Supersemar ditandatangani Sukarno Dewi merasa senang karena PKI kemudian dibubarkan. Ia belum menyadari jika ini adalah awal kekalahan Sukarno.

Oohya! Baca juga ya: Lima Hal yang Susah Dipahami oleh Orang Luar PSI Setelah Kaesang Disahkan Sebagai Ketum PSI

Ia mendengar lagi tawaran itu dari Soeharto. Baru ia menyadari jika Sukarno sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Ketika pada November 1966 Dewi kembali ke Jepang, ia masih mendapat perlakuan sebagai istri presiden. Tetapi perlakuan itu pelan-pelan berubah, karena pemerintah Jepang sudah merapat kepada Soeharto, meninggalkan Sukarno.

Dewi kaget ketika oleh dokter Jepang diminta untuk melahirkan di Jepang, padahal Dewi ingin pulang ke Indonesia. Sukarno menanggap melahirkan di Jepang adalah keinginan Dewi, sehingga ia menyatakan kebingungannya dengan keputusan itu.

Anak Sukarno-Dewi lahir pada 7 Maret 1967 saat MPRS melucuti kekuasaan Sukarno. Hingga Sukarno wafat pada Juni 1970, ia belum sempat bertemu dengan Dewi dan anaknya, Kartika Sari Dewi.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Peristiwa 1965, Persepsi dan Sikap Jepang karya Aiko Kurasawa (2015)

Oohya! Baca juga ya: Naik Kereta Api... Whoosh Whoosh Whoosh... Siapa Hendak Turut? Hus....

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]