Lincak

Pada Masa Pendudukan Jepang tak Ada Hari Sabtu dan Ahad, Mengapa?

Bung Karno sedang memberi contoh para calon romusa bekerja. Pemerintah pendudukan Jepang menerapkan romusa dan membuat kebijakan tentang beras. Untuk itu tak ada hari Sabtu dan Ahad. Mengapa? Sumber: buku bung karno penyambung lidah rakyat indonesia

Pada zaman pendudukan Jepang, kebutuhan beras wilayah-wilayah di luar Jawa wajib dipasok dari Jawa. Menurut Aiko Kurasawa di buku Kuasa Jepang di Jawa, kewajiban Jawa memasok beras itu sampai juga ke wilayah Malaya-Inggris dan Singapura.

Untuk memenuhi ketetapan itu, pemerintahan pendudukan Jepang menerapkan romusa. Menurut kesaksian Kwee Kek Beng, pemred Sin Po, Jepang bahkan menghilangkan hari Sabtu dan Ahad agar penduduk tidak beristirahat dalam kerja mereka.

“Dimulai sejak awal tahun beras yang baru, yaitu April 1943, pasar beras bebas sama sekali dilarang, dan petani diharuskan untuk menyerahkan sejumlah tertentu dari hasil panen mereka kepada pemerintah,” tulis Aiko Kurasawa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Padi yang diserhakan para petani itu akan digiling dan didistribusikan oleh pemerintah pendudukan Jepang, dalam hal ini Kantor Pengelolaan Makanan. Penggiling dan pedagang beras pun hanya dijadikan agen teknis Kantor Pengelolaan Makanan, dan memperoleh upah.

Penyerahan padi itu diawasi secara ketat oleh pemerintah pendududukan Jepang. Ada orang-orang yang dikirim ke tempat-tempat penyerahaan padi yang telah ditetapkan.

Jika ada petani yang ketahuan menyimpan padi berlebih, padi mereka akan disita. Namun, standar berlebihnya tidak jelas, tergantung pada pejabat setempat.

Maka, untuk mengindari penyitaan, para petani pun mencari akal untuk menyembunyikan padi mereka. “Cara paling umum dilaukan ialah dengan menyembunyikan padi di tempat-tempat tertentu seperti bantal, di bawah tempat tidur, dan di langit-langit rumah,” tulis Aiko Kurasawa.

Di luar urusan produksi padi di Jawa, Jepang mempekerjakan romusa untuk pertambangan. Mereka tidak hanya diipekerjakan di daerah dekat tempat tinggal mereka, tapi ada pula yang dikirim ke daerah yanag jauh.

Tidak hanya dikirim pekerjakan di Jawa, melainkan juga di luar Jawa, seperti di Kepulauan Riau. Bahkan ada yang dikirim ke Singapura, Malaya, Siam (Thailand), dan Indocina.

Di Singapura, menurut hasil penelusuran Aiko Kurasawa ada 8.500 romusa dari Indonesia yang ditampung di enam kamp. Di Malaya ada 3.500 romusa.

Sedangkan di Siam (Thailand) ada 5.000 romusa dari Indonesia. Di Indocina ada 600 romusa.

Di Kepulauan Riau ada 2.000 romusa. “DItampung di empat kamp di Pulau Bintang,” tulis Aiko Kurasawa.

Di Jawa, romusa dipekerjakan di Banten, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan sebagainya. Banyak di antara mereka yang meninggal.

Berita Terkait

Image

Beras Impor Ilegal Sabang, Zaman Dulu Bagaimana?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com