Bupati Grobogan Diusulkan Jadi Raja Mataram, Mengapa Ia Menolak Permintaan Orang-Orang Cina Itu?
Orang-orang Cina di Semarang melarikan diri ke wilayah timur. Prajurit Mataram dikirim oleh Pakuwubono II untuk mengusir orang-orang Cina dari Semarang.
Raja Mataram itu rupanya sudah berpindah komitmen yang tadinya akan menjadikan orang Cina sebagai saudara orang Jawa. Diserang oleh pasukan Mataram, orang-orang Cina melarikan diri ke wilayah timur.
Bupati Grobogan menemui mereka. Oleh orang-orang Cina itu Bupati Grobogan diusulkan menjadi raja Mataram, menggantikan Pakubuwono. Bupati Grobogan menolak permintaan itu.
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Seperti Orang Kerasukan Jin, Pakubuwono II Beri Hadiah Kuda
Orang-orang Cina itu rupanay kesal pada perubahan sikap Pakubuwono II. Semula mendukung orang Cina memusuhi Kompeni, beralih mendukung Kompeni memusuhi orang-orang Cina.
Setelah loji Kompeni di Semarang dikuasai orang Cina, Kompeni meminta bantuan kepada Pakubuwono II. Pakubuwono II pun menerima permintaan Kompeni untuk mengusir orang-orang Cina.
Patih Notokusumo yang tidak menyetujui tindakan Pakubuwono II itu tidak bisa berbuat banyak. Ia menyerahkan penyelesaiannya kepada Bupati Grobogan Martopuro.
Bupati Grobogan pun mengatur siasat. Mereka meminta kepada orang-orang Cina agar melarikan diri ke timur jika pasukan Mataram menyerbu mereka. Tentu saja Bupati Grobogan itu menjelaskan duduk perkaranya.
Ia juga memberi tahu jika sikap Patih Notokusumo dan sikap dirinya masih memusuhi Kompeni dan mendukung orang-orang Cina. Pada saat pasukan Mataram menyerbu Semarang, mereka melarikan diri ke Demak.
Dari Grobogan, Bupati Grobogan Martopuro bersama pasukannya pergi ke Demak untuk menemui orang-orang Cina.
OOhya! Baca juga ya:
Kepada Bupati Grobogan, mereka memberi tahu bahwa pernah menyelamatkan cucu Amangkurat III, Raden Mas Garendi. Orang-orang Cina mengusulkan agar Raden Mas Garendi dijadikan raja saja, menggantikan Pakubuwono II.
Usia Raden Mas Garendi masih 14 tahun. Bupati Grobogan gamang, tetapi berani memberikan jaminan.
“Ya kalau terjadi yang menyimpang, sayalah yang akan menanggung. Seandainya memang Mas Garendi naik tahta menjadi raja dan berbuat catat, sayalah yang menjamin,” kata Bupati Grobogan sambil tertawa.
Mendengar hal itu, orang-orang Cina segera mengalihkan pilihan. “Ya Raden, Anda saja yang diangkat menjadi raja. Anda kan orang Jawa juga,” kata Kapiten Sepanjang.
Bupati Grobogan kembali tertawa. “Itu sama sekali di luar pembicaraan,” jawab Bupati Grobogan.
Ia menjelaskan tidak memiliki trah raja. “Saya bukan keturunan raja, turun-temurun adalah abdi raja. Raden Mas Garendilah yang pantas menjadi raja karena leluhurnya memang menguasai Tanah Jawa. Percayalah,” kata Bupati Grobogan.
Oohya! Baca juga ya:
Jual Sepeda Motor Kredit, Ketua RT Ini Masuk Penjara
Kepada orang-orang Cina, Bupati Grobogan menjelaskan tidak bis asembarang orang menjadi raja di Jawa. Hanya keturunan raja yang memiliki hak.
“Kalau setiap orang bisa menjadi raja, tidak mungkin hidupnya selamat karena akan dikerubuti orang desa. Ke mana pun tidak mungkin akan selamat,” kata Bupati Grobogan.
Maka, Mas Garendi pun dipanggil untuk dinobatkan sebagai raja baru Mataram. Bupati Grobogan Martopuro menyiapkan tempat dan upacara penobatan.
“Segenap barisan sudah berkumpul, bende dibunyikan dan suaranya berpadu dengan suara kentongan. Raden Martopuro mengumbangkan kodok ngorek,” tulis Babad Tanah Jawi.
Raden Mas Garendi yang di kemudian hari dikenal juga sebagai Sunan Kuning, menjadi raja dengan nama Amangkurat V.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid V, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]